( Bacaan Pertama Misa Kudus, PESTA S.
LAURENSIUS, DIAKON-MARTIR – Jumat, 10 Agustus 2012 )
Perhatikanlah ini: Orang yang menabur
sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai
banyak juga. Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan
dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi
dengan sukacita. Lagi pula, Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada
kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah
berkelebihan di dalam berbagai perbuatan baik. Seperti ada tertulis: “Ia
membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk
selamanya.” [1] Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan,
Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan
menumbuhkan buah-buah kebenaranmu. (2Kor 9:6-10)
[1] 2Kor 9-9, lihat Mzm 112:9
Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2,5-9; Bacaan
Injil: Yoh 12:24-26
“Allah mengasihi orang yang memberi dengan
sukacita” (2Kor 9:7).
Santo Laurensius [+ 258] adalah seorang
diakon gereja di Roma. Kepadanya dipercayakan dua tanggung jawab, yakni
melayani orang-orang miskin dan juga menjaga harta-benda gereja. Pada masa
pengejaran dan penganiayaan atas umat Kristiani di tahun 258, Cornelius, perfek
Roma memerintahkan Laurensius untuk menyerahkan harta-kekayaan gereja kepada
Kaisar.
Pada hari yang telah ditetapkan, Laurensius
dengan bangga mempresentasikan kepada Cornelius sekumpulan besar orang yang
terdiri dari para janda, yatim-piatu, orang buta dan lumpuh – semuanya yang
hidup didukung dan donasi umat Kristiani. Cornelius berkata: “Inilah
harta-kekayaan Gereja”. Mendengar itu, sang perfek menjadi naik pitam dan
memerintahkan agar Laurensius diikat lalu digiring ke sebuah tempat untuk
dibakar hidup-hidup. Peristiwa itu sama sekali tidak mengintimidasi gereja,
seperti diharapkan Cornelius. Sebaliknya, kemartiran Laurensius malah mendorong
banyak orang lain untuk menerima dan merangkul Yesus dan mempraktekkan kasih
Kristiani.
Santo Paulus mengingatkan kita bahwa kita
tidak dapat mengalahkan Allah dalam hal kemurahan-hati. Sang rasul menulis:
“Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kamu, supaya kamu senantiasa
berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai
perbuatan baik” (2Kor 9:8). Kasih sejati tidak mengenal kalkulasi untung-rugi,
kasih sejati memberi dengan bebas. Bilamana Allah memberi, maka Dia memberi
dengan berlimpah dari kasih-Nya yang tidak pernah mati, rahmat yang
berkelimpahan, dan kerahiman yang tak mengenal batas.
Pada suatu kesempatan, Santo Augustinus
[354-430] mengatakan, bahwa Allah senantiasa mencoba memberikan kepada kita
segala sesuatu yang baik, namun tangan-tangan kita sudah terlalu penuh dengan
yang lain-lain, sehingga tak lagi dapat menerima pemberian Allah itu. Hati kita
seringkali tertawan oleh hal-hal yang kita hargai dan puja-puja. Dengan
menambatkan diri pada hal-hal tersebut, sebenarnya kita menyediakan sedikit
saja ruangan bagi rahmat Allah. Suatu roh yang murah-hati tidak hanya
membebaskan kita untuk memberi tanpa rasa enggan, melainkan juga membuat diri
kita reseptif terhadap Dia yang dapat memuaskan hasrat terdalam hati kita.
Apabila kita memberi dengan bebas dan dengan
kemurahan-hati apa yang kita miliki – waktu, uang, ilmu-pengetahuan dan sumber
daya lainnya – kepada mereka yang miskin, cacat atau terabaikan dalam
masyarakat, maka sebenarnya kita meneladan Yesus yang mengasihi kita dan
memberikan hidup-Nya sendiri untuk keselamatan kita. Santo Augustinus juga
mengatakan: “Kasih mempunyai tangan-tangan untuk menolong orang-orang lain.
Kasih mempunyai kaki-kaki untuk bergegas kepada orang-orang miskin dan
membutuhkan pertolongan. Kasih mempunyai mata untuk melihat kesengsaraan dan
kekurangan. Kasih mempunyai telinga untuk mendengar keluhan-keluhan dan
duka-cita orang lain.” Marilah kita memohon kepada Allah agar Roh Kudus-Nya
membentuk diri kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih atentif terhadap
kebutuhan-kebutuhan sesama ini, dan untuk menjadikan kita para pemberi yang
penuh sukacita, seperti Yesus sendiri.
DOA: Bapa surgawi, semoga kasih-Mu menginspirasikan
anak-anak-Mu di mana saja untuk memberi dengan kemurahan-hati kepada
orang-orang miskin dan berkekurangan di seluruh dunia, tanpa membedakan agama,
kepercayaan, bangsa dan bahasa mereka. Ya Allahku yang Mahabaik, penuhilah
diriku dengan kemurahan-hati-Mu. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan