( Bacaan Injil Misa
Kudus, Peringatan S. Teresia dari Avila, Perawan & Pujangga Gereja – Senin,
15 Oktober 2012 )
Ketika orang banyak
mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus, “Orang-orang zaman ini adalah orang jahat.
Mereka meminta suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda
selain tanda Nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang
Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk orang-orang
zaman ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama
orang-orang zaman ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari
ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini
lebih daripada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit
bersama orang-orang zaman ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang
Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan
sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus!” (Luk 11:29-32)
Bacaan Pertama: Gal
4:22-24,26-27,31-5:1; Mazmur Tanggapan: Mzm 113:1-7
Pernahkan
Saudari-Saudara berpikir tentang bagaimana pentingnya tanda-tanda bagi hidup
kita? Rambu-rambu lalu-lintas memperlihatkan kepada kita berapa km/jam kita
dapat berkendara mobil dan kapan kita harus berhenti dst. Kata-kata yang kita
ucapkan adalah tanda-tanda dari realitas-realitas yang lebih mendalam yang
sedang kita coba ungkapkan. Cara kita berjalan, atau ekspresi wajah kita, dapat
memberi sinyal apa yang kita sedang rasakan. Kita memang membutuhkan
tanda-tanda dan simbol-simbol. Itulah cara Allah menciptakan kita.
Dengan cara serupa,
tanda-tanda yang diinspirasikan menceritakan kepada kita tentang kehadiran
Allah dan mengungkapkan kebenaran-Nya. Dalam Kitab Suci, Yunus merupakan suatu
tanda pertobatan dan belas kasih (Luk 11:30; Yun 3). Paulus memahami bahwa dua
orang perempuan yang melahirkan dua orang anak Abraham sebagai tanda-tanda dari
perjanjian lama dan perjanjian baru (Gal 4:22-27). Bahkan Yesus adalah tanda
yang paling besar (Luk 2:34).
Apakah anda
percaya, bahwa karena Roh yang hidup dalam dirimu, hidupmu dapat menjadi sebuah
tanda yang menunjuk pada kemenangan salib? Sebuah tanda yang memimpin
orang-orang lain untuk mencari Tuhan dalam doa? Sebuah tanda bahwa Kerajaan
Allah adalah di sini? Lagi, apakah anda percaya bahwa cinta kita satu sama lain
– dalam keluarga-keluarga dan gereja-gereja – dapat menjadi satu dari
tanda-tanda kehadiran Yesus yang paling besar (Yoh 13:34-35)? Dan apabila satu
badan lokal umat Kristiani merupakan sebuah tanda, bagaimana dengan gereja
universal? Potensinya sangat besar! Apabila kita semua bergabung bersama, lalu
mendedikasikan hati kita sepenuhnya bagi Yesus, dan berdoa syafaat bagi dunia,
maka kuasa yang bersifat monumental dapat dilepaskan untuk menghancurkan
ketidakpercayaan, kebencian yang sudah turun temurun dan prasangka yang sudah
lama terpendam.
Pada Minggu pertama
masa Prapaskah tahun 2.000, Paus Yohanes Paulus II bersama tujuh orang kardinal
dan uskup agung, mendoakan “doa mohon pengampunan”. Mereka mengakui tujuh area
dosa – seperti dosa-dosa terhadap kesatuan tubuh Kristus, terhadap orang-orang
Yahudi, dan terhadap kaum perempuan – atas nama anak-anak Gereja. Bayangkan
kuasa yang dilepaskan oleh pertobatan ini, dan makna tanda ini bagi seluruh
dunia. Sekarang, bayangkan apa yang dapat terjadi apabila seluruh Gereja secara
harian berdoa dengan cara begini. Perpecahan yang ada di antara umat Kristiani
dapat disembuhkan, permusuhan antara bangsa-bangsa dapat menjadi surut atau
mereda, dan orang-orang yang tidak percaya dapat berbalik menjadi percaya
kepada Allah!
DOA: Bapa surgawi,
banyak anak-anak-Mu yang tertindih oleh penderitaan hidup. Ampunilah semua
prasangka dan persatukanlah umat beriman yang masih terpecah-belah, agar dengan
demikian kasih kami satu sama lain dapat menjadi sebuah tanda bagi dunia
tentang kuasa dan kasih-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan