(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan II Adven – Sabtu, 15 Desember 2012)
Lalu
murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Kalau demikian, mengapa ahli-ahli Taurat
berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” Jawab Yesus, “Memang Elia akan datang
dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang,
tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka.
Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Pada waktu itu
mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.
(Mat 17:10-13)
Bacaan pertama: Sir
48:1-4.9-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2-3,15-16,18-19
Setelah mereka
menyaksikan peristiwa transfigurasi Yesus (Mat 17:1-8), Petrus, Yakobus dan
Yohanes menjadi lebih yakin dari sebelum-sebelumnya bahwa Yesus adalah sang
Mesias yang dinanti-nantikan bangsa Israel. Tentu sekarang Ia akan menyatakan
diri-Nya kepada Israel dengan penuh kuasa! Selagi mereka turun dari gunung itu,
Yesus berpesan kepada mereka, “Jangan kamu ceritakan penglihatan itu kepada
siapa pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati” (Mat 17:9).
Lalu para murid-Nya bertanya kepada Yesus, mengapa sebagai Mesias Ia telah
muncul di tengah-tengah masyarakat tanpa didahului oleh kedatangan Elia
sebagaimana telah dinubuatkan oleh para nabi (lihat Mat 17:10).
Yesus menjawab
bahwa Elia telah datang dalam diri Yohanes Pembaptis, namun para penguasa tidak
mengenalinya dan memperlakukan dia dengan buruk dan malah membunuhnya (lihat
Mat 17:11). Yesus juga menjelaskan bahwa diri-Nya akan diperlakukan sama
buruknya seperti yang telah dialami sang bentara: “Demikian juga Anak Manusia
akan menderita oleh mereka” (Mat 17:12). Penjelasan Yesus ini kelihatan absurd
di mata para murid-Nya yang baru saja menyaksikan Yesus dalam kemuliaan
surgawi. Mengapa para penguasa ingin menghancurkan-Nya?
Selagi kita membaca
Injil, kita pun dapat merasa heran atas kebutaan orang-orang yang ingin
menyingkirkan Yesus. Bagaimana mungkin mereka sampai tidak memahami siapa Yesus
itu sebenarnya? Itulah pertanyaan reflektif kita, namun adalah kenyataan bahwa
Yesus terus saja menderita karena penolakan banyak pihak, bahkan sampai hari
ini. Dalam dunia ini terdapat kekuatan-kekuatan yang ingin menyingkirkan Yesus
dan kemurnian pesan Injil-Nya. Yang kita harus lakukan hanyalah mengikuti
perkembangan pemberitaan dalam berbagai media, opini publik yang beredar, dan
tingkat kekerasan yang berlangsung dalam masyarakat, untuk melihat betapa besar
hasrat banyak pihak untuk “melenyapkan” Yesus.
Yang barangkali
lebih sulit bagi kita untuk mempersepsikannya adalah fakta bahwa niat-niat
serupa terpendam juga dalam diri kita masing-masing. Misalnya, sampai berapa
seringkah kita berpikir bahwa sebenarnya Yesus tidak mengasihi diri kita, bahwa
kita tidak dapat sungguh-sungguh mengharapkan Dia akan mengampuni dosa kita,
bahwa mematuhi perintah-perintah Allah sungguh sulit? Kita masing-masing harus
jujur dengan Yesus pada saat-saat pemikiran-pemikiran seperti ini mulai
menggiring kita ke arah yang salah. Kita tidak usah merasa malu untuk
mengungkapkan sisi gelap diri kita di hadapan Allah dalam doa dan pengakuan
dosa. Biar bagaimana pun juga, Dia tahu bahwa dosa-dosa itu ada di sana. Dia
bahkan melihat dosa-dosa kita dengan lebih jelas daripada kita sendiri melihat
semua itu, …… dan hasrat-Nya untuk untuk menyembuhkan diri kita jauh lebih
besar daripada hasrat kita sendiri. Apa lagi yang lebih menggembirakan dan
menyemangati kita?
DOA: Roh Kudus
Allah, selidikilah hatiku dan yakinkanlah diriku tentang kasih Yesus. Tolonglah
aku untuk tidak menjadi takut terhadap penyelidikan-Mu selagi Engkau memanggil
aku kepada kekudusan. Engkau tetap setia walaupun aku tidak setia! Datanglah,
ya Roh Kudus, dan lakukanlah karya pembebasan-Mu yang penuh kuat-kuasa dalam
diriku. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan