(Bacaan Pertama
Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Senin, 18 Maret 2013)
Lalu hukuman mati
dijatuhkannya kepada Susana. Maka berserulah Susana dengan suara nyaring:
“Allah yang kekal yang mengetahui apa yang tersembunyi dan yang mengenal
sesuatu sebelum terjadi. Engkaupun tahu pula bahwa mereka itu memberikan
kesaksian palsu terhadap aku. Sungguh, aku mati meskipun tidak kulakukan
sesuatupun dari apa yang mereka bohongi aku.”
Maka Tuhan
mendengarkan suaranya. Ketika Susana dibawa keluar untuk dihabisi nyawanya,
maka Allah membangkitkan roh suci dari seorang anak muda, Daniel namanya.
Berserulah ia dengan suara nyaring: “Aku ini tidak bersalah terhadap darah
perempuan itu!” Maka segenap rakyat berpaling kepada Daniel, katanya: “Apakah
maksudnya yang kaukatakan itu?” Daniel pun lalu berdiri di tengah-tengah
mereka, katanya: “Demikian bodohkah kamu, hai orang Israel? Adakah kamu
menghukum seorang puteri Israel tanpa pemeriksaan dan tanpa bukti?” Kembalilah
ke tempat pengadilan, sebab kedua orang itu memberikan kesaksian palsu terhadap
perempuan ini!”
Bergegas-gegas
kembalilah rakyat lalu orang-orang tua itu berkata kepada Daniel: “Kemarilah,
duduklah di tengah-tengah kami dan beritahukanlah kami. Sebab Allah telah
menganugerahkan kepadamu martabat orang tua-tua.” Lalu kata Daniel kepada
orang-orang yang ada di situ: “Pisahkanlah mereka berdua itu jauh-jauh, maka
mereka akan kuperiksa.” Setelah mereka dipisahkan satu sama lain maka Daniel
memanggil seorang di antara mereka dan berkata kepadanya: “Hai engkau, yang
sudah beruban dalam kejahatan, sekarang engkau ditimpa dosa-dosa yang dahulu
telah kauperbuat dengan menjatuhkan keputusan-keputusan yang tidak adil, dengan
menghukum orang yang tidak bersalah dan melepaskan orang yang bersalah,
meskipun Tuhan telah berfirman: Orang yang tak bersalah dan orang benar
janganlah kaubunuh. Oleh sebab itu, jika engkau sungguh-sungguh melihat dia,
katakanlah: Di bawah pohon apakah telah kaulihat mereka bercampur?” Sahut
orang-orang tua itu: “Di bawah pohon mesui.” Kembali Daniel berkata: “Baguslah
engkau mendustai kepalamu sendiri! Sebab malaikat Allah sudah menerima firman
dari Allah untuk membalas engkau!” Setelah orang itu disuruh pergi Danielpun
lalu menyuruh bawa yang lain kepadanya. Kemudian berkatalah Daniel kepada orang
itu: “Hai keturunan Kanaan dan bukan keturunan Yehuda, kecantikan telah menyesatkan
engkau dan nafsu berahi telah membengkokkan hatimu. Kamu sudah biasa berbuat
begitu dengan puteri-puteri Israel dan merekapun terpaksa menuruti kehendakmu
karena takut. Tetapi puteri Yehuda ini tidak mau mendukung kefasikanmu!” Oleh
sebab itu, katakanlah kepadaku: Di bawah pohon apakah telah kaudapati mereka
bercampur?” Sahut orang tua-tua itu: “Di bawah pohon berangan.” Kembali Daniel
berkata: “Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah
sudah menunggu-nunggu dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya
membinasakan kamu!”
Maka
berseru-serulah seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah
yang menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya. Serentak mereka bangkit
melawan kedua orang-orang tua-tua itu, sebab Daniel telah membuktikan dengan
mulut mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu. Lalu mereka
diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya. Sesuai
denganTaurat Musa kedua orang itu dibunuh. Demikian pada hari itu diselamatkan
darah yang tak bersalah. (Dan 13:41c-62)
Bacaan Harian:
(versi lebih panjang: Dan 13:1-9,15-17,19-30,33-62; Mazmur Tanggapan: Mzm
23:1-6; Bacaan Injil: Yoh 8:1-11
Kisah Susana
mungkin merupakan salah satu cerita detektif yang pertama di dunia. Kisah ini
dengan hati-hati menyusun berbagai unsur dari karakter-karakter yang terlibat,
ketegangan cerita dan plot-plotnya agar dengan demikian menghasilkan bacaan
yang menarik dan sementara itu juga menyediakan suatu “model” bagi umat Allah.
Kisah ini disusun dalam periode Makabe (pada masa orang-orang Yahudi menderita
di bawah penganiayaan dibawa penguasa Yunani, Anthiokus Epifanes IV), Kisah ini
mengajarkan dua pelajaran: Iman akan berkemenangan atas kemalangan, dan bahkan
orang yang tidak percaya pun dapat belajar tentang kuat-kuasa Allah dan
otoritas-Nya.
Menurut cerita ini,
Susana – anak Hilkia dan istri Yoyakim – adalah seorang perempuan muda soleha
yang hidup di Babel pada masa pembuangan. Orang tuanya mengajarnya untuk takut
akan Allah dan mentaati Hukum Musa (Dan 13:2-3). Di lain pihak para antagonis
dalam cerita ini adalah dua orang tua-tua yang memiliki pikiran bengkok (Dan
13:9) dan dipenuhi dengan “hasrat penuh nafsu” (Dan 13:11). Kedua orang tua-tua
itu lupa daratan dan tidak memandang surga (Dan 13:9) sedangkan Susana sendiri
menengadah ke surga sambil menangis (Dan 13:35). Akibatnya: Susana yang percaya
pada Allah, dibebasksn; sedangkan kedua orang tua-tua memalingkan pandangan
mereka dari Allah kemudian dihukum.
Pentinglah bagi kita
untuk mengingat bahwa Susana tidak mengetahui apakah dirinya akan dihukum atas
tuduhan perzinahan. Keprihatinan Susana hanyalah bahwa kebenaran Allah tidak
akan ternoda. Inilah sebagian dari doa Susana: “Namun demikian lebih baiklah
aku jatuh ke dalam tangan kamu dengan tidak berbuat demikian, dari pada berbuat
dosa di hadapan Tuhan” (Dan 13:23). Ancaman kematian tidak berhasil menggoyang
imannya. Oleh karena itu Tuhan menghargai kesetiaannya dan membangkitkan Daniel
untuk membantu dirinya.
Apa urusan cerita
ini dengan masa Prapaskah? Mengapa cerita ini menjadi salah satu bacaan masa
Prapaskah? Cerita ini tidak hanya merupakan sebuah “model” bagi kita, melainkan
juga menunjuk kepada Yesus yang tidak pernah menyangkal Bapa-Nya atau berupaya
untuk melindungi diri-Nya sendiri dengan menghindarkan diri dari rasa sakit dan
penderitaan. Yesus mengasihi bahkan mereka yang memusuhi dan melawan diri-Nya
(Ibr 12:3) – kita semua – dengan cintakasih yang tak dapat kita lukiskan dengan
kata-kata – cintakasih setia dan penuh ketaatan, sampai mati di kayu salib (Flp
2:5-8). Semoga hal yang sama juga benar bagi diri kita masing-masing!
Mengikuti jejak
Kristus tidak senantiasa mudah dan tanpa rasa sakit, namun yang jelas selalu
menggiring kita kepada kemenangan. Oleh karena itu, marilah kita mohon kepada
Roh Kudus untuk mencurahkan “sikap Kristus” ke dalam hati kita masing-masing.
Marilah kita mohon diberikan rahmat agar mampu menegakkan kebenaran Allah –
berapa dan apa pun biayanya.
DOA: Bapa surgawi,
Engkau telah memanggil kami untuk mengenal dan menerima kasih-Mu. Bukalah hati
kami bagi hal itu, dengan demikian – seperti Yesus – kita tidak akan pernah
menjadi lelah atau putus-asa. Melalui kuata kuasa Roh Kudus-Mu, semoga kami
tetap teguh dalam beriman dan memiliki keyakinan akan kemenangan-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan