( Bacaan Injil Misa
Kudus, HARI MINGGU BIASA XI – 17 Juni 2012 )
Lalu kata Yesus,
“Beginilah hal Kerajaan Allah itu: Seumpama orang yang menaburkan benih di
tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih
itu bertunas dan tumbuh, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi
dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya,
kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah
cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”
Kata-Nya lagi,
“Dengan apa kita hendak membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan
perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama
biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil
daripada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ditaburkan, benih
itu tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan
mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat
bersarang dalam naungannya.”
Dalam banyak
perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan
kemampuan mereka untuk mengerti, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata
kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu
secara tersendiri. (Mark 4:26-34)
Bacaan Pertama: Yeh
17:22-24; Mazmur Tanggapan: Mzm 92:2-3,13-16; Bacaan Kedua: 2Kor 5:6-10
Pada suatu hari di bulan Desember yang dingin
tahun 1955, seorang perempuan pekerja binatu yang bernama Rosa Parks (Rosa
Louise McCauley Parks) naik ke dalam sebuah bis umum yang penuh di Montgomery,
negara bagian Alabama, Amerika Serikat. Dalam bis ini berlaku peraturan
segregasi, orang-orang dengan kulit berwarna tidak boleh duduk di kursi yang
dikhususkan untuk orang-orang berkulit putih. Rosa Parks mengambil tempat duduk
yang diperuntukkan bagi orang-orang kulit putih. Ketika supir bis
“memerintahkan” Rosa Parks untuk pindah tempat, dia mengatakan: “Tidak!”.
Sebagai akibat tindakannya itu, Rosa ditahan, tangan-tangannya diborgol dan ia
pun dijebloskan ke dalam penjara.
Insiden ini memicu
Gerakan Hak-Hak Sipil (Civil Rights Movement). Di bawah kepemimpinan Ralph
Abernathy dan Martin Luther King, Jr., diorganisasikanlah suatu pemboikotan bis
dan demonstrasi-demonstrasi tanpa kekerasan, yang kita tahu kemudian membuahkan
hasil, yaitu dihapuskannya hukum berkaitan dengan segregasi (boleh dibaca:
diskriminasi) rasial dalam bidang transportasi, perumahan, sekolah, rumah makan
dan bidang-bidang lainnya. Pada saat Rosa Parks secara lugas dan lugu menjawab
“tidak” kepada Pak Supir bis, sebenarnya dia memulai sesuatu yang jauh lebih
signifikan daripada apa yang mungkin dapat dibayangkan orang pada tahun 1955.
Pada Freedom Festival di tahun 1965, Rosa Parks diperkenalkan sebagai First
Lady of the Civil Rights Movement.
Cerita mengenai
Rosa Parks ini dan keadaan yang menyedihkan dari orang-orang berkulit hitam di
Amerika Serikat (terutama di negara-negara bagian di sebelah selatan yang
justru terkenal dengan julukan the Bible belt) sangat serupa dengan situasi
umat Allah dalam bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini. Baik nabi Yehezkiel maupun
penulis Injil Markus menulis untuk sebuah komunitas yang sedang berada di bawah
pengejaran dan penganiayaan, sebuah umat yang kalah dalam jumlah dan ditindas
oleh orang-orang di sekeliling mereka yang tidak percaya.
Baik Yehezkiel
maupun Markus menulis untuk meyakinkan para anggota komunitas termaksud,
menguatkan iman-kepercayaan mereka pada kuat-kuasa Allah untuk menanamkan benih
dan membuatnya bertumbuh menjadi sebatang pohon yang besar, tinggi dan kuat.
Hal ini tidak banyak bedanya pada zaman modern ini. Dalam isu-isu tertentu
kita, umat Kristiani, juga kalah dalam jumlah ketimbang lawan-lawan kita,
misalnya dalam soal aborsi, perceraian, kesopan-santunan dalam entertainment di
muka publik, dlsb. Seperti orang-orang Yahudi Perjanjian Lama yang berada dalam
pembuangan dan orang-orang Kristiani awal di Roma, kita juga perlu diyakinkan,
perlu dikuatkan, disemangati dalam iman-kepercayaan kita akan kuat-kuasa Allah
untuk mengambil upaya-upaya kita yang kecil dan membuatnya bertumbuh menjadi
suatu gerakan yang kuat-perkasa.
Yang diminta Allah
dari diri kita adalah bahwa kita menaruh kepercayaan kepada-Nya dan mencoba.
Dia akan menyelesaikan sisanya tanpa ribut-ribut namun dengan tekun, sehingga
dengan demikian sikap dan perilaku mementingkan diri sendiri akan dikalahkan
oleh sikap dan perilaku untuk berbagi, kejahatan akan dikalahkan oleh kebaikan,
kebencian akan dikalahkan oleh kasih. Apabila kita memiliki kesabaran dan
pengharapan, maka pada akhirnya panenan dari apa yang kita tanam akan
bermunculan: bangsa-bangsa akan berdamai satu sama lain, hak-hak azasi manusia
direstorasikan, anak-anak dan para perempuan akan terlindungi dari tindakan
kekerasan, orang-orang lapar akan memperoleh makanan secukupnya, dlsb.
Jadi, betapa kecil
pun upaya-upaya kita untuk memajukan cita-cita Kristiani, Allah akan
melipat-gandakannya dengan kuat-kuasa yang tersembunyi untuk mendatangkan
hasil-hasil yang luar biasa. Allah melakukannya bagi Yehezkiel dan Markus dan
Rosa Parks. Kita harus percaya bahwa Dia dapat melakukannya lagi melalui diri
kita.
DOA: Tuhan Yesus,
ajarlah kami untuk menaruh kepercayaan kepada-Mu, dalam situasi apa pun yang
kami hadapi. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan