( Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Basilius Agung & S. Gregrorius dr Nazianze, Uskup-Pujangga Gereja, Senin 2-1-12 )
Inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa im
Di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. Mereka bertanya kepadanya, “Kalau demikian, mengapa engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” Yohanes menjawab mereka, “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian daripada aku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”am dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia, “Siapakah engkau?” Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya, “Aku bukan Mesias.” Lalu mereka bertanya kepadanya, “Kalau begitu, siapa? Apakah engkau Elia?” Ia menjawab, “Bukan!” “Engkaukah nabi yang akan datang?” Ia pun menjawab, “Bukan!” Karena itu kata mereka kepadanya, “Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu
tentang dirimu sendiri?” Jawabnya, “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun, ‘Luruskanlah jalan Tuhan!’ seperti yang telah dikatakan Nabi Yesaya.”
Hal itu terjadi di Betania yang di seberang Sungai Yordan, tempat Yohanes membaptis. (Yoh 1:19-28)
Bacaan Pertama: 1Yoh 2:22-28; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1-4
Yohanes Pembaptis bukanlah orang biasa karena orang kudus ini memang sungguh luarbiasa. Dia menghayati hidup asketis di padang gurun, memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan (lihat Mat 3:4). Isi pewartaannya melawan ketidakadilan dalam masyarakat yang ada pada waktu itu dan dia menyerukan pertobatan. Praktis bekerja seorang diri (tentunya dengan bantuan rahmat Allah), Yohanes Pembaptis menyebabkan timbulnya suatu kebangunan rohani yang menyentuh hati banyak orang, termasuk Raja Herodus Antipas sendiri, meskipun berlainan di ujung ceritanya (Mrk 6:17-20). Sementara orang-orang sederhana memuji-muji Yohanes sebagai seorang nabi, para pemuka agama di Yerusalem masih dihinggapi keraguan.
Siapakah sebenarnya sosok yang bernama Yohanes ini? Apakah dia Elia, yang dibawa ke surga dalam kereta khusus, yang akan datang kembali ke dunia untuk mempermaklumkan kedatangan sang Mesias (2Raj 2:11; Mal 4:5-6)? Ataukah dia nabi yang telah dinubuatkan dalam Ul 18:18, yang akan datang untuk menyampaikan segala perintah YHWH-Allah? Jangan-jangan ia ini memang Mesias itu sendiri! Ketika ditanyakan kepadanya, Yohanes memberi tanggapan, bahwa dirinya bukanlah semua itu, melainkan hanyalah “suara orang yang berseru-seru di padang gurun, ‘Luruskanlah jalan Tuhan!’” (Yoh 1:23).
Yohanes berkata kepada orang-orang itu bahwa dia hanya membaptis dengan air, sedangkan Dia yang akan memberikan Roh Kudus ada di tengah-tengah mereka, walaupun mereka tidak mengenali Dia (Yoh 1:26,33). Banyak orang pada masa itu sungguh merindukan Mesias dan menanti-nantikan penuh pengharapan akan hari pada waktu mana Dia akan dinyatakan. Akan tetapi, sayangnya ekspektasi mereka itu sudah terbentuk menurut pola pemikiran tertentu tentang “macam apa” Mesias itu, maka hanya sedikit orang saja yang dapat mengenali-Nya ketika sang Mesias benar-benar muncul di depan publik. Banyak orang Yahudi itu mengharapkan Mesias yang adalah seorang Raja perkasa yang akan mengakhiri penjajahan kekaisaran Romawi dan merestorasi Israel kepada kemuliaannya pada masa-masa sebelumnya. Akan tetapi, Yesus, berdiri di tengah-tengah mereka sebagai sang “Anak Domba Allah” yang dengan rendah hati akan menyerahkan diri-Nya kepada salib demi keselamatan umat manusia.
Bilamana kita berupaya untuk mengetahui tindakan Allah dalam kehidupan kita, sebenarnya apa yang sedang kita cari? Apakah kita membatasi cara-cara Allah untuk dapat bekerja, misalnya dengan berpikir bahwa dosa kita sudah terlalu besar atau iman kita terlalu lemah? Apakah kita “mengirim” orang lain – seperti yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis – untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menimbang-nimbang gerakan Allah, berdasarkan asumsi bahwa Allah tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita? Ingatlah, bahwa Allah telah merestorasikan kita kepada suatu hubungan peribadi dengan Allah. Sebagai Sang Pencipta, Allah ingin menyatakan diri-Nya kepada kita dalam keheningan doa, dalam kata-kata yang terdapat dalam Kitab Suci, dan dalam perayaan Ekaristi Kudus. Ia ingin berbicara kepada kita melalui orang-orang di sekeliling kita dan situasi-situasi kehidupan kita sehari-hari. Yesus tidak pernah berada jauh dari kita, karena Dia adalah Imanuel (Mat 1:23; 28:20). Yang kita perlukan adalah menyediakan waktu yang cukup setiap harinya untuk membuka hati kita bagi-Nya dan menantikan-Nya. Apabila kita melakukannya, maka Dia pun akan berbicara.
DOA: Tuhan Yesus, dengan ini aku menyerahkan kehidupanku ke dalam tangan-tangan-Mu. Tolonglah aku agar mampu memandang diriku sebagaimana Engkau memandang diriku. Semoga Engkau semakin besar dalam diriku sehinga aku dapat menarik orang-orang lain kepada-Mu. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan