( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII – Sabtu, 20 Oktober 2012 )
FMM: Hari
Peringatan Beatifikasi B. Marie de la Passion (Pendiri Kongregasi)
Aku berkata
kepada-Mu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga
akan mengakui di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi siapa saja yang
menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat
Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan
diampuni; tetapi siapa saja yang menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni.
Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis di rumah-rumah ibadat atau
kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu khawatir
bagaimana kamu harus membela diri dan apa yang harus kamu katakan. Sebab pada
saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang yang harus kamu katakan”
(Luk 12:8-12).
Bacaan Pertama: Ef
1:15-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 8:2-7
Kebaktian gereja di
Munich, Jerman, telah selesai, ketika tiba-tiba perempuan itu melihat laki-laki
itu; mantan prajurit SS Nazi yang bertugas menjaga di dekat pintu kamar mandi
di kamp konsentrasi Ravensbruck. Banyak tahun telah berlalu, namun memori-memori
membanjiri pikiran perempuan itu – ruangan yang penuh berisi laki-laki yang
mengolok-olok dirinya, tumpukan baju, rasa takut yang bercampur dengan marah
dan malu. Pada suatu hari, setelah baru saja menyelesaikan ceramahnya, seorang
laki-laki muncul dari antara orang-orang yang hadir dan mendatanginya dan
berkata kepada perempuan itu, “Betapa penuh syukur saya mendengar pesan anda,
…… berpikir bahwa Yesus telah membasuh bersih dosa-dosaku!”
Mula-mula perempuan
ini, yang sudah begitu sering berceramah tentang betapa perlunya mengampuni,
tidak mau mengulurkan tangannya ketika laki-laki itu mengulurkan tangannya
untuk menyalaminya. Merasakan keengganan dirinya, kemudian perempuan itu
memohon kepada Yesus untuk menolongnya mengampuni laki-laki itu. Tanpa mampu
tersenyum sedikit pun, perempuan itu berdoa lagi: “Yesus, aku tidak dapat.
Berikanlah pengampunanmu kepadaku.” Pada akhirnya, selagi dia berjabatan tangan
dengan laki-laki itu, “terjadilah suatu hal yang luar biasa. Dari pundakku
terus melewati lengan dan tanganku, terasa adanya sesuatu yang mengalir dari
diriku kepada orang itu, sementara dari ke dalam hatiku mengalirlah keluar
cintakasih bagi orang asing ini, hal mana hampir membuat aku ‘kewalahan’ karena
karena rasa gembira yang penuh ketakjuban.”
Perempuan itu
adalah Corrie ten Boom. Siapa yang dapat menyalahkan Corrie untuk sikapnya yang
tidak mau mengampuni? Keluarganya dihabiskan oleh para penguasa Nazi hanya
karena mereka adalah orang-orang Kristiani yang menyembunyikan orang-orang
Yahudi dari pengejaran para penguasa Nazi tersebut. Akan tetapi, melalui rahmat
Allah yang bersifat supernatural, Corrie dimampukan untuk dapat melihat
melampaui rasa sakit hatinya dan berpaling kepada Yesus dalam momen pengambilan
keputusan yang krusial. Sebagai bukti kebenaran-kebenaran dari hal-hal yang
telah disyeringkan olehnya kepada orang-orang lain, sikap dan tindakan
sederhana Corrie terhadap mantan-penganiayanya menunjukkan, bahwa belas-kasih
dapat menang-berjaya atas penghakiman.
Apakah mereka
mengetahuinya atau tidak – dan apakah kita mempersepsikannya atau tidak –
sebenarnya setiap insan (Nazi, komunis, atheis, agnostik dlsb.) memiliki
kerinduan untuk mengenal Injil. Itulah sebabnya, mengapa Allah memanggil kita
masing-masing untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Itulah sebabnya, mengapa Dia
memberikan kepada kita berbagai kesempatan setiap hari untuk menyebarkan Kabar
Baik-Nya kepada para anggota keluarga kita, para sahabat kita, para rekan-kerja
kita dll. Evangelisasi tidak perlu sulit-sulit amat! Evangelisasi dapat sama
sederhananya dengan percakapan sehari-hari. Dengan tetap berada dekat dengan
Yesus membuat kita terus terbuka bagi gerakan-gerakan Roh-Nya. Dengan demikian,
Injil yang kita hayati dalam kehidupan kita akan menarik banyak orang kepada
Allah. Marilah kita menjaga diri kita agar tetap terbuka bagi Roh Kudus dan
senantiasa mengingat kebenaran yang satu ini: yaitu bahwa Roh Kudus inilah yang
melakukan evangelisasi, bukan kita. Roh Kudus Allah-lah yang sesungguhnya
merupakan SANG PEWARTA, Dia yang senantiasa bekerja di belakang layar.
DOA: Roh Kudus yang
penuh kuasa dan kasih, berikanlah kepadaku hati seorang penginjil. Semoga
diriku senantiasa mencerminkan kebenaran-kebenaran Injil. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan