Keluarga
Fransiskan: Peringatan Beato Raymundus Lullus, Martir – OFS
Ketika Yesus masuk
ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya,
“Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.”
Yesus berkata kepadanya, “Aku akan datang menyembuhkannya.” Tetapi jawab perwira
itu kepada-N
ya, “Tuhan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.”
ya, “Tuhan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.”
Mendengar hal itu,
Yesus pun heran dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya, “Sesungguhnya Aku
berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di
antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari timur
dan barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam
Kerajaan Surga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam
kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.”
Lalu Yesus berkata kepada perwira itu, “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti
yang engkau percaya.” Pada saat itu juga sembuhlah hambanya.
Setibanya di rumah
Petrus, Yesus melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam.
Dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangun dan
melayani Dia. Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan
setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan semua
orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya digenapi firman yang
disampaikan melalui Nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan
menanggung penyakit kita” (Mat 8:5-17).
Bacaan Pertama: Rat
2:2,10-14,18-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 74:1-7,20-21
Iman. Begitu
penting iman bagi Yesus! Begitu pentingnya sehingga kita dapat melihat dalam
bacaan Injil hari ini, Yesus menunjuk pada iman besar yang dimiliki sang
perwira sebagai sebuah model apa artinya menaruh kepercayaan dan keyakinan kita
tidak lebih daripada sabda Yesus. Dengan iman-kepercayaan seperti ini,
tanda-tanda heran dan mukjizat-mukjizat dapat terjadi! Dalam kitab-kitab Injil
kita melihat bahwa Yesus senantiasa menanggapi secara positif iman-kepercayaan
yang menunjukkan rasa percaya dan keyakinan yang mutlak.
Bagaimana kita
dapat menjadi lebih berani dalam iman kita? Pertama, secara sederhana kita
dapat mohon kepada Tuhan untuk meningkatkan iman-kepercayaan kita. Iman adalah
suatu anugerah/karunia – sesuatu yang Tuhan kelihatannya siap dan ikhlas untuk
berikan kepada kita atau tingkatkan dalam diri kita. Kedua, kita dapat
melakukan yang terbaik untuk mengasosiasikan diri kita dengan orang-orang lain
yang kelihatan memiliki iman yang kuat dan sehat. Biar bagaimana pun juga, iman
itu bersifat menular. Apabila kita berkontak dengan orang-orang yang dengan
penuh kasih dan penuh kepercayaan menaruh iman mereka dalam Tuhan, maka kita
lebih berkemungkinan untuk melihat iman-kepercayaan kita sendiri meningkat.
Satu hal lain yang
dapat kita lakukan untuk membuat iman yang lebih berani adalah untuk mulai
menggunakan iman itu secara begitu! Tidak ada bedanya dengan latihan jasmani:
Semakin kita menggunakan otot-otot kita, semakin kuat jadinya kita. Oleh karena
itu, kita harus melatih iman kita dalam cara-cara yang lebih besar. Misalnya:
Mendoakan peristiwa-peristiwa yang lebih kecil dalam kehidupan kita tentunya
baik dan tidak pernah boleh kita lupakan, namun kita dapat mulai fokus pada
isu-isu yang lebih besar, yang berskala nasional atau bahkan yang berskala
global sekali pun. Selain mendoakan para korban “Lumpur Lapindo”, alangkah
baiknya bagi kita untuk mendoakan juga saudari dan saudara kita di Sudan,
misalnya. Kita harus senantiasa mengingat apa yang dikatakan Yesus kepada para
murid-Nya (termasuk kita para murid pada zaman modern ini) sebelum Ia diangkat
ke surga: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi” (Mat
28:18). Yesus memiliki otoritas dan kuasa untuk melakukan apa saja, di mana
saja dalam alam semesta. Dan kita adalah anggota Gereja semesta yang didirikan
oleh-Nya.
Berdasarkan
pemikiran seperti itu, pada akhirnya kita dapat menjadi lebih berani dalam iman
kita untuk mengenal Yesus secara lebih baik melalui doa dan pembacaan serta
permenungan atas sabda-Nya dalam Kitab Suci. Semakin baik kita mengenal Yesus,
semakin yakin pula kita bahwa Dia sungguh mengasihi, bijaksana, maharahim, dan
berbela-rasa. Kita akan percaya bahwa Dia akan selalu melakukan hal terbaik
dalam setiap situasi. Seperi murid yang dikasihi pada Perjamuan Terakhir yang
bersender di dekat-Nya (Yoh 13:23), maka kita pun dapat bersender pada Yesus
dan memohon dari Dia apa saja yang kita butuhkan.
DOA: Tuhan Yesus,
aku sungguh mengasihi Engkau. Tingkatkan imanku, ya Tuhan, agar aku lebih
berani dan penuh kepercayaan datang kepada-Mu untuk situasi apa pun dalam
kehidupanku – atau apa saja di tengah dunia. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan