( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVII – Jumat, 3 Agustus 2012 )
Setibanya di tempat
asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka
takjublah mereka dan berkata, “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa
untuk mengadakan mukjizat-mukjizat itu? Bukankah ia ini anak tukang kayu?
Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon
dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama
kita? Jadi, dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” Lalu mereka menolak Dia.
Kemudian Yesus berkata kepada mereka, “Seorang nabi dihormati di mana-mana,
kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Karena mereka tidak
percaya, tidak banyak mukjizat diadakan-Nya di situ. (Mat 13:54-58)
Bacaan Pertama: Yer
26:1-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 69:5,8-10,14
“Seorang nabi dihormati
di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya” (Mat 13:57).
Penduduk Nazaret –
kota asal Yesus – kelihatannya marah terhadap seorang pribadi yang mereka kenal
betul dan mereka pikir orang biasa-biasa saja dan sekarang “berpretensi”
menjadi seorang rabi. Jadi, di sini familiaritas penduduk Nazaret dengan Yesus
tidak menjadi asset, melainkan merupakan suatu liability bagi mereka. Justru
karena mengenal Yesus dengan baik, mereka menempatkan Yesus dalam kerangka
pemikiran yang dipenuhi dengan preconceived ideas tentang diri-Nya.
Ketidakpercayaan mereka terkulminasi dalam kemarahan; bagi mereka keberadaan
Yesus sebagai seorang guru agama yang mencuat dalam popularitas (sedang naik
daun) adalah sebuah skandal.
Matius menempatkan
cerita ini langsung setelah pengajaran-pengajaran Yesus dalam bentuk
perumpamaan-perumpamaan (Mat 13:1-52) dengan maksud untuk mengkontraskan antara
“orang banyak yang datang berbondong-bondong dan mengerumuni Dia di pantai”
(lihat Mat 13:1-2) dengan “mereka yang mendengar pewartaan-Nya di rumah ibadat
(sinagoga) di kampung-Nya sendiri – Nazaret” (Mat 13:54), yaitu orang-orang
yang mempunyai sikap EGP – tidak peduli – tidak mau spesial susah-susah mencari
diri-Nya. Perbedaannya terletak di sini: Mereka yang berkumpul di sekeliling
Yesus adalah memang orang-orang yang mencari suatu relasi yang lebih mendalam
dengan Allah, sedangkan mereka yang mendengar pengajaran-Nya di sinagoga di
Nazaret adalah orang-orang yang memiliki keinginan tahu tapi suam-suam kuku. Di
ujung cerita, orang-orang yang suam-suam kuku inilah yang menolak Yesus. Para
murid – rendah hati, berdosa, memiliki rasa takut akan Allah – mendengarkan
Dia, kemudian ditransformasikan menjadi bejana-bejana yang penuh kuat-kuasa.
Bagaimana
“familiaritas” dengan Yesus dapat menghalangi kita, bahkan menggiring kita
kepada ketidakpercayaan? Dengan mudah kita dapat meyakinkan diri kita sendiri:
“Allah itu kan begitu besar, begitu agung, dan Ia begitu sibuk, jadi bagaimana
mempunyai waktu untuk memperhatikan persoalan-persoalanku yang kecil-kecil
ini?” Kita juga dapat berpikir: “Tidak mungkin Dia mau melakukan sesuatu yang
baik dalam hidupku hari ini. Aku begitu berdosa, begitu lemah, terlalu jauh
dari diri-Nya.” Barangkali kegairahan kita untuk mengenal Dia, yang mungkin
pernah kita miliki, telah memudar, atau karena kekecewaan-kekecewaan hidup,
telah berubah menjadi apatisme.
Dalam kondisi apa
pun kita sekarang, marilah kita tetap berdiri di dekat Yesus, berpegang pada
diri-Nya dengan segala kekuatan kita. Kita harus tetap berupaya mengenal Dia
secara lebih mendalam. Tidak cukuplah hanya mengagumi-Nya dari jarak jauh. Kita
harus terus berupaya untuk mendekati-Nya, meminta, mencari dan mengetuk, agar
Ia mau menyatakan diri-Nya lebih dan lebih lagi kepada kita. Baiklah kita
membuka hati dan memperkenankan-Nya berbicara kepada hati kita masing-masing.
DOA: Tuhan Yesus,
tariklah diriku kepada-Mu. Aku menolak segala ketidakpercayaan dan familiaritas
palsu dengan diri-Mu. Aku percaya bahwa mereka yang mencari Engkau akan
menemukan diri-Mu. Buatlah mukjizat dalam hatiku, ya Tuhan. Dengarlah kerinduan
hatiku kepada-Mu. Aku mengasihi-Mu, Tuhan Yesus. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan