Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Selasa, Januari 31, 2012

JANGANLAH AKU JATUH KE DALAM TANGAN MANUSIA

( Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IV, Rabu 1-2-12 )

Lalu berkatalah raja kepada Yoab dan para panglima tentara yang bersama-sama dengan dia: “Jelajahilah segenap suku Israel dari Dan sampai Bersyeba; adakanlah pendaftaran di antara rakyat, supaya aku tahu jumlah mereka.”

Lalu Yoab memberitahukan kepada raja hasil pendaftaran rakyat. Orang Israel ada delapan ratus ribu orang perangnya yang dapat memegang pedang; dan orang Yehuda ada lima ratus ribu.


Jadi YHWH mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel dari pagi hari sampai waktu yang ditetapkan, maka matilah dari antara bangsa itu, dari Dan sampai Bersyeba, tujuh puluh ribu orang. Ketika malaikat mengacungkan tangannya ke Yerusalem untuk memusnahkannya, maka menyesallah YHWH karena malapetaka itu, lalu Ia berfirman kepada malaikat yang mendatangkan kemusnahan kepada bangsa itu: “Cukup! Turunkanlah sekarang tanganmu itu.” Pada waktu itu malaikat YHWH itu ada dekat tempat pengirikan Arauna, orang Yebus. Dan berkatalah Daud kepada YHWH, ketika dilihatnya malaikat yang tengah memusnahkan bangsa itu, demikian: “Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku.” (2Sam 24:2,9-17)Tetapi berdebar-debarlah hati Daud, setelah ia menghitung rakyat, lalu berkatalah Daud kepada TUHAN (YHWH): “Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, YHWH, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.” Setelah Daud bangun dari pada waktu pagi, datanglah firman YHWH kepada nabi Gad, pelihat Daud, demikian: “Pergilah, katakanlah kepada Daud: Beginilah firman YHWH: tiga perkara Kuhadapkan kepadamu; pilihlah salah satu dari padanya, maka Aku akan melakukannya kepadamu.” Kemudian datanglah Gad kepada Daud, memberitahukan kepadanya dengan berkata kepadanya: “Akan datangkah menimpa engkau tiga tahun kelaparan di negerimu? Atau maukah engkau melarikan diri tiga bulan

lamanya dari hadapan lawanmu, sedang mereka itu mengejar engkau? Atau, akan adakah tiga hari penyakit sampar di negerimu? Maka sekarang, pikirkanlah dan timbanglah, jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku.” Lalu berkatalah Daud kepada Gad: “Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan YHWH, sebab besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia.”

Mazmur Tanggapan: Mzm 32:1-2,5-7; Bacaan Injil: Mrk 6:1-6

Dari uraian tentang raja Daud sebelum ini, kita mengetahui bahwa Daud pun memiliki sisi gelap dalam kehidupannya. Menjelang akhir pemerintahannya, ketika Daud sudah tua, dia mendatangkan krisis baru dengan memerintahkan dilaksanakannya “sensus” atas angkatan bersenjatanya (lihat 2Sam 24:2). Apakah dalam hal ini Daud bertindak sebagai seorang penguasa yang bijak? Tidak! Menghitung umat pilihan Allah merupakan sebuah tindakan yang mengandung arti mendalam, karena identitas mereka yang terdalam sebagai bangsa/umat pilihan Allah menjadi dipertanyakan. Apakah bangsa Israel sungguh merupakan umat Allah, ataukah mereka tidak lebih daripada bangsa-bangsa lain di sekeliling mereka yang merupakan milik para penguasa dunia?

Suatu sensus memberikan kepada raja kuasa atas rakyatnya, dan hasil sensus itu dapat digunakan sebagai informasi untuk pengenaan pajak, pendaftaran masuk tentara, bahkan untuk menemukan para pekerja yang sehat untuk bekerja sebagi pekerja-rodi di proyek-proyek sang raja. Motif apa yang ada di belakang tindakan Daud itu? Barangkali dia khawatir akan masa depan dan ingin menjamin bahwa kekuatan militer Israel tidak melemah. Barangkali dia ingin membangun angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih kuat. Sensus Daud kelihatannya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kendali/kontrolnya. Apa pun motifnya, tindakan Daud itu tidak menyenangkan hati YHWH-Allah. Daud sebagai raja yang diurapi, dipilih sendiri oleh Allah (lewat nabi Samuel), dalam hal ini bertindak bukan sebagai seorang wakil YHWH melainkan sebagai seorang pemilik yang independen, yang dapat melakukan apa saja yang diinginkannya atas miliknya. Apakah pelaksanaan sensus merupakan isu kunci dalam hal ini? Tidak juga! Kita harus mengingat, bahwa YHWH-Allah memerintahkan Musa untuk melakukan sensus: “Hitunglah jumlah segenap umat Israel menurut kaum-kaum yang ada dalam setiap suku mereka, dan catatlah nama semua laki-lai di Israel yang berumur dua puluh tahun ke atas dan yang sanggup berperang, orang demi orang. Engkau dan Harun harus mencatat mereka menurut pasukannya masing-masing” (Bil 1:2-3). Isu sebenarnya adalah rasa percaya (trust)! Dapatkah Daud percaya bahwa Allah akan menjaga dia dan umat-Nya – bagaimana pun lemah atau kuatnya mereka?

Melalui nabi Gad, YHWH-Allah menawarkan kepada Daud tiga alternatif kemungkinan hukuman atas dirinya. Kali ini Daud membuat sebuah keputusan yang sulit, namun bijaksana: “penyakit sampar selama tiga hari” – bukan karena itu yang paling singkat dari sudut waktu, melainkan karena dia memilih untuk jatuh ke dalam tangan YHWH daripada jatuh ke dalam tangan manusia (lihat 2Sam 24:14). Pertobatan Daud diungkapkannya sebagai berikut: “Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku” (2Sam 24:17).

Kerendahan hati Daud ini berkenan kepada YHWH; dengan demikian relasinya dengan YHWH-Allah dipulihkan, bahkan Ia mengurungkan niatnya menjatuhkan hukuman atas Yerusalem. Nah, kita pun harus senantiasa mengingat bahwa pertobatan kita tidak hanya membuat diri kita benar di hadapan Allah, melainkan juga akan membuka pintu bagi pencurahan rahmat-Nya guna menolong kita mengatasi kelemahan-kelemahan dan kecenderungan-kecenderungan untuk berdosa.

Allah ingin agar kita menaruh kepercayaan kepada-Nya hari ini dan setiap hari, pada saat-saat baik maupun saat-saat buruk, manakala kita merasa lemah atau pun kuat. Yang penting sekali untuk senantiasa kita pegang adalah tidak memperkenankan ambisi atau kecemburuan/iri-hati atau hasrat untuk memegang kendali penuh atas kehidupan kita menguasai diri kita. Kita harus mempunyai kebiasaan melakukan pemeriksaan batin secara harian dan bertobat atas dosa-dosa kita, apakah lewat pikiran, perkataan, perbuatan maupun kelalaian kita. Penerimaan sakramen rekonsiliasi secara teratur juga merupakan hal yang jangan sampai terlupakan. Daud banyak diampuni karena dia banyak mengasihi. Hasratnya untuk bertobat dan direkonsiliasikan dengan Allah merupakan sebuah contoh iman yang dapat mengajar kita semua bagaimana menaruh kepercayaan kepada Allah, walaupun pada saat kita bergumul dengan dosa-dosa.

DOA: Bapa surgawi, terhadap Engkau aku telah berdosa. Akan tetapi, seperti halnya Daud, aku menaruh kepercayaan pada kasih-Mu yang tanpa batas itu. Oleh Roh Kudus-Mu, selidikilah hatiku sehingga aku dapat belajar jalan pertobatan yang benar. Aku bertekad untuk menjadi murid Kristus yang sejati. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan