( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IX – Senin, 4 Juni 2012 )
Kongregasi Suster
Fransiskanes dr Santo Georgius Martir: Peringatan Kedatangan Suster-suster FSGM
di Indonesia
Lalu Yesus mulai
berbicara kepada mereka dalam perumpamaan, “Ada seseorang membuka kebun anggur
dan membuat pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan
mendirikan menara jaga. Kemudian Ia menyewakan kebun itu kepada
penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika sudah tiba musimnya,
ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima
sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka menangkap hamba itu
dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa.
Kemudian ia
menyuruh lagi seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai
luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Lalu ia menyuruh seorang lagi
seorang hamba lain, dan orang ini mereka bunuh. Demikian juga dengan banyak lagi
yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. Masih ada satu
orang lagi padanya, yakni anaknya yang terkasih. Akhirnya ia menyuruh dia
kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi penggarap-penggarap
itu berkata seorang kepada yang lain: Inilah ahli waris, mari kita bunuh dia,
maka warisan ini menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu
melemparkannya ke luar kebun anggur itu. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh
tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu,
lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. Tidak pernahkah
kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah
menjadi baru penjuru: Hal ini terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib
di mata kita.” Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena tahu bahwa
merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut
kepada orang banyak. Mereka membiarkan Dia, lalu mereka pergi. (Mrk 12:1-12)
Bacaan Pertama: 2Ptr
1:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 91:1-2,14-16
Dalam perumpamaan
ini Yesus menggunakan gambaran kebun anggur seperti yang digunakan oleh Yesaya
sebelumnya (Yes 5:1-7). Sasaran Yesus dengan perumpamaan ini adalah para
pemimpin atau pemuka agama Yahudi. Mereka membimbing umat Allah (kebun anggur)
untuk keuntungan mereka sendiri, bukan untuk Allah (pemilik kebun anggur).
Dengan demikian Allah tidak menerima tanggapan (buah) yang diharap-harapkannya.
Yang lebih “parah” lagi adalah, bahwa mereka menutup umat dari Yesus, sang
Putera Allah.
Kita dapat
menggunakan gambaran (imaji) kebun anggur ini untuk mencerminkan bagaimana cara
sikap-sikap yang keliru dapat menguasai pikiran kita dan menghalang-halangi
kita menghasilkan buah baik berupa kasih dan kemurahan hati dlsb.
Harapan-harapan sang tuan tanah pemilik kebun anggur hancur karena kebun anggur
miliknya itu dikuasai oleh para penggarap yang bersikap memusuhi. Sesuatu yang
serupa terjadi dalam relasi kita dengan Allah ketika kita memperkenankan
filsafat-filsafat (katakanlah dalam hal ini falsafah-falsafah) dunia
mengkontaminasi pemikiran kita. Barangkali kita telah mengambil oper
relativisme moral atau “yang buruk-buruk di bidang seks” dari film, buku atau
dari “dunia maya” (internet). Barangkali kita telah melibatkan diri dalam
praktek-praktek okultisme atau “new age”. Sebagai akibatnya, kehidupan rahmat
dalam diri kita menjadi rusak.
Kabar baiknya
adalah bahwa Allah itu tanpa reserve dan tidak menghitung-hitung biaya dalam
upaya-Nya untuk membebaskan diri kita dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik
seperti disebut di atas. Yesus datang untuk membuang segala hal yang mengganggu
membawa dampak buruk atas pikiran kita, kemudian mendirikan kerajaan-Nya di
dalam diri kita – namun Ia tidak akan melakukan hal tersebut sendiri. Setiap
hari, Dia memanggil kita untuk menaruh iman kita dalam kemenangan-Nya atas dosa
dan kematian dan taat kepada perintah-perintah-Nya. Tindakan menyerahkan diri
kita kepada-Nya bukanlah suatu kehilangan kendali yang tidak sehat, melainkan
memperoleh kembali kendali kita. Mengapa? Karena dengan demikian kita
dipulihkan kepada pikiran kita yang benar. Selagi sabda Allah meresap dalam
kehidupan kita, kita pun dibebaskan dari tirani dosa dan pikiran kita dipenuhi
dengan “semua yang benar, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis,
semua yang sedang didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji” (Flp
4:8).
DOA: Yesus Kristus,
Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Aku menyerahkan diriku sepenuhnya ke
bawah pengendalian kasih-Mu. Tuhan, usirlah apa saja dalam diriku yang
bertentangan dengan Engkau dan nilai-nilai kerajaan-Mu. Aku sungguh ingin
berbuah seturut rencana-Mu menciptakanku. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan