Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Selasa, Oktober 16, 2012

AGAR DAPAT HIDUP, KITA HARUS MATI DULU


( Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Ignasius dari Antiokia, Uskup-Martir – Rabu, 17 Oktober 2012 )

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Siapa saja yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa saja yang membenci nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Siapa saja yang melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Siapa saja yang melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. ( Yohanes 12:24-26 )
Bacaan Pertama: Flp 3:17-4:1;Mazmur Tanggapan: Mzm 34:2-9
Dalam setiap biji gandum terkandunglah suatu potensi untuk bertumbuh, menjadi matang dan menghasilkan buah. Akan tetapi agar dapat bertumbuh, biji gandum itu pertama-tama harus ditanam/jatuh ke dalam tanah dan menjadi mati, artinya menyerahkan dirinya untuk perubahan selanjutnya. Hanya dengan begitu biji gandum itu dapat menghasilkan kehidupan.
Seorang Kristiani menerima kehidupan dengan cara yang serupa. Agar dapat hidup, kita harus mati dulu. Mati berarti dibaptis ke dalam kematian Tuhan Yesus! Dengan menyatukan diri kita dalam iman pada kematian-Nya, maka kita setuju dalam hati kita bahwa kita tidak lagi memiliki hasrat untuk diatur oleh kehidupan yang kita warisi dari Adam dan Hawa setelah kejatuhan mereka ke dalam dosa. Kita menginginkan tanda sakramental kematian kita dalam pembaptisan untuk diaktualisasikan, agar kita bahkan sekarang dapat mengalami kematian terhadap cinta-diri dan dorongan-dorongan dari dalam diri semata.
Dalam pembaptisan, “biji gandum” kita telah dikubur dan kita pun dimampukan untuk menerima suatu kehidupan baru. Karena kita turut ambil bagian dalam kematian Yesus, kita juga ikut ambil bagian dalam kebangkitan-Nya (Rm 6:4). Karena Yesus dibangkitkan dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, maka kehidupan yang kita terima mempunyai asal-usul di surga. Roh Kudus memberdayakan kehidupan baru dalam diri kita dengan memperbaharui akal budi dan hati kita. Kita bekerja sama dengan berdoa, melakukan pertobatan, menerima kehidupan-Nya dari liturgi dan sakramen, membaca dan merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci, dan mencari terus kehendak-Nya atas diri kita. Dengan berjalannya waktu, berkat rahmat Allah, kita mulai dapat menghasilkan buah-buah yang baik. Tindakan-tindakan kita dan kata-kata yang kita ucapkan menjadi semakin lebih berpusat pada Kristus. Pada saat yang sama berbagai tindakan dan kata-kata kita yang mencerminkan pemusatan pada diri kita sendiri juga semakin menyusut. Kita pun mulai merindukan Allah lebih daripada dunia.
Santo Ignasius dari Antiokhia [+ 110] yang kita peringati pada hari ini adalah contoh yang baik dari sebutir biji gandum yang mati dan tumbuh serta berbuah. Barangkali orang kudus ini berasal dari Siria. Ada yang mengatakan bahwa Ignasius adalah salah seorang anak yang dipangku Yesus di hadapan para Rasul. Ia menjadi uskup kedua sesudah Santo Petrus di kota pusat Kristinitas, yaitu Antiokhia di Siria. Di tempat inilah Ignasius yang sudah lanjut usia dihukum mati dan dikirim ke Roma agar supaya diterkam binatang buas sebagai tontonan. Dalam perjalanannya ke Roma dia menulis surat-surat yang membuat dirinya menjadi terkenal. Kapal mereka singgah sebentar di Smirna. Di situ Ignasius bertemu dengan Polikarpus, murid Rasul Yohanes. Dari kota inilah ia menulis empat surat kepada umat di Efesus, Magnesia, Tralles dan Roma. Di Listra, sebelum menyeberang ke Eropa, Ignasius menulis tiga surat, yaitu kepad jemaat di Filadelfia, Smirna dan surat perpisahan kepada uskup Polikarpus yang masih muda itu. Surat-surat Ignasius itu sangat berharga untuk mengetahui kehidupan umat Kristiani purba. Ignasius selalu menasihatkan, supaya orang Kristiani tetap utuh bersatu, menghadiri perjamuan Ekaristi dengan layak dan patuh kepada pimpinan uskup: “Di mana ada uskup, di situlah Gereja!” Suratnya yang paling bagus ialah yang dikirim sebelum ke Roma. Surat itu melukiskan Ignasius sebagai orang yang berbudi bahasa haous dan beriman teguh.

DOA: Bapa surgawi, karena cintakasih yang berapi-api Santo Ignasius dari Antiokhia menjadi pelayan-Mu yang setia dan martir-Mu yang mulia. Sebagaimana dicontohkan olehnya, semoga kami mengasihi Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh dan melaksanakan apa saja yang diajarkan-Nya kepada kami. Amin.
Cilandak, 4 Oktober 2012

Tiada ulasan:

Catat Ulasan