PENTINGNYA
PENGAMPUNAN
( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XIX – Rabu, 15 Agustus 2012 )
“Apabila saudaramu
berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu
engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah
seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara
itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan jemaat, pandanglah dia
sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat
di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga. Lagi
pula Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari antara kamu di dunia ini sepakat
meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang
di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ
Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Mat 18:15-20)
Bacaan Pertama: Yeh
9:1-7;10:18-22; Mazmur Tanggapan: Mzm 113:1-6
Apakah kunci dari
relasi yang baik? Kepercayaan (trust), penerimaan (acceptance), respek dan
cintakasih tentunya diperlukan. Namun setiap hari kita menghadapi berbagai dosa
dan godaan yang akan menghalang-halangi kita memberikan dan menerima cintakasih
dan respek yang begitu bersifat vital. Pengalaman juga menunjukkan betapa
mudahnya bagi kita menyerah kepada godaan-godaan ini – dan sementara proses itu
berlangsung kita menyakiti orang-orang yang kita kasihi.
Itulah sebabnya
mengapa ajaran Yesus tentang saling mengampuni satu sama lain mengandung arti
yang sangat penting. Pengampunan memperlembut keadilan dengan belas kasih.
Pengampunan membebaskan kita dari akar kepahitan, sakit hati, dendam, rasa
dengki dlsb. dan secara bersamaan membuka diri kita untuk berbagi cintakasih
yang kita semua tahu kita butuhkan. Mengampuni seseorang yang melakukan
kesalahan terhadap diri kita adalah seperti membatalkan suatu utang. Pada
awalnya mengandung biaya, namun manfaatnya dalam jangka panjang sungguh tak
ternilai: ada rekonsiliasi, damai-sejahtera, persatuan dan suatu kasih yang
telah diuji oleh api.
Ada cerita dari
riwayat hidup Santo Fransiskus dari Assisi yang menggambarkan kuat-kuasa dari
pengampunan. Hal ini dikisahkan dalam tulisan yang berjudul “Cermin
Kesempurnaan” (Latin: Speculum Perfectionis; Inggris: Mirror of Perfection).
Pada suatu hari di Celle, Perugia, Fransiskus bertemu dengan seseorang yang
terlihat sedang mengalami kesulitan. Fransiskus bertanya kepadanya: “Saudara,
apa yang terjadi dengan dirimu?” Orang itu langsung berkata-kata kasar
terhadap/tentang tuannya, “Terima kasih kepada tuanku – Semoga Allah mengutuknya!
– Saya tidak punya apa-apa, kecuali nasib buruk. Ia telah mengambil segalanya
yang kumiliki.”
Mendengar itu
Fransiskus dipenuhi dengan rasa kasihan terhadap orang itu, lalu berkata,
“Saudara, ampunilah tuanmu demi kasih kepada Allah, dan bebaskanlah jiwamu
sendiri; ada kemungkinan bahwa dia akan mengembalikan kepadamu apa saja yang
telah diambilnya darimu. Kalau tidak demikian, maka engkau telah kehilangan
harta-bendamu dan akan kehilangan jiwamu juga.” Namun orang itu berkata, “Aku
tidak dapat sepenuhnya mengampuninya kalau dia tidak mengembalikan apa yang
telah diambilnya dariku.” Fransiskus menjawab, “Lihatlah, aku akan memberikan
jubahku kepadamu; namun aku mohon agar engkau mengampuni tuanmu demi cintakasih
kepada Tuhan Allah.” Hati orang itu menjadi luluh dan tersentuh oleh kebaikan
hati Fransiskus, dan ia pun mengampuni tuannya. [Sumber: Mirror of Perfection,
33 dalam Marion A.Habig OFM (Editor), St. Francis of Assisi – Omnibus of
Sources, Quincy, Illinois: Franciscan Press – Quincy College, hal. 1158-1159.
Terjemahan Leo Sherley-Price. Introduksi dalam bahasa Perancis oleh P.
Théophile Desbonnets OFM diterjemahkan oleh Paul Oligny].
Seperti Santo
Fransiskus, kita pun dapat menjadi pembawa (juru) damai (Inggris: peace maker;
pembuat damai) dan saluran rahmat Allah. Bilamana kita berdoa bagi orang-orang
yang menyakiti hati kita, maka hal itu membebaskan kita untuk mengasihi seperti
Allah mengasihi. Rahmat Allah mempunyai kuat-kuasa tidak hanya untuk mengubah
diri kita, melainkan juga mereka yang telah mendzolimi kita.
DOA: Tuhan Yesus,
ajarlah aku bagaimana mengampuni. Semoga semua orang yang telah menyakiti
diriku atau menyebabkan aku bersedih hati mengenal kuasa dan kebebasan dari
belas kasih dan kasih dari-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan