Kita ( anda dan
saya ) tentunya pernah atau masih merasakan bahwa buah yang kita hasilkan untuk
Kerajaan Allah masih sangat sedikit dan kecil, padahal Kitab Suci mencatat
dengan jelas bahwa “Roh Kudus ingin agar menghasilkan buah melalui diri kita!”
Yesus mengatakan kepada para murid-Nya – termasuk kita semua – “Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap”
(Yoh 15:16). Bagaimana kelihatannya “buah” yang dimaksud, dan apakah yang dapat
kita harapkan sementara kita menyerahkan diri kita secara lebih penuh kepada
Roh Kudus?
Tempat pertama yang
harus kita perhatikan terletak di dalam hati dan pikiran kita sendiri. Apakah
kita telah melihat bahwa Roh Kudus sedang mengubah diri kita dari dalam? Apakah
ada damai-sejahtera dalam diri kita? Apakah kita lebih yakin akan kasih Allah?
Apakah kita lebih berkemauan untuk kembali kepada-Nya dalam pertobatan? Ini
semua adalah tanda-tanda dari hidup yang baru. Semuanya menunjuk kepada Roh
yang membuat kita semakin serupa dengan Yesus dan mempersiapkan kita untuk
melayani Dia secara lebih mendalam.
Pada hari
Pentakosta Kristiani yang pertama, para rasul Kristus diubah dari dalam dan
mulai memanifestasikan buah-buah Roh yang sama. Sebagai akibat dari
transformasi, mereka diberdayakan untuk menyembuhkan orang-orang sakit,
mewartakan Injil, dan mendirikan gereja (jemaat) di banyak tempat. Ingatlah,
bagaimana sebelum pencurahan Roh Kudus, Petrus menangisi imannya yang lemah dan
penyangkalannya terhadap Yesus. Namun setelah pengalamannya di Ruang Atas,
murid/rasul yang dilanda rasa takut dan ketidakpastian itu diubah menjadi
seorang saksi Kristus yang tangguh dan berani, dan suatu instrumen Roh Kudus
yang penuh kuat-kuasa.
Hal yang sama dapat
terjadi dalam kehidupan kita. Selagi kita membuka diri kita bagi karya Roh
Kudus yang mentransformasikan, kita akan melihat tanda-tanda kehadiran-Nya
dalam diri kita. Tidak hanya kita akan memiliki suatu damai di hati, kita juga
akan mempunyai kuasa untuk mengasihi orang yang berlainan dengan kita – bahkan
mefreka yang mungkin telah menyakiti kita di masa lalu. Kita akan mengenal
sukacita Kristus di tengah penderitaan dan mampu untuk mengkomunikasikan
sukacita itu kepada orang-orang lain yang sedang menderita juga.
“Kamu semua adalah
tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” (1Kor 12:27). Allah
mempunyai suatu panggilan yang unik untuk setiap pribadi yang telah dibaptis –
suatu cara spesifik bagi kita untuk turut serta memajukan Kerajaan-Nya dan
menghasilkan buah dalam Gereja. Apa yang diminta oleh-Nya hanyalah agar kita
datang kepada-Nya dengan hati yang terbuka dan mengatakan kepada-Nya bahwa kita
ingin menjadi instrumen-Nya dalam Gereja dan di tengah dunia.
Santo Paulus
menulis kepada jemaat di Korintus: “Dalam satu Roh kita semua, baik orang
Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis
menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (1Kor 12:13).
Tubuh manusia terdiri dari banyak anggota/bagian seperti tangan, kaki, mulut
dan mata, demikian pula dengan tubuh Kristus, yaitu Gereja. Apabila salah satu
dari kita meminimalisir atau mengabaikan martabat kita dan panggilan kita
sebagai anggota tubuh-Nya, maka keseluruhan Gereja menjadi diperlemah.
Mungkinkah Roh
Kudus sedang memanggil anda untuk melayani dalam penyembuhan orang-orang sakit,
mengajar, atau mengunjungi orang sakit dan/atau yang sedang meringkuk dalam
penjara? Apakah Dia sedang mengundang anda untuk melayani dalam melakukan
doa-doa syafaat (pengantaraan), evangelisasi, atau untuk memberi makan-minum
orang yang lapar-haus dan memberi pakaian kepada mereka yang telanjang (Mat
25:31-46)? Gereja membutuhkan begitu banyak karunia dewasa ini: a.l. karunia
untuk berkata-kata dengan hikmat, karunia sabda pengetahuan, karunia iman,
karunia untuk menyembuhkan, karunia untuk membuat mukjizat, karunia untuk
bernubuat dan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh (1Kor 12:8-11) dll.
Allah ingin menganugerahkan berbagai karunia ini kepada orang-orang biasa
seperti anda dan saya. Namun seringkali kita membuat diri kita disqualified
(tidak memenuhi syarat) berdasarkan pemikiran bahwa kita tidak pantas untuk
menerima pemberian Allah yang penuh kebaikan seperti itu. Kita seringkali
berpikir bahwa diri kita tidak signifikan sehingga dengan demikian tidak
seharusnya mengharapkan Allah akan pernah berpikir untuk mempercayakan kita
dengan sesuatu yang begitu penuh dengan kuat-kuasa.
Namun ini bukanlah
cara Allah berpikir. “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN (YHWH) melihat hati” (1Sam 16:7).
Santo Paulus menulis kepada jemaat di Korintus – kebanyakan dari mereka adalah
“wong cilik”: “Ingat saja, Saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu
dipanggil: Menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak
orang yang berpengaruh, tidak banyak orang-orang terpandang. Tetapi apa yang
bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan
apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa
yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahwa apa yang
tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan
ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah” (1Kor 1:26-29).
Bahkan para rasul Kristus sendiri adalah orang-orang biasa yang hidup
sehari-harinya adalah membuat seimbang antara karya dan keluarga (Kis 4:13).
Marilah kita
melihat Santo Yusuf. Yusuf adalah seorang tukang kayu sederhana di Nazaret,
namun dirinya dipanggil untuk selama sekian tahun mengurus Yesus adalah Putera
Allah yang kekal! Bapa surgawi tidak memilih seorang rabi yang terkenal atau
seorang anggota Sanhedrin (mirip dengan MUI dalam hal Indonesia dewasa ini).
Allah melihat bahwa Yusuf-lah yang memiliki kualitas-kualitas pribadi yang
diperlukan-Nya: kerendahan-hati dan ketaatan kepada Roh Kudus.
Ketaatan kepada Roh
Kudus. Allah memanggil kita untuk menghasilkan buah Roh bagi-Nya. Apakah ada
penghalang-penghalang yang merintangi kita untuk menghasilkan buah untuk Tuhan?
Apakah kita merasa terlalu lemah dan berdosa? Marilah kita mohon kepada Roh
Kudus untuk memberikan kepada kita pemahaman yang lebih mendalam mengenai belas
kasih Allah. Marilah kita mohon kepada Roh Kudus untuk menunjukkan kepada kita
betapa dalamnya Bapa surgawi mengasihi kita. Kita memang tidak boleh puas
dengan “pengalaman setengah-setengah” (mediocre experience) akan Allah. Juga
janganlah kita cepat puas dengan visi setengah-setengah tentang bagaimana Roh
Kudus mungkin menginginkan untuk menggunakan diri kita (anda dan saya). Yesus
bersabda: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit” (Mat 9:37). Ingatlah
bahwa kebutuhan memang besar sekali, namun kuasa Tuhan jauh lebih besar lagi.
Yang dibutuhkan-Nya adalah umat yang menyerahkan diri kepada-Nya, siap untuk
dipakai oleh-Nya.
Bagaimana kiranya
menurut kita Roh ingin memberdayakan kita dan menggunakan kita dalam memajukan
Kerajaan-Nya? Di bawah ini ada beberapa contoh kemungkinan yang dapat kita
pertimbangkan.
Mewartakan Kabar Baik Tuhan Yesus
Kristus. Lewat Paus Yohanes Paulus II, Roh Kudus telah memanggil Gereja kepada
EVANGELISASI BARU. Kita tidak perlu dan tidak boleh membebani pelayanan ini
sepenuhnya kepada para imam dan para biarawati-biarawan, karena evangelisasi
adalah tugas setiap anggota tubuh Kristus. Evangelisasi tidak selalu harus
dilakukan melalui mimbar khotbah karena tidak semua orang dapat/diperbolehkan
melakukannya, melainkan teristimewa melalui kehidupan kita sehari-hari, apakah
kita sudah mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) atau tidak. Kita juga
harus senantiasa mengingat bahwa Roh Kudus-lah yang memegang peranan utama
dalam evangelisasi. Kita hanyalah sarana untuk Roh Allah bekerja dalam
evangelisasi.
Melayani orang sakit. Apabila seseorang
mengatakan kepada kita bahwa dirinya sedang menderita sakit, kita harus mencoba
bertanya kepadanya apakah dapat berdoa bersama dengan dia untuk beberapa menit
lamanya. Banyak orang yang berterima kasih penuh syukur atas tawaran kita itu.
Selagi kita mendoakan sebuah doa penyembuhan sederhana kepada Tuhan,
perkenankanlah Roh Kudus dalam diri kita untuk mengalir kepada orang tersebut.
Baiklah kita menumpangkan tangan kita di pundaknya, atau memegang tangannya
selagi kita berdoa. Apakah kita memiliki karunia istimewa sebagai seorang
penyembuh atau tidak, kita akan melihat bahwa sedikit demi sedikit orang akan
datang kepada kita untuk didoakan.
Sebuah catatan
kecil: Jika kita sudah mengetahui benar bahwa kita tidak dianugerahkan karunia
untuk menyembuhkan (1Kor 12:9), maka hal itu tidak berarti kita tidak boleh
mendoakan seseorang yang sedang sakit dalam sebuah pertemuan yang secara
relatif dihadiri banyak orang, namun janganlah ikut ramai-ramai menumpangkan
tangan di atas pundak atau kepala si sakit. Berdirilah di bagian belakang ketika
berdoa dan perkenankanlah saudari-saudara yang memiliki karunia istimewa
tersebut yang menumpangi tangan.
Doa syafaat (pengantaraan). Doa syafaat
adalah pelayanan tersembunyi namun sangat berpotensi dalam tubuh Kristus. Dari
sebutannya saja doa syafaat ini berarti bukanlah doa untuk diri sendiri. Kita
dapat mengundang anggota keluarga kita atau anggota komunitas kita untuk berdoa
bersama, misalnya seminggu sekali untuk intensi/ujud yang kita rasakan telah
ditaruh Allah dalam hati kita, misalnya mendoakan agar tercipta suasana damai
antara para rohaniwan dalam paroki kita masing-masing, agar Gereja Indonesia tetap
tegar, teguh dan jujur dalam misi-Nya di tengah hiruk-pikuknya suasana
sosial-politik negara kita, dlsb. Dalam hal ini ingatlah janji Yesus: “Di mana
dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situAku ada di tengah-tengah
mereka” (Mat 18:20).
Menjadi sarana Allah untuk melayani
sesama kita berdasarkan kehendak-Nya. Seringkali kita merasakan bahwa Allah
mengatakan sesuatu, namun kita mengabaikan atau menyepelekannya sebagai sesuatu
yang bukan apa-apa, mungkin hanya sekadar khayalan. Ingatlah bahwa Allah
mungkin sedang memberikan kepada kita kata-kata penghiburan bagi seseorang yang
sedang kesepian dan sedih karena baru ditinggalkan pasangan hidupnya, atau
sedang merasa sakit hati dlsb. Jadi, apabila kita merasakan adanya kata-kata
yang tidak biasa dari diri kita sendiri, baiklah kita tulis dan mendengarkan
dengan serius untuk melihat apakah Allah masih ingin mengatakan lebih banyak
lagi kepada kita. Seringkali Roh Kudus berbicara dengan bisikan halus kepada
kita (bdk. 1Raj 19:12). Akan tetapi semakin kita mencoba mempraktekkan apa yang
kita dengar, maka kita akan mengalami bahwa suara Allah pun menjadi semakin
jelas.
Semua yang
disebutkan di atas adalah sekadar beberapa contoh untuk menunjukkan karya Roh
Kudus dalam diri kita masing-masing dengan segala variasinya.
Sebuah doa:
Datanglah, Roh Kudus! Roh Kudus Allah, kami mempersembahkan diri kami, waktu
kami dan karunia-karunia yang ada pada diri kami masing-masing. Dengan segala
kerendahan hati kami memperkenankan Engkau untuk memimpin dan membimbing kami
seturut kehendak-Mu, bukan kehendak kami sendiri. Kami menyerahkan setiap area
dari kehidupan kami agar Engkau dapat menghasilkan buah di dalam dan melalui
diri kami. Roh Allah yang kami sembah, kami tidak dapat hidup tanpa Engkau.
Kami tidak dapat dapat ikut serta memajukan Kerajaan Surga apabila kami tidak
patuh kepada-Mu. Teristimewa menjelang Hari Raya Pentakosta yang tinggal
beberapa hari ini, sekali lagi kami berikrar bahwa kami dengan ikhlas
memberikan segalanya kepada-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS