Dalam tahun kelima
belas pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi gubernur
Yudea, dan Herodus raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah
Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan
Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak
Zakharia, di padang gurun. Lalu datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan
memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa, seperti ada tertulis dalam
kitab nubuat-nubuat Yesaya: “Ada suara yang berseru-seru di padang di padang
gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap
lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang
berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua
orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.” (Luk 3:1-6)
Bacaan Pertama: Bar
5:1-9; Mazmur Tanggapan: 126:1-6; Bacaan Kedua: Flp 1:4-6,8-11
Dipenuhi dengan Roh
Kudus dan “kuasa Elia” (Luk 1:15,17), Yohanes Pembaptis “ditakdirkan” menjadi
bentara kedatangan sang Mesias. Dalam kidungnya (Luk 1:68-79) yang selalu kita
nyanyikan dalam Ibadat Pagi, Zakharia – ayah dari Yohanes Pembaptis –
mengatakan: “Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi,
karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan
bagi-Nya” (Luk 1:76).
Untuk menyiapkan
umat menyambut kedatangan sang Kristus, Yohanes mewartakan Kerajaan Allah dan
menyerukan pertobatan, “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” Mrk 1:15; bdk. Mat 3:2). Allah telah
menyatakan kepada Yohanes Pembaptis tentang pentingnya pertobatan dalam rangka
penerimaan pengampunan dosa dan kehidupan yang dijanjikan melalui kedatangan
sang Mesias.
Kebanyakan kita
telah diberi wejangan oleh para katekis, imam dlsb. untuk mengunjungi kamar
pengakuan sesering mungkin, namun begitu mudah kita mengabaikan hal tersebut.
Kita pun lalu melanjutkan hidup kita seperti biasanya – life as usual, business
as usual – dan memusatkan perhatian kita pada urusan dan rutinitas harian kita.
Roh Kudus mungkin saja sudah untuk kesekian kalinya mengingatkan kita bahwa
kita memerlukan pertobatan atas dosa-dosa kita, akan tetapi kita dapat
menemukan diri kita tidak mampu untuk memberikan tanggapan sepenuh hati
terhadap panggilan kepada pertobatan. Mengapa? Karena kita tidak tahu bagaimana
membawa perubahan riil ke dalam kehidupan kita. Sebagai akibatnya, kita menjadi
tidak mampu untuk menerima hidup baru yang dijanjikan Allah kepada mereka yang
melakukan pertobatan dengan tulus.
Memang pesan yang
disampaikan oleh Yohanes Pembaptis kadang-kadang terasa keras, namun kita harus
mengakui bahwa dalam pesannya terdapat pengharapan. Barukh bernubuat bahwa
Allah berniat untuk mengumpulkan anak-anak-Nya kembali kepada-Nya: “Israel akan
dituntun dengan sukacita oleh Allah, oleh cahaya kemuliaan-Nya dan dengan belas
kasihan dan kebenaran-Nya” (Bar 5:9). Kita sepenuhnya tahu dan menyadari bahwa
Allah akan memenuhi janji ini pada kedatangan kembali Yesus dalam kemuliaan-Nya
di akhir zaman, namun kita dapat mengalami sebagian dari yang dijanjikan itu
secara parsial sekarang juga karena apa yang telah dicapai oleh Yesus lewat
kematian-Nya pada kayu salib.
Santo Paulus
menulis, “…… aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik
di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus
Yesus” (Flp 1:6). Allah juga telah berjanji bahwa “semua orang akan melihat
keselamatan yang dari Tuhan” (Luk 3:6) dan “penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan
oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah” (Flp 1:11). Roh Kudus
memampukan kita untuk merangkul pesan pertobatan yang disampaikan oleh Yohanes
Pembaptis dan kemudian menerima pengampunan dan hidup baru melalui iman kepada
Kristus.
Walaupun menghadapi
berbagai kesulitan dan menanggung beban kehidupan, kita tidak perlu merasa
khawatir. Allah telah mengampuni kita dan berjanji untuk menyelesaikan kerja
penyelamatan yang telah dimulai-Nya dalam diri kita. Roh Kudus-Nya akan
menyerupakan kita dengan gambar dan rupa Putera-Nya, Yesus Kristus. Santo
Paulus menulis, “Kristus adalah ‘ya’ bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya
oleh karena Dia kita mengatakan ‘Amin’ untuk memuliakan Allah” (2Kor 1:20).
Sang pemazmur pada hari ini juga mempermaklumkan bahwa rencana kekal-abadi
Allah akan dipenuhi dalam diri kita: “Orang yang berjalan maju dengan menangis
sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa
berkas-berkasnya” (Mzm 126:6).
DOA: Bapa surgawi,
Allah pencipta langit dan bumi, kuduslah nama-Mu. Kami percaya bahwa lewat
wafat Putera-Mu – Yesus Kristus, Engkau telah mengampuni kami dan hubungan kami
dengan Engkau yang telah rusak itupun dipulihkan, dan kami sungguh-sungguh
menjadi anak-anak-Mu yang sangat Kaukasihi. Yesus Kristus itu adalah “ya” bagi
semua janji-Mu. Dalam nama Yesus Kristus itulah kami menyembah dan memuji-muji
Engkau. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan