( Bacaan Pertama
Misa Kudus, HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA – Minggu, 12 Agustus 2012 )
Lalu terbukalah
Bait Suci Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam
Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es
lebat.
Kemudian tampaklah
suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan
bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas
kepalanya.
Lalu tampaklah
suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang
besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh
mahkota. Ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan
melemparkannya ke atas bumi.
Lalu naga itu
berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya,
segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Ia melahirkan seorang Anak
laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba
Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Perempuan
itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh
Allah, supaya ia dipelihara di situ selama seribu dua ratus enam puluh hari.
Lalu aku mendengar
suara yang nyaring di surga berkata, “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa
dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah
dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara seiman kita, yang mendakwa mereka
siang dan malam di hadapan Allah kita. (Why 11:19;12:1,3-6,10)
Mazmur Tanggapan:
Mzm 45:10-12,16; Bacaan Kedua: 1Kor 15:20-26; Bacaan Injil: Luk 1:39-56
Diangkatnya SP
Maria ke surga adalah suatu kepercayaan yang dalam-tertanam di dalam kesadaran
Katolik dan dijadikan dogma Gereja oleh Paus Pius XII di tahun 1950, dalam
Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus. Doktrin tentang “Maria diangkat ke
surga” merupakan salah satu penghalang terbesar bagi saudari-saudara kita umat
Kristiani. Terkadang, dalam menghadapi keluhan dan/atau tantangan bahwa doktrin
ini tidak sesuai dengan Alkitab, orang-orang Katolik akan setuju, namun
kemudian mengatakan bahwa doktrin ini berasal (atau bertumpu pada) dari
tradisi, bukan dari Kitab Suci.
Tanggapan
orang-orang Katolik seperti ini memang dapat dipahami, akan tetapi gagal untuk
“menangkap” sesuatu yang signifikan berkaitan dengan kepercayaan ini. Keyakinan
akan kebenaran kepercayaan ini berasal dari kalangan para pendoa, teristimewa
para rahib dan rubiah di biara-biara monastik, yaitu mereka yang menyediakan
bagian waktu terbanyak kehidupan sehari-hari mereka untuk memeditasikan sabda
Allah dalam Kitab Suci. Jadi akan lebih akurat dan menolong apabila kita
melakukan pendekatan terhadap doktrin “Maria diangkat ke surga” dengan
memandangnya sebagai sesuatu yang didasarkan atas Kitab Suci, namun dengan cara
yang berbeda dengan hal-hal lainnya untuk mana kita dapat menunjuk suatu teks
khusus sebagai bukti.
Kepercayaan akan
“Maria diangkat ke surga” konsisten dengan data alkitabiah dengan jangkauan
yang luas. Maria adalah perempuan yang dengannya Allah mengadakan permusuhan
dengan si Ular Tua atau Iblis (Kej 3:15). Lalu, memang ada beberapa orang kudus
Perjanjian Lama yang diangkat ke surga secara fisik, misalnya Henokh (Kej 5:24)
dan Elia (2Raj 2:11-12). Maria sendiri dibandingkan dengan tabut perjanjian; ia
adalah pribadi di dalam rahimnya Putera Allah dikandung oleh Roh Kudus dan
berdiam. Maria juga adalah perwujudan Puteri Sion (Zef 3:14; Za 9:9; Mat 21:5;
Yoh 12:15), yang mempersonifikasikan Israel, dia yang membalikkan kutukan atas
Hawa dengan tindakan penuh kepercayaan kepada utusan surgawi (malaikat agung
Gabriel; lihat Luk 1:21-38).
Diangkatnya Maria
ke surga harus dilihat dari perspektif kekal sebagai bagian dari rencana Allah
baginya untuk menjadi ibunda dari Putera ilahi-Nya. Fiat atau “ya”-nya Maria
kepada pemberitahuan malaikat agung Gabriel diucapkan olehnya dalam pandangan
akan kemuliaan akhir surga. Tujuan final ini di samping Yesus yang dimuliakan
adalah buah penuh dari kata-kata Elisabet: “Berbahagialah ia yang percaya,
sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:45).
Perspektif surgawi
ini harus diterapkan atas bacaan dari kitab Wahyu hari ini. Tentulah bukan
suatu kebetulan bahwa visi/penglihatan perempuan yang berselubungkan matahari
dan mengenakan sebuah mahkota dengan dua belas bintang menyusul terbukanya Bait
Suci Allah dan suatu pemandangan tentang tabut perjanjian Allah (Why 11:19).
Dalam penglihatan ini ini, baik Israel dan Maria direpresentasikan; yaitu dari
Israel, khususnya dari Maria-lah bayi-Mesias dilahirkan.
Pada hari raya ini,
marilah kita mengangkat hati dan pikiran kita ke surga untuk mengkontemplasikan
rencana Allah yang mulia dan pemenuhannya dalam diri Maria, orang Kristiani
yang pertama.
DOA: Bapa surgawi,
Engkau memahkotai SP Maria pada hari dia diangkat ke surga dengan suatu
kemuliaan yang tiada bandingnya. Engkau memandang kerendahan hatinya dan
membuatnya ibu dari Tuhan kami Yesus Kristus, Putera-Mu yang tunggal. Bentuklah
kami semua menjadi pribadi-pribadi yang rendah hati sesuai dengan teladan hidup
SP Maria, agar kami pun dapat diselamatkan oleh misteri penebusan Yesus Kristus
dan ikut ambil bagian bersamanya dalam kemuliaan kehidupan kekal. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan