(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan IV Prapaskah – Jumat, 15 Maret 2013)
Sesudah itu Yesus
berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau berkeliling di Yudea, karena di
sana para pemuka Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat
hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
Tetapi, sesudah
Saudara-saudara-Nya berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak
terang-terangan melainkan diam-diam.
Kemudian beberapa
orang Yerusalem berkata, “Bukankah Dia ini yang mau mereka bunuh? Namun
lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa
kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kia benar-benar sudah tahu bahwa Dialah
Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, sebaliknya
bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.”
Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru, “Memang Aku kamu kenal dan kamu
tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi
Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku
datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.”
Mereka berusaha
menangkap dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya
belum tiba. (Yoh 7:1-2,10,25-30)
Bacaan Pertama: Keb
2:1a,12-22, Mazmur Tanggapan: Mzm 34:17-21,23
Yesus berkata
kepada orang-orang di Bait Allah yang sedang mendengarkan pengajaran-Nya:
“Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan
atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu
kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku”
(Yoh 7:28-29).
Ada pandangan
orang-orang Yahudi pada zaman itu, bahwa manakala Mesias datang, tidak seorang
pun mengetahui asal-usul-Nya (lihat Yoh 7:27). Akan tetapi, bukankah umat
pilihan Allah ini telah mengetahui bahwa bilamana Mesias datang, maka Ia datang
dari Allah yang mereka klaim telah mengenal-Nya dan menyembah-Nya? Namun
demikian, Yesus berkata tentang Bapa yang mengutus-Nya, Allah dari Umat-Nya,
yang mereka tidak kenal.
Ini tentunya bukan
salah dari para nabi dan para kudus Perjanjian Lama, yang senantiasa mendesak
umat pilihan Allah ini untuk menaruh kepercayaan kepada YHWH, tidak kepada
manusia. Dan apabila para penulis suci kelihatan terkadang memandang Allah dari
kejauhan, menempatkan Dia terlalu jauh dari Umat-Nya, mereka dapat mengejutkan
kita kemudian dengan membuat Dia terlalu manusiawi, berpikir tentang Dia dengan
istilah-istilah yang sangat manusiawi dan membumi. Dan walaupun mereka
belum/tidak siap untuk memahami misteri inkarnasi – Mesias sebagai Allah yang
menjadi manusia – mereka sudah siap mengharapkan seorang Mesias yang manusia.
Lalu, mengapa
mereka tidak mau menerima orang ini, yang telah diutus oleh Bapa surgawi?
Apakah karena Dia
terlalu mirip dengan Allah yang mereka klaim telah mengenal-Nya, dan terlalu jauh
dari standar-standar dunia yang telah ditetapkan bagi seorang Mesias oleh
mereka? Bukankah ini kasus sebuah umat yang berkata – barangkali juga berpikir
– bahwa mereka mengenal dan menyembah Allah yang benar, namun sesungguhnya
mereka menyembah gambaran Dia yang salah?
Orang-orang Yahudi
itu tidak dapat menerima “skandal” Yesus, “skandal” tentang Allah mereka, yang
melepaskan diri-Nya dari kekayaan ilahi-Nya untuk menjadi satu dengan
orang-orang miskin; Allah mereka, yang memilih untuk lahir ke dunia di
tengah-tengah orang miskin dan mengenakan kemiskinan yang luarbiasa dan
ketiadaan arti dalam masyarakat; Allah mereka, yang dalam kasih ilahi-Nya tidak
dapat mengambil apa pun bagi diri-Nya sendiri, melainkan hidup dalam
penghayatan suatu kehidupan yang memberikan diri-sendiri secara lengkap dan
total.
DOA: Tuhan Yesus,
apakah kami mengenal Engkau dengan lebih baik? Apakah kami sungguh menerima
Engkau sebagai Mesias kami? Tuhan, kami sungguh percaya bahwa Engkau adalah
sungguh sang Mesias, Tuhan dan Juruselamat kami. Ampunilah kami yang terkadang
kurang percaya. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan