( Bacaan Pertama
Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII – Selasa, 16 Oktober 2012 )
[ Peringatan: S. Hedwig, Biarawati dan S. Margarita Maria
Alocoque, Perawan ]
Ketika Yesus
selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Ia
masuk ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu heran melihat bahwa
Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya,
“Hai orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan,
tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh,
bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian
dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya
akan menjadi bersih bagimu.” (Luk 11:37-41)
Bacaan Pertama: Gal
4:31b-5:6; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:41-45,47-48
Orang-orang Farisi
sungguh kaget menyaksikan Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan (Luk
11:38). Mencuci tangan kiranya merupakan suatu adat-kebiasaan di antara
orang-orang Farisi, walaupun hal itu bukan merupakan dari hukum Perjanjian
Lama. Barangkali, keluar dari sebuah hasrat untuk mencapai kekudusan pribadi
yang lebih mendalam, sejumlah orang Farisi telah memperluas kepada umat awam
satu peraturan yang aslinya hanya diperuntukkan bagi para imam. Lebaiiiii !!!
Yesus sendiri tentu
sangat pro kehidupan yang saleh, namun Ia tidak setuju dengan pendekatan gaya
Farisi ini. Keterkejutan tuan rumah itu digunakan oleh Yesus sebagai suatu
kesempatan untuk mengatakan bahwa fokus orang-orang Farisi pada hal-hal yang
bersifat eksternal adalah salah. Apa artinya pembersihan/pemurnian secara
eksternal/lahiriah jikalau pikiran dan hati seseorang tetap saja digelapkan
oleh dosa?
Tanggapan Yesus
yang menggunakan kata-kata keras ini menekankan satu bagian sentral dari
ajaran-ajaran-Nya. Ketidakbersihan/ketidakmurnian yang sungguh perlu kita risaukan
atau menjadi keprihatinan kita bukanlah yang bersifat seremonial, melainkan
ketidakbersihan/ketidakmurnian berupa sikap-sikap kedosaan. Penolakan,
keculasan, keangkuhan, hawa nafsu, keserakahan dan sikap-sikap serupa – semua
inilah yang membuat diri kita tidak bersih.
Kita semua tentunya
setuju bahwa kata-kata dan tindakan-tindakan kita berakar pada sikap-sikap hati
kita. Kalau kita membuang bagian dalam kita yang bertentangan dengan kehendak
Allah, maka kata-kata dan tindakan-tindakan kita juga akan menjadi bersih (Luk
11:41). Tantangannya adalah bagaimana kita memperkenankan api-yang-memurnikan
dari Roh Kudus membersihkan kita sehingga kita dapat mengenal dan mengalami
kebebasan baru dan kuasa baru dalam upaya-upaya kita mentaati perintah-perintah
Allah. Akan tetapi, apabila kita hanya memperhatikan tindakan-tindakan kita,
maka kita tidak akan pernah sampai kepada jantung atau hakikat hidup baru yang
Yesus sangat rindukan untuk dicurahkan kepada kiTa.
Dalam doa kita hari
ini, marilah kita memohon kepada Roh Kudus untuk menunjukkan kepada kita di
mana saja dalam diri kita yang perlu dibuat bersih. Roh Kudus-Nya dengan lemah
lembut akan menunjukkan di mana saja kita merasa iri hati ketika rekan-kerja
kita dipuji oleh pejabat atasan kita, ketika kita menjadi marah karena ada
kata-kata tajam yang keluar dari mulut orang yang kita kasihi, atau ketika kita
menikmati pikiran-pikiran penuh nafsu dalam otak kita. Solusi dari segala
bentuk ketidakbersihan batiniah adalah cepat-cepat mengakukan dosa kita dan mohon
pembersihan menyeluruh melalui kuasa darah Yesus.
DOA: Roh Kudus
Allah, lihatlah ke dalam hatiku pada hari ini dan tunjukkanlah kepadaku di mana
aku membiarkan dosa berakar dalam diriku. Buatlah aku agar lebih penuh
perhatian terhadap suara-Mu, sehingga dengan demikian aku dapat datang dengan
cepat kepada Yesus untuk dibersihkan. Basuhlah aku dalam darah Kristus, agar
supaya segalanya yang kulakukan bersumber dari sebuah hati yang murni. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan