( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVI – Jumat, 5 Oktober 2012 )
“Celakalah engkau
Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi
mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka
bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan
Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu. Dan engkau Kepernaum, apakah
engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke
dunia orang mati!
Siapa saja yang
mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan siapa saja yang menolak kamu, ia
menolak Aku; dan siapa saja yang menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus
Aku.” (Luk 10:13-16)
Bacaan Pertama: Ayb
38:1,12-21;39:36-38; Mazmur Tanggapan: Mzm 139:1-3,7-10,13-14
“Celakalah engkau
Khorazim! Celakalah engkau Betsaida!” (Luk 10:13)
Mengapa Yesus
begitu kesal dan marah terhadap dua kota di Galilea ini? Pada hakekatnya,
karena penduduk kota-kota ini tidak melakukan apa-apa. Banyak orang suka pada
rabi pembuat mukjizat dari Nazaret ini, namun kelihatannya mereka menolak
panggilan-Nya kepada pertobatan. Melalui mukjizat-mukjizat yang telah
dibuat-Nya di tempat-tempat itu, Yesus menunjukkan bahwa Dia menawarkan kepada
mereka kebebasan dari dosa, kesembuhan dan hidup baru. Akan tetapi, mereka
membiarkan rahmat ini untuk begitu saja berlalu. Sangat disayangkan dan sungguh
tragislah hal yang sedemikian itu.
Enam ratus tahun
sebelum Yesus membuat seruan keras ini, seorang laki-laki yang bernama Barukh,
yang merupakan sekretaris pribadi nabi Yeremia, memanjatkan doa pertobatan atas
nama segenap umat Israel: “Semenjak hari Tuhan membawa nenek moyang kami keluar
dari negeri Mesir hingga dengan hari ini kami tidak taat kepada Tuhan, Allah
kami. Sebaliknya Tuhan telah kami alpakan karena tidak mendengarkan suara-Nya”
(Bar 1:19). Jelas di sini, panggilan Allah kepada pertobatan mempunyai sejarah
di mana panggilan itu jatuh pada telinga-telinga yang tuli!
Mendengar Kitab
Suci dibacakan dalam Misa atau membacanya sehari-hari pada saat-saat doa kita
adalah satu hal, namun adalah hal yang lain lagi apabila kita memperkenankan
Yesus menulis sabda-Nya pada hati kita dan mentransformir pikiran kita menjadi
serupa dengan pikiran-Nya. Sekadar mendengar sabda Allah adalah suatu kegiatan
intelek kita saja. Namun membiarkan sabda-Nya menembus diri kita dan mengubah
kita – hal ini membutuhkan suatu kemauan serius dari pihak kita untuk diubah
oleh-Nya.
Saudari dan
Saudaraku, Allah sungguh ingin membuat diri kita semakin menyerupai Yesus. Ini
adalah alasan Allah satu-satunya mengapa Dia memanggil kita kepada pertobatan,
alasan satu-satunya mengapa Dia mengundang kita untuk bergabung dengan diri-Nya
dalam sebuah perjalanan pertobatan, perubahan, dan transformasi yang
berkesinambungan.
Dari hari ke hari,
Allah menawarkan kepada kita rahmat pertobatan: jaminan bahwa dosa-dosa kita
diampuni dan rahmat untuk ditransformasikan ke dalam Kristus. Dalam Sakramen
Rekonsiliasi, Yesus datang kepada kita sebagai Dokter bagi jiwa kita. Seperti
ketika Dia mengampuni dosa-dosa orang lumpuh dan menyembuhkannya (Mrk 2:1-12;
bdk. Mat 9:1-8; Luk 5:17-26), pada hari ini pun Yesus masih melanjutkan karya
penyembuhan dan keselamatan-Nya melalui sakramen rekonsiliasi/tobat ini. Ia
mengundang kita untuk menyelidiki hati kita masing-masing dan memeriksa nurani
kita agar kita dapat mengalami kasih-Nya dan rahmat-Nya yang menyembuhkan
dengan semakin mendalam. Oleh karena itu janganlah sampai kita menjadi seperti
kota-kota Khorazim dan Betsaida. Sebaliknya, marilah kita bergembira dalam
belas kasih Allah dan membuka diri kita bagi kuasa-Nya yang mentransformasikan.
DOA: Tuhan Yesus,
belas kasih-Mu senantiasa baru setiap hari. Tariklah diriku agar semakin dekat
dengan takhta rahmat-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan