(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan IV Prapaskah – Selasa, 12 Maret 2013)
Sesudah itu ada
hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat
Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda;
ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang
sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh. [Mereka
menantikan guncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke
kolam itu dan mengguncangkan air itu; siapa saja yang terdahulu masuk ke
dalamnya sesudah guncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun penyakitnya.] Di
situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika
Yesus melihat itu berbaring di situ dan karena Ia tahu bahwa ia telah lama
dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang
sakit itu kepada-Nya, “Tuan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam
itu ketika airnya mulai terguncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu orang
lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya, “Bangunlah, angkatlah
tikarmu dan berjalanlah.” Pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia
mengangkat tikarnya dan berjalan.
Tetapi hari itu
hari Sabat. Karena itu, para pemuka Yahudi berkata kepada orang yang baru
sembuh itu, “Hari ini hari Sabat dan engkau tidak boleh mengangkat tikarmu.”
Akan tetapi, ia menjawab mereka, “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang
mengatakan kepadaku: Angkatlah tikarmu dan berjalanlah.” Mereka bertanya
kepadanya, “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tikarmu dan
berjalanlah?’ Tetapi orang yang baru disembuhkan itu tidak tahu siapa orang
itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu.
Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya,
“Ingat, engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya jangan terjadi
yang lebih buruk lagi padamu.” Orang itu keluar, lalu menceritakan kepada para
pemuka Yahudi bahwa Yesus-lah yang telah menyembuhkan dia. Karena itu, para
pemuka Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada
hari Sabat. (Yoh 5:1-16)
Bacaan Pertama: Yeh
47:1-9,12; Mazmur Tanggapan: Mzm 46:2-3,5-6,8-9
Dalam bacaan Injil
hari ini kita dapat membaca cerita begitu indah tentang Yesus yang menyembuhkan
seorang yang sakit lumpuh. Ini adalah satu lagi cerita tentang penyembuhan yang
dilakukan-Nya pada hari Sabat, hal mana sangat membuat marah orang-orang
Farisi, yaitu “front pembela” agama Yahudi.
Kolam Betesda ini
memang memiliki reputasi sebagai tempat penyembuhan-penyembuhan. Kolam ini
kelihatannya mempunyai sumber mata air yang sekali-sekali menggelembung ke atas
dan orang-orang percaya bahwa gelembung-gelembung dari mata air tersebut
memiliki daya penyembuhan. Secara popular-kerakyatan dikatakanlah bahwa
‘seorang’ malaikat Tuhan turun dan mengguncangkan air yang ada di kolam itu.
Orang yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah guncangan air itu, menjadi
sembuh, apa pun penyakitnya.
Kita melihat di
sini ada seseorang yang telah menunggu selama 38 tahun agar dapat disembuhkan.
Yesus melihat orang itu berbaring di atas tikar dan mengetahui kondisinya.
Yesus bertanya kepada orang itu: “Maukah engkau sembuh?” (Yoh 5:6). Orang sakit
itu menjawab: “Tuan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu
ketika airnya mulai terguncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang
lain sudah turun mendahului aku.” (Yoh 5:7). Lalu Yesus mengucapkan kalimat
sederhana berikut ini: “Bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalanlah” (Yoh
5:8). Orang itu pun sembuhlah dan melakukan apa yang diperintahkan Yesus
kepadanya. Yang dikatakan Yesus kepada orang ini sebenarnya berarti: “Engkau
tidak membutuhkan orang untuk menurunkanmu ke dalam kolam karena engkau telah
mempunyai Aku. Aku-lah satu-satunya yang kaubutuhkan!”
Bukankah hal ini
seringkali merupakan masalah kita? Kita merasakan tidak mempunyai seorang pun
untuk menolong kita. Terasa tidak ada seorang pun yang mengasihi diri kita,
tidak ada yang memperhatikan diri kita, padahal Tuhan Yesus senantiasa berdiri
di dekat kita. Dia akan menyentuh kita dengan tangan-tangan kasih-Nya ketika
kita sekadar melakukan tindakan sederhana, yaitu membuka diri bagi Dia dan
kasih-Nya.
Bilamana berbagai
masalah membebani diri kita, ketika para sahabat kita tidak peduli dan malah
meninggalkan kita, maka hanya ada satu jawaban. Berpalinglah kepada Yesus.
Perkenankan Dia menjadi Tuhan (Kyrios) dalam hidup kita dan dalam waktu yang
relatif tidak lama kita pun akan menemukan suatu damai-sejahtera yang baru,
bahkan ketika kita masih menghadapi banyak kesulitan hidup.
DOA: Ya Tuhan
Allahku, bagi kami Engkau adalah tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai
penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kami tidak akan takut,
sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut,
sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh
geloranya (bdk. Mzm 46:2-3). Terpujilah Allah selama-lamany. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan