(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan II Adven – Rabu, 12 Desember 2012)
“Marilah kepada-Ku,
semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Pikullah gandar yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut
dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab gandar yang Kupasang
itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan.” (Mat 11:28-30)
Bacaan Pertama: Yes
40:25-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 103:1-4,8,10
Bacaan-bacaan hari
ini terdengar seakan-akan sebuah panggilan untuk “Rehat Kopi” pada pertengahan
masa Adven. Nabi Yesaya melihat bahwa TUHAN “memberikan kekuatan kepada yang
lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya” (Yes 40:29). Yesaya juga
mengatakan, bahwa “orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan
baru” (Yes 40:31). Yesus dalam bacaan Injil mengundang kita untuk datang
kepada-Nya jika kita sedang letih lesu dan berbeban berat, dan Ia pun akan
menyegarkan kita kembali (lihat Mat 11:28).
Apabila kita
mengikuti sebuah seminar tentunya ada rehat kopi (kata-kata kerennya adalah
coffee break). Saya masih ingat ketika bekerja di Citibank Manila di awal tahun
1970-an, setiap hari menjelang jam 10 pagi semua karyawan berhenti bekerja dan
mulai membeli makanan kecil dan secangkir kopi/teh dari penjaja yang
berkeliling. Ini juga saat yang digunakan untuk mengobrol sejenak. Hal yang
sama diulang lagi di siang hari sekitar jam 3 siang. Nama “acara” seperti itu
adalah mirienda, mungkin sebuah warisan dari zaman penjajahan Spanyol. Rehat
Kopi: tentu kita semua mengharapkannya, kita menghargainya, kita membutuhkannya.
Kita berkembang atas istirahat dari kerja walaupun sejenak, penyegaran yang
memulihkan diri kita dan membuat pekerjaan kita menjadi lebih baik. Apakah kita
begitu sibuk bekerja sehingga tidak dapat berhenti sebentar untuk memperoleh
penyegaran kembali dalam bidang rohani? Yesus kiranya bersabda, “Slow down
sedikit dan dengarkanlah sebentar,” dan jiwa kita juga akan dapat beristirahat.
Kita memberi
terlalu banyak tekanan hanya pada “melakukan pekerjaan-pekerjaan”, menyibukkan
diri dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lain, dari promosi jabatan yang
satu ke promosi jabatan yang lain. Atau, apabila kita suka bersedekah, maka
kita disibukkan dalam hal masalah-masalah sosial saja. Hal ini dapat saja baik,
namun tidak boleh menjadi kegiatan yang berlebihan …… tidak boleh sampai
“overkill.” Pekerjaan yang paling baik sekali pun, apabila tidak menyediakan
waktu untuk penyegaran spiritual, untuk doa dan refleksi/renungan dalam
keheningan, pada akhirnya akan menjadi steril.
Dedikasi
membutuhkan suatu sense of direction. Karya karitatif yang paling baik, terbaik
dalam tindakan Kristiani tidak dapat survive tanpa adanya “rehat kopi” rohani.
Kita senantiasa membutuhkan pengarahan dari Yang Ilahi (Inggris: divine
direction) di atas bumi ini. Begitu mudah kita kehilangan arah tanpa
“pengarahan ilahi” termaksud. Begitu banyak peristiwa menyedihkan telah dialami
oleh banyak pribadi karena mereka mengabaikan “pengarahan ilahi” yang
diperlukan.
Sikap yang paling
bijak adalah untuk berhenti dari kesibukan kerja secara teratur, untuk
memanfaatkan menit-menit yang menyegarkan bersama Kristus, yang telah berjanji
bahwa kita akan belajar dari diri-Nya dan hal tersebut akan membawa damai
sejahtera kepada jiwa kita.
DOA: Bapa surgawi,
lewat nabi Yeremia Engkau telah bersabda: “Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan
lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik,
tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan” (Yer 6:16). Kami
akan mentaati petunjuk-Mu, ya Allah. Kami akan secara teratur mengikuti
“pengarahan ilahi” dari-Mu untuk saat-saat penyegaran spiritual, untuk doa dan
melakukan refleksi dalam keheningan. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu perkenankanlah
kami dibentuk menjadi murid-murid Yesus yang sejati. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja,
OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan