OFMConv: Pesta S.
Maximilian Maria Kolbe, Imam-Martir
Pada waktu itu
datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya, “Siapakah yang terbesar
dalam Kerajaan Surga?” Lalu Yesus memanggil seorang anak kecil dan
menempatkannya di tengah-tengah mereka dan berkata, “Sesungguhnya Aku berkata
kepadamu, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu
tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan siapa saja yang merendahkan
diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan
Surga. Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku.”
“Ingatlah, jangan
menganggap rendah salah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata
kepadamu: Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang
di surga.”
“Bagaimana pendapatmu?
Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat,
tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan
dan pergi mencari yang sesat itu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika ia
berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu daripada
atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikan juga Bapamu
yang di surga tidak menghendaki salah seorang dari anak-anak ini hilang.” (Mat
18:1-5,10,12-14)
Bacaan Pertama: Yeh
2:8-3:4; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:14,24,72,103,111,131
Dalam Injil kita
dapat melihat suatu kualitas pribadi yang sangat istimewa dari Yesus, yaitu
kelemah-lembutan-Nya terhadap anak-anak, terhadap orang-orang miskin, dan
terhadap para pendosa yang bertobat. Ia mengajarkan kepada kita bahwa
orang-orang ini secara istimewa dekat pada Allah, dengan demikian Ia mengasihi
mereka secara istimewa pula. “Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti
ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku” (Mat 18:5).
Cara terbaik untuk
menguji kualitas cintakasih kita, untuk melihat sampai berapa sejati dan
Kristiani-nya cintakasih itu, adalah untuk menguji cintakasih kita bagi “mereka
yang kecil-kecil”, bagi anak-anak, bagi orang-orang miskin, bagi mereka yang
paling sedikit diberkati dalam artian dunia.
Marilah kita
merenungkan bagaimana Putera Allah sendiri memilih untuk datang ke tengah
dunia. Dia tidak dilahirkan dalam istana raja, bukan pula di tengah keluarga
bangsawan atau keluarga kaya-raya, bukan di atas tempat tidur yang terbuat dari
emas dengan kasur dan bantal-bantal yang empuk serta kain mahal sebagai seprei.
Tidak ada pelayan-pelayan perempuan yang menjaga, juga tidak ada wartawan yang
akan meliput berita tentang diri-Nya. Yesus memilih kemiskinan dan
kesederhanaan, sebuah gua/kandang dingin dan gelap yang sebenarnya
diperuntukkan bagi hewan-hewan peliharaan. Yesus memilih sepasang orangtua yang
tergolong paling miskin, palungan yang sederhana-murahan, makanan yang
sederhana, …… tidak ada kenyamanan dan tidak ada publisitas. Yesus tidak
memilih kaisar atau gubernur sebagai sahabat-sahabat-Nya yang pertama. Pada
kenyataannya, seorang raja – Herodus – adalah musuh-Nya yang paling jahat. Para
sahabat Yesus yang pertama adalah gembala-gembala yang bodoh, miskin, dan
berbau badan sama seperti domba-domba mereka.
Yesus mengasihi
anak-anak karena mereka pada umumnya jujur, inosens, memiliki hati yang
terbuka, dan murni. Yesus juga mengasihi para pelacur dan pemungut cukai yang
dijuluki pendosa-pendosa oleh orang-orang Farisi, karena mereka adalah
orang-orang sederhana dan sungguh-sungguh bertobat. Mereka memiliki hati yang
baik, dan mereka mau kembali menjadi inosens seperti anak kecil. Mereka juga
mendengarkan dan dengan penuh kemauan menanggapi belas-kasih Allah.
Inilah orang-orang
yang sungguh rendah-hati; mereka yang kecil pada pandangan mata mereka sendiri.
Mereka tidak menjadi munafik, tidak adil, sombong, sia-sia, atau tidak jujur.
Mereka adalah orang-orang dina atau rendah-hati yang dikasihi oleh Yesus. Yesus
bersabda: “Siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja
yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat 23:12). Hanya orang yang
rendah-hati saja yang terbuka untuk menerima rahmat Allah. Hanya orang-orang
seperti ini yang memiliki hikmat-spiritual untuk mohon pengampunan dari Allah,
dan menghormati orang-orang kecil – wong cilik – yang dikasihi Allah.
DOA: Yesus, Engkau
adalah Tuhan dan Juruselamatku. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, bentuklah diriku agar
menjadi inosens kembali seperti anak kecil, sehingga dengan demikian aku pun
dapat masuk ke dalam Kerajaan-Mu. Jadikanlah aku seorang pribadi yang sungguh
memiliki kerendahan-hati dan berkenan kepada-Mu. Dengan terang-Mu, pimpinlah
jalanku untuk melayani orang-orang lain menjadi murid-murid-Mu juga. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan