( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan I Adven – Kamis, 6 Desember 2012 )
Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga,
melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.
Jadi, setiap orang
yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang
bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan
datanglah banjir, lalu bertiuplah angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu
tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang
mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah
banjir, lalu bertiuplah angin melanda rumah itu itu, sehingga rubuhlah rumah
itu dan hebatlah kerusakannya. (Mat 7:21,24-27)
Bacaan Pertama: Yes
26:1-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1,8-9,19-21,25-27
“Lebih baik
berlindung pada TUHAN daripada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung
pada TUHAN daripada percaya kepada para bangsawan” (Mzm 118:8-9).
Ketika mendengar
berita bahwa daerah kita akan diterpa angin puting beliung, hujan lebat, banjir
dlsb., apakah kita tidak merasa waswas dan khawatir, merasa takut? Apalagi
kalau kita tinggal kota pantai yang rawan gempa dan tsunami? Kebanyakan orang
yang membangun dan tinggal dalam sebuah rumah di tepi pantai diharapkan untuk
mendirikan rumah mereka sesuai standar-standar keamanan yang ditetapkan
pemerintah setempat, sehingga apabila akan datang badai mereka tidak perlau
terlalu khawatir/takut.
Ketika Yesus
berbicara mengenai “orang yang mendirikan rumahnya di atas batu”, sebenarnya
Dia berbicara mengenai diri kita. Yesus ingin agar kita mendirikan/membangun
kehidupan kita di atas sabda-Nya – fondasi yang paling kokoh yang dapat kita
miliki. Dan agar hal ini dapat terwujud, maka kita harus bekerja sama dengan
Yesus, sang Arsitek Agung. Selagi kita memperkenankan Yesus membangun diri kita
sesuai dengan standar-standar-Nya, maka rasa khawatir kita pun akan berkurang
apabila badai dunia datang menerpa kita.
Memang tidak
mudahlah bagi kita untuk memperkenankan Yesus melakukan “pembangunan” diri
kita. Kita dapat saja terdorong agar Ia membangun sesuai standar-standar kita
sendiri, bukan standar-standar-Nya. Namun Yesus ingin memulai pembangunan diri
kita dari fondasi yang paling bawah. Dia akan membongkar dan mengangkat apa
saya yang tidak berkenan di mata-Nya. Yesus tahu bahwa apabila fondasi kita
lemah, maka kita menjadi rentan terhadap serangan si Iblis, dunia, dan terhadap
kodrat kita sendiri yang cenderung jatuh ke dalam kedosaan.
Walaupun Yesus
membongkar dan membangun kembali diri kita, kita senantiasa harus mengingat
bahwa Dia beserta kita setiap saat. Kita tidak pernah akan ditinggalkan-Nya.
Yesus tidak ingin melihat kita memandang berbagai badai kehidupan seakan-akan
sebagai akhir hidup kita. Yesus ingin agar kita menaruh kepercayaan kepada-Nya,
sebagai andalan kita satu-satunya sehingga kita senantiasa memilih untuk
mentaati perintah-perintah-Nya, betapa pun sulitnya perintah-perintah tersebut.
Apabila badai datang menerjang, Yesus ingin agar kita lari kepada Bapa dan
membiarkan Bapa menguatkan kita. Yesus ingin melakukan pertempuran yang kita
sendiri tidak mampu lakukan dengan kekuatan sendiri. Sungguh merupakan sebuah
berkat mengetahui bahwa kita dapat menaruh kepercayaan kita pada sang
Juruselamat! Yang harus kita lakukan hanyalah menaruh kepercayaan dan taat
kepada-Nya, dan Ia pun akan membangun diri kita masing-masing menjadi
pribadi-pribadi tempat tinggal yang kuat dan indah bagi Roh Kudus-Nya.
DOA: Tuhan Yesus,
datanglah dan bangunlah hatiku seturut standar-standar-Mu. Buatlah aku menjadi
cukup kuat untuk berdiri kokoh apabila badai datang menerpa. Kasih-Mu cukuplah
bagiku. Aku menaruh kepercayaan pada kekuatan-Mu untuk memperbaharui diriku dan
untuk menolongku agar mampu mengatasi situasi-situasi yang kuhadapi. Aku
sungguh mengasihi-Mu, Tuhan Yesus. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan