( Bacaan Injil Misa
Kudus, Peringatan S. Ambrosius, Uskup Pujangga Gereja – Jumat, 7 Desember 2012 )
Ketika Yesus
meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil
berseru-seru dan berkata, “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Setelah Yesus
masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan
Yesus berkata kepada mereka, “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?”
Mereka menjawab, “Ya Tuhan, kami percaya.” Yesus pun menyentuh mata mereka
sambil berkata, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Lalu meleklah mata mereka.
Kemudian Yesus dengan tegas berpesan kepada mereka, “Jagalah supaya jangan
seorang pun mengetahui hal ini.” Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke
seluruh daerah itu. (Mat 9:27-31)
Bacaan Pertama: Yes
29:17-24; Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1,4,13-14
“Kasihanilah kami,
hai Anak Daud” (Mat 9:27). Dengan kata-kata inilah dua orang buta berseru
kepada Yesus. Mereka sadar bahwa mereka terjebak dalam kegelapan, dan mereka
mereka memohon dengan sangat kepada sang Rabi dari Nazaret ini – yang mereka
rasakan bukan sekadar seorang rabi biasa – untuk mencelikkan mata mereka.
Melihat hasrat mereka, Yesus bertanya: “Percayakah kamu bahwa Aku dapat
melakukannya?” (Mat 9:28). Ketika mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya”
(Mat 9:28), Yesus pun menyentuh mata mereka sambil berkata, “Jadilah kepadamu
menurut imanmu” (Mat 9:29). Langsung saja mereka meninggalkan kegelapan dan
masuk ke dalam terang, semua itu disebabkan iman-kepercayaan mereka bahwa Yesus
mampu melakukan sesuatu yang jauh melampaui kemampuan-kemampuan manusiawi.
Dua orang ini
adalah sebuah contoh bagi kita, bukan hanya karena iman mereka, melainkan juga
karena keterbukaan hati dan fleksibilitas pikiran mereka. Dalam artian tertentu
kita semua menderita kebutaan – suatu kebutaan spiritual yang disebabkan tidak
mengenal Yesus dan cara-cara-Nya. Kita tidak tahu sampai berapa dalam komitmen
Yesus kepada kita, atau sampai berapa kuat Ia dapat bekerja dalam kehidupan
kita. Kita semua cenderung untuk mereduksi kehidupan Kristiani kita menjadi
seperangkat peraturan “lakukan” dan “jangan lakukan” (do’s and don’ts) sehingga
kita luput dari kemungkinan bahwa Yesus mungkin ingin mengejutkan kita dengan
sesuatu yang baru dan berbeda. Akan tetapi dua orang buta ini percaya bahwa
hanya dengan satu sentuhan saja, Yesus mampu untuk memulihkan penglihatan
mereka.
Allah memang ingin
mengejutkan kita, membuat kita surprise. Ia ingin menyembuhkan kita dari
kebutaan kita dan kekakuan pikiran kita yang terikat pada dunia ini saja. Dia
ingin terang-Nya terbit di atas kita sehingga kita dapat diubah dan mulai
“melihat” kehidupan tidak seperti sebelumnya, bahkan hal-hal luarbiasa seperti
penyembuhan-penyembuhan ajaib – kata kerennya: miraculous healings. Yesus ingin
menunjukkan kepada kita bahwa Injil bukanlah seperangkat hukum dan/atau resep,
melainkan sebuah undangan kepada suatu relasi pribadi dengan diri-Nya.
Oleh karena itu,
marilah kita menyambut Yesus ke dalam tempat-tempat gelap dalam pikiran kita.
Marilah kita mohon kepada-Nya untuk menyingkirkan cara-cara kita yang kaku
dalam berpikir tentang Dia dan Injil-Nya. Sebagaimana dua orang buta dalam
bacaan Injil hari ini, marilah kita berseru kepada Yesus mohon belas kasihan
dan mohon kepada-Nya untuk membuka mata kita bagi kasih dan kuasa-Nya.
Santo Ambrosius [c.
334-397]. Pada hari ini, tanggal 7 Desember, kita memperingati Santo Ambrosius,
uskup agung Milano dan salah seorang dari empat orang Bapak Gereja di Barat
(Augustinus, Hieronimus, Gregrorius Agung). Sebelum diangkat menjadi uskup,
Ambrosius pernah menjadi gubernur provisi Liguria dan Emilia. Ketika dipilih
menjadi uskup, Ambrosius belum dibaptis. Namun sejak dia memangku jabatan
uskup, seluruh hidupnya diabdikan demi umatnya: Ia tekun mempelajari Kitab
Suci; memberikan khotbah setiap hari Minggu dan hari raya gerejawi serta
menjaga persatuan dan kemurnian ajaran Katolik. Dengan penuh
hikmat-kebijaksanaan dia membimbing kehidupan rohani umat; mengatur ibadah hari
Minggu dengan menarik, sehingga umat dapat berpartisipasi secara aktif;
mengatur dan mengusahakan bantuan bagi pemeliharaan kaum miskin-papa dan
mempertobatkan orang-orang berdosa. Ambrosius adalah seorang uskup yang sangat
baik dalam melayani umatnya. Ambrosius memang seorang gembala baik, yang dengan
tulus-hati mencoba berusaha meniru sang Gembala Agung, Yesus Kristus. Sebagai
seorang pemimpin Gereja, Ambrosius berhasil menyurutkan pengaruh kaum bid’ah
Arianisme. Ketika Kaisar Theodosius menumpas pemberontakan dan melakukan
pembantaian besar-besaran (genosida), Kaisar dikucilkan dari umat
(diekskomunikasikan). Untuk diterima kembali ke dalam Gereja, Kaisar harus
bertobat dan mengungkapkan penyesalannya di depan umat. Ambrosius tak peduli
kaisar atau wong cilik, apabila berdosa harus bertobat. “Kalau Yang Mulia
meneladan Raja Daud ketika berdosa, maka Yang Mulia harus mencontoh dia pula
ketika bertobat!” – “Kepala Negara adalah anggota Gereja, bukan tuannya”,
itulah kata-katanya kepada Kaisar.
DOA: Tuhan Yesus,
aku ingin melihat. Bukalah mataku agar dapat melihat Engkau dengan lebih jelas
lagi. Bukalah hatiku agar dapat mengasihi-Mu secara lebih mendalam. Berikanlah
kepadaku sebuah hati yang luwes-fleksibel, sebuah hati yang selalu siap untuk
mengenal Engkau secara baru. Tuhan, kejutkanlah diriku dengan kasih-Mu! Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan