Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Sabtu, Januari 28, 2012

BAGI DAUD, TIDAK ADA YANG LEBIH PENTING DARIPADA RELASINYA DENGAN ALLAH

( Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IV, Senin 30-1-12 )

Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Yasinta Mareskoti, Perawan Ordo III

Lalu datanglah seseorang mengabarkan kepada Daud, katanya: “Hati orang Israel telah condong kepada Absalom.” Kemudian berbicaralah Daud kepada semua pengawainya yang ada bersama-sama dengan dia di Yerusalem: “Bersiaplah, marilah kita melarikan diri, sebab jangan-jangan kita tidak akan luput dari pada Absalom. Pergilah dengan segera, supaya ia jangan dapat lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita


Daud mendaki bukit Zaitun sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut. Juga seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia masing-masing berselubung kepalanya, dan mereka mendaki sambil menangis.
dan memukul kota ini dengan mata pedang!”

Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk. Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: “Enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! TUHAN (YHWH) telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, YHWH telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah.” Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: “Mengapa anjing mati ini

mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya.” Tetapi kata raja: “Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila YHWH berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?” Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: “Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi seorang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab YHWH yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin YHWH akan memperhatikan kesengsaraanku in dan YHWH membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.” Demikianlah Daud melanjutkan perjalanannya dengan orang-orangnya, sedang Simei berjalan terus di lereng gunung bertentangan dengan dia dan sambil berjalan ia mengutuk, melemparinya dengan batu dan menimbulkan debu. (2Sam 15:13-14,30; 16:5-13)

Mazmur Tanggapan: Mzm 3:2-7; Bacaan Injil: Mrk 5:1-20

Walaupun pemerintahan Daud hampir boleh dikatakan penuh dengan kemuliaan dan keberhasilan, raja yang “hebat” ini bukannya tidak memiliki sisi gelap dalam kehidupannya. Dosa perselingkuhannya dengan Batsyeba (baca 2Sam 11:1-27), tipu muslihat yang jahat untuk menyingkirkan Uria, suami Batsyeba, untuk selama-lamanya, dan “kelembekan”-nya dalam menangani dosa-dosa anak-anaknya sendiri pada akhirnya membuat dia dan para pengikutnya untuk pergi meninggalkan Yerusalem pada masa pemberontakan anaknya, Absalom. Daud tentunya sadar bahwa penderitaan-penderitaannya sebagian besar adalah akibat dari kelemahan dan kegagalannya sendiri.

Selagi sang raja bersama para pengikutnya mundur dari kota Yerusalem, Daud dikonfrontir oleh seorang anggota keluarga raja Saul yang bernama Simei bin Gera. Orang ini mengutuki Daud dan melemparinya dengan batu. Simei menyalahkan Daud sebagai penyebab kematian Saul dan “nasib buruk” yang melanda keluarganya. Salah seorang pengikut Daud, Abisai, menawarkan diri untuk membunuh Simei, namun Daud dapat melihat bahwa di belakang sikap dan perilaku Simei ada “tangan-tangan” YHWH-Allah yang sedang bekerja. Pemikiran Daud adalah, apabila anaknya sendiri ingin membunuhnya, mengapa Simei tidak?

Sikap Daud ini mencerminkan suatu kesadaran bahwa orang-orang yang dikasihi YHWH-Allah juga dimurnikan oleh-Nya: “Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan YHWH, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena YHWH memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi” (Ams 3:11-12). Sepanjang masa pemerintahannya, Daud tetap merupakan seorang manusia yang mengikuti kehendak Allah, bukan karena dia sempurna, melainkan karena dia cepat mengakui dosa-dosanya dan mohon pengampunan dari Allah. Ia memperkenankan Allah membuat dirinya dina sehingga dia dapat lebih dibersihkan lagi dari dosa dan menerima sebuah hati yang baru (lihat Mzm 51:9). Bagi Daud, tidak ada yang lebih penting daripada relasinya dengan YHWH-Allah, dan dirinya menerima apa saja yang diberikan YHWH untuk memperdalam relasi itu.

Sebagaimana emas dimurnikan oleh api, maka iman lahir dalam api berbagai pencobaan. Orang-orang terkadang mengucapkan kata-kata atau melakukan hal-hal yang keji terhadap diri kita. Memang mudahlah bagi kita untuk membalas! Akan tetapi baiklah kita mengikuti teladan yang telah diberikan Daud kepada kita lewat bacaan hari ini. Marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing: Adakah sesuatu untuk mana aku harus bertobat? Apakah Allah memperkenankan penderitaanku untuk membuat diriku menjadi lebih rendah-hati dan menarik diriku untuk menjadi lebih dekat dengan-Nya? Selagi kita melakukan pemeriksaan batin, bertobat, dan berpaling kepada Allah dan mohon pertolongan-Nya, maka kita pun dapat berada di jalan yang telah disediakan Bapa surgawi bagi kita. Marilah kita, oleh rahmat Allah, berupaya untuk memiliki hati seperti hati raja Daud, yang tahu bahwa apabila Allah membuat kita dina, maka tujuan-Nya adalah untuk mengangkat diri kita.

DOA: Bapa surgawi, aku meletakkan di hadapan-Mu segala luka-luka dan penderitaanku, dengan kesadaran penuh bahwa hidupku terletak di tangan-tangan-Mu. Engkau adalah Allah yang penuh kasih-setia. Oleh karena itu aku percaya sepenuhnya bahwa Engkau akan memimpinku pulang ke rumah-Mu kelak melalui pencobaan-pencobaan yang memurnikan dalam kehidupanku di dunia ini. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan