( Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa II, Kamis 19-1-12 )
Hari Kedua Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani
Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang
Saul mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud harus dibunuh. Tetapi Yonatan, anak Saul, sangat suka kepada Daud, sehingga Yonatan memberitahukan kepada Daud: “Ayahku Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana. Aku akan keluar dan berdiri di sisi ayahku di padang tempatmu itu. Maka aku aku akan berbicara dengan ayahku perihalmu; aku akan melihat bagaimana keadaannya, lalu memberitahukannya kepadamu.”perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana,
dengan bersukaria dan dengan membunyikan geringcing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itu pun jatuh kepadanya.” Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud.
Lalu Yonatan mengatakan yang baik tentang Daud kepada Saul, ayahnya, katanya; “Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud, hambanya, sebab ia tidak berbuat dosa terhadapmu; bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu! Ia telah mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan TUHAN (YHWH) telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel, Engkau sudah melihatnya dan bersukacita karenanya. Mengapa engkau hendak berbuat dosa terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa alasan? Saul mendengarkan perkataan Yonatan dan Saul bersumpah: “Demi YHWH yang hidup, ia tidak akan dibunuh.” Lalu Yonatan memanggil Daud dan Yonatan memberitahukan kepadanya segala perkataan itu. Yonatan membawa Daud kepada Saul dan ia bekerja padanya seperti dahulu. (1Sam 18:6-9;19:1-7)
Mazmur Tanggapan: Mzm 56:2-3,9-11; Bacaan Injil: Mrk 3:7-12
Sebagai raja Israel, sebenarnya Saul telah diberkati Allah secara luarbiasa. Walaupun demikian, ia menjadi iri hati ketika dia melihat bahwa Daud lebih diberkati lagi. Saul merasa terancam dan dijangkiti oleh rasa tidak aman. Ia tidak dapat percaya bahwa baik dirinya maupun Daud tidak dapat dikasihi oleh Allah dalam kadar yang sama. Saul juga lebih berprihatin mengenai apa yang dipikirkan orang-orang berpikir tentang dirinya daripada apa yang Allah pikirkan. Ia lebih takut kehilangan kerajaannya di atas bumi daripada menghargai kerajaan surgawi Allah sendiri.
Kalau simpati adalah rasa sedih atas nasib buruk seseorang, maka iri-hati adalah rasa sedih atas nasib baik seseorang. Orang lain telah menerima sesuatu yang kita sendiri tidak miliki, dan kita menginginkan hal tersebut. Pada akar rasa iri hati seperti ini terdapat rasa tidak aman – suatu rasa takut bahwa kita tidak akan memperoleh kasih dan perhatian yang menurut kita dibutuhkan. Takut kalau-kalau kita akan “dicuekin” atau dilupakan, maka kita malah memusuhi orang yang kelihatannya lebih banyak memperoleh perhatian. Sebagaimana akhirnya ditunjukkan oleh cerita Saul, pola pemikiran sedemikian hanya memimpin seseorang kepada rasa sunyi, kepahitan dan perpecahan.
Kecemburuan atau iri-hati dan ketidak-pastian sedemikian sesungguhnya adalah suatu pencerminan dari ketidakpercayaan kepada Allah, …… ketidakpercayaan akan kasih-Nya kepada kita. Apabila kita tidak hidup oleh/dalam iman, maka kita dapat menjadi berpusat pada diri sendiri (self-centered) dan mengembangkan cinta-diri yang tidak sehat (unhealthy self-love). Apabila kita melihat orang-orang lain berhasil, maka mungkin saja kita berpikir, “Aku tidak diperlakukan sebaik mereka diperlakukan, padahal aku adalah seorang pribadi yang lebih baik! Mengapa dia menjadi lebih makmur, namun aku tidak?” Sungguh mengejutkan apabila kita memikirkan betapa banyaknya kehidupan dan relasi yang telah dirusak oleh penyakit macam ini.
Yesus bersabda, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33). Kita memang dapat mengandalkan diri kepada Allah. Manakala kecemburuan atau iri-hati muncul dalam diri kita, maka biarlah Allah menunjukkan betapa dalam Ia mengasihi kita semua dan betapa istimewa kita semua di mata-Nya. Martabat kita datang dari Allah, bukan dari orang-orang lain atau dari berkat-berkat dunia. Oleh karena itu keprihatinan kita seharusnya adalah ketaatan kepada Allah, dan segalanya pun akan diatur oleh-Nya. Apabila kita melihat adanya dosa kecemburuan atau iri-hati dalam kehidupan kita, baiklah kita klaim bahwa semua itu sudah mati disalibkan dengan Kristus. Marilah kita mohon kepada Roh Kudus untuk menyembuhkan diri kita masing-masing.
DOA: Bapa surgawi, penuhilah diriku dengan kasih-Mu yang tanpa batas, agar supaya aku dapat dibebaskan dari rasa cemburu atau iri-hati terhadap orang-orang lain. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, sembuhkanlah diriku sehingga aku dapat mengasihi sebagaimana Yesus mengasihi. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan