( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XII – Rabu, 27 Juni 2012 )
“Waspadalah
terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba,
tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan
mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah
ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang
baik, sedangkan pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak
mungkin pohon yang baik menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang
tidak baik menghasilkan buah yang baik. Setiap pohon yang tidak menghasilkan
buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi, dari buahnyalah
kamu akan mengenal mereka. (Mat 7:15-20)
Bacaan Pertama:2Raj
22:8-13, 23:1-3; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:33-37,40
Pada waktu Yohanes
Pembaptis mengirim pesan kepada Yesus dengan perantaraan dua orang murid-Nya
apakah Dia adalah sang Mesias, Yesus sebenarnya dapat saja mengatakan secara
sederhana dan singkat: “Ya”. Ternyata Yesus mengundang Yohanes Pembaptis untuk
mempertimbangkan bukti-bukti yang ada: “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes
apa yang kamu lihat dan kamu dengar; Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan,
orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dari
kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk 7:22). Dengan perkataan lain,
kepada Yohanes Pembaptis diberitahukan agar menerapkan pada diri Yesus tolok
ukur yang telah diajarkan Yesus sebagai cara untuk membedakan antara nabi-nabi
yang baik dan nabi-nabi palsu: “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Mat
7:16).
Pengujian
“buah-buah” merupakan suatu reality check yang baik juga bagi kita. Kita semua
mengetahui bahwa kita seharusnya menjadi “terang dunia” (Mat 5:14). Namun kita
juga tahu bahwa sekadar berbicara itu sangatlah mudah. Masalah sesungguhnya
adalah, apakah tindakan-tindakan kita mendukung kata-kata yang kita ucapkan.
Dalam kesaksian di dalam keluarga kita sendiri dan bagi dunia sekeliling kita,
apakah terdapat kecocokan antara apa yang kita ucapkan dengan apa yang kita
lakukan secara nyata? Apabila kita adalah orangtua yang sedang membesarkan
anak-anak, apakah kita mempraktekkan apa yang kita khotbahkan?
Apabila kita
berbicara mengenai pembentukan nurani, ekspektasi, dan kebiasaan anak-anak
kita, maka keteladanan orangtua itu penting secara unik. Akan tetapi, bagi
anak-anak untuk benar-benar memahami pesannya, maka pesan itu juga harus
dikomunikasikan oleh orang-orang dewasa lainnya. Jadi apabila diriku adalah
seorang kakek, bibi atau paman, pendidik, atau sekadar seorang dewasa yang
mempunyai keprihatinan terhadap generasi mendatang, apakah “buah-buah” dari
teladan yang kuberikan itu konsisten dengan kata-kata yang kuucapkan? Apakah
aku berdoa bagi kehidupan keluarga? Bagaimana pula dengan kontak-kontakku dengan
tetangga-tetanggaku, para kolegaku di tempat kerja dan sahabat-sahabatku?
Apabila aku ingin agar mereka mengetahui dan mengenal kebesaran kasih Allah,
maka bagaimana penghayatan hidupku sehari-hari harus mengungkapkan hal itu?
Terkait dengan pokok ini, Santo Bonaventura dan Beato Thomas dari Celano
menulis tentang Santo Fransiskus dari Assisi seperti berikut: “Karena dia
sendiri mempraktekkan lebih dahulu dalam perbuatan apa yang hendak
dianjurkannya kepada orang-orang lain dalam khotbahnya, maka ia tidak takut
akan pengecam dan mewartakan kebenaran dengan penuh keyakinan” (LegMaj XII:8;
bdk. 1Cel 36).
Buah-buah yang baik
berarti akar-akar yang baik. Yesus ingin agar kita berakar dalam diri-Nya
setiap hari, tidak hanya melalui doa-doa, pembacaan dan permenungan sabda Allah
dalam Kitab Suci, juga dengan memperkenankan Dia memangkas kita layaknya
ranting-ranting anggur. Dengan mempraktekkan cara mendengarkan secara aktif,
kita dapat tetap menangkap bisikan Roh Kudus. Janganlah sampai kita mengabaikan
suara-Nya ketika Dia berbicara mengenai hal-hal yang perlu kita ubah atau
tinggalkan! Baiklah kita hidup dalam cara yang membuat kita saksi-saksi
profetis di tengah dunia! Dengan demikian kita semua akan menghasilkan buah
secara berlimpah – buah yang tetap (Yoh 15:16).
DOA: Bapa surgawi,
Allah yang Mahatahu, selidikilah hatiku. Tolonglah aku mencabut sampai ke
akar-akarnya segala dosa yang Kaunyatakan. Pimpinlah aku dalam jalan hidup yang
berbuah, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan