(Bacaan Injil dalam
Liturgi Sabda, HARI JUMAT AGUNG – 29 Maret 2013)
Dekat salib Yesus
berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada
murid-Nya, “Inilah ibumu!” Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam
rumahnya.
Sesudah itu, karena
Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya digenapi
yang tertulis dalam Kitab Suci – , “Aku haus!” Di situ ada suatu bejana penuh
anggur asam. Lalu mereka melilitkan suatu spons, yang telah dicelupkan dalam
anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengulurkannya ke mulut Yesus. Sesudah
Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, “Sudah selesai.” Lalu Ia
menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-nya. (Yoh 19:25-30)
Bacaan Pertama: Yes
52:13-53:12; Mazmur Tanggapan: Mzm 31:2,6,12-13,15-17,25; Bacaan Kedua: Ibr
4:14-16;5:7-9; Bacaan Injil: Yoh 18:1-19:28
Tema liturgi Jumat
Agung adalah PEMBEBASAN. Kita menjadi manusia bebas-merdeka karena kasih
Kristus bagi kita. Apabila kita tidak memahami secara mendalam bahwa kurban
Yesus membawa kepada kita karunia agung kebebasan ini, maka kita luput
memperoleh sukacita sejati sebagai buah kehidupan Kristiani, dan kita pun akan
menghadapi kesulitan untuk menghargai “nilai” diri kita sendiri.
Kita bebas-merdeka
sekarang untuk membuat hidup kita menjadi berarti, mulia secara kekal karena
penyerahan diri Kristus kepada salib. Kita bebas-merdeka sekarang karena
cintakasih kita dan pekerjaan-pekerjaan baik kita mempunyai suatu makna
sepanjang hidup kita di dunia dan juga dalam kehidupan kekal. Kita tidak lagi
menjadi budak-budak yang harus menyerah kepada keterbatasan-keterbatasan
manusiawi dan terhadap maut sebagai akhir yang menyedihkan dari segalanya. Kita
menjadi bebas-merdeka secara kekal-abadi, dan tujuan kekal itu sangat
berpengaruh atas waktu itu sendiri; telah mengubah hidup kita secara
keseluruhan dan terinci. Makna abadi telah mencapai momen-momen yang sekecil
apa pun dalam perjalanan waktu itu sendiri.
Setiap kata-kata
yang diperdengarkan – dari pembacaan Kitab Suci, doa-doa dan lagu-lagu yang
dinyanyikan – dan tanda-tanda lain dalam liturgi Jumat Agung sesungguhnya
merayakan pembebasan umat manusia. Suasana duka yang menyelimuti diri kita yang
hadir dalam kebaktian pada hari ini adalah ungkapan kesedihan hati kita karena
kegagalan kita menyerahkan diri kita kepada kebebasan baru ini. Kita terus saja
melanjutkan membuat rintangan pada jalan menuju kebebasan baru kita lewat
dosa-dosa kita. Yesus sesungguhnya telah berkemenangan, namun kita membuat
kemenangan Yesus itu menjadi tidak efektif dalam diri kita dengan menutup pintu
bagi diri-Nya.
Namun begitu, biar
bagaimana pun juga kita harus mengakui bahwa Yesus telah membebas-merdekakan
kita. Dari nabi Hosea kita mendengar nyanyian pembebasan yang penuh
kegembiraan: “Ia akan menyembuhkan kita … Ia akan membalut (luka-luka) kita …
Pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di
hadapan-Nya” (Hos 6:1-2).
Dengan demikian,
Saudari-Saudaraku, marilah kita mengikut Yesus menuju bukit Kalvari, di sanalah
kita akan belajar mengenal Siapa Allah sesungguhnya, … Dia adalah kasih itu
sendiri (1Yoh 4:8,16). Di taman Getsemani Yesus berkata kepada orang-orang yang
mau menangkap-Nya, “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah dia. Jika Aku yang kamu
cari, biarlah mereka ini pergi” (Yoh 18:8). Ini dikatakan-Nya untuk menggenapi
apa yang telah dikatakan-Nya, “Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku,
tidak seorang pun yang Kubiarkan binasa.” (Yoh 18:9). Kepada Imam Besar, Yesus
berkata: “Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di
rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku
tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi” (Yoh 18:19-20). Kepada Gubernur Romawi
Ponsius Pilatus, Yesus berkata: “Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku
bersaksi tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran
mendengarkan suara-Ku” (Yoh 18:37). Dari atas kayu salib, setelah menderita
selama tiga jam, Yesus berseru, “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya
dan menyerahkan nyawa-Nya (Yoh 19:30). Yesus telah menyerahkan seluruh
hidup-Nya untuk membuat kita menjadi orang-orang yang bebas-merdeka, tidak lagi
budak-budak yang terus-menerus terkungkung oleh dosa-dosa.
DOA: Yesus Kristus,
Engkau adalah sungguh Tuhan dan Juruselamat kami. Terima kasih Tuhan Yesus.
Terpujilah nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan