( Bacaan Pertama Misa Kudus, Peringatan S.
Yoakim dan S. Anna, Orangtua SP Maria – Kamis, 26 Juli 2012 )
Dan sekarang kami hendak memuji orang-orang
termasyhur, para nenek moyang kita menurut urut-urutannya.
Tetapi yang berikut ini adalah orang
kesayangan yang kebajikannya tidak sampai terlupa; semuanya tetap tinggal pada
keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka. Keturunannya tetap
setia kepada perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula
keadaannya. Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya, dan
kemuliaannya tidak akan dihapus. Dengan tenteram jenazah mereka ditanamkan, dan
nama mereka hidup terus turun-temurun. Bangsa-bangsa bercerita tentang
kebijaksanaannya, dan pujian mereka diwartakan jemaah. (Sir 44:1,10-15)
Mazmur Tanggapan: Mzm 132:11,13-14,17-18;
Bacaan Injil: Mat 13:16-17
Pada hari ini Gereja memperingati Santo
Yoakim dan Santa Anna, orangtua dari SP Maria, artinya kakek-nenek Yesus dari
Nazaret dari pihak ibu. Nama mereka tidak ada dalam daftar nenek-moyang Yesus
Kristus, baik dalam Injil Matius maupun Injil Lukas. Dalam kedua silsilah
tersebut hanya para leluhur/karuhun dari pihak Yusuf saja yang disebut. Namun
dalam tulisan-tulisan yang tidak termasuk kanon, yang kebetulan ada dalam
perpustakaan pribadi saya, nama-nama mereka muncul: (1) Dalam “Injil Kelahiran
Maria” (Inggris: The Gospel of the Birth of Mary); dan (2) dalam THE
PROTOEVANGELION BY JAMES THE LESSER, COUSIN AND BROTHER OF THE LORD JESUS;
keduanya terdapat dalam THE LOST BOOKS OF THE BIBLE, New York: New American
Library, 1974 (asli:1926). Tulisan kedua di atas juga terdapat dalam Ron
Cameron (Editor), THE OTHER GOSPELS dengan judul THE PROTEVANGELIUM OF JAMES,
Philadelphia: The Westminster Press, 1982.
Dalam Proto-Injil Yakobus (PIY) ini
diceritakan kelahiran Maria yang ajaib. Keprihatinan utama dari
“legenda”/”tradisi” seperti ini adalah sejalan dengan data Perjanjian Baru,
yaitu untuk menunjukkan bahwa Maria mempunyai sebuah tempat istimewa dalam
sejarah Allah dengan manusia. “Legenda”/”tradisi” ini menggambarkan Yoakim dan
Anna yang saling terikat oleh cinta sejati. Mereka adalah orang-orang yang
takut akan Allah dan kaya. Untuk jangka waktu lama mereka tidak dianugerahi
anak (seperti kasus Samuel dan Yohanes Pembaptis). Tidak mengherankanlah
apabila para tetangga mencurigai bahwa ada yang tidak benar dalam kesalehan
hidup mereka. Seperti kita ketahui, dalam Perjanjian Lama, tidak dikaruniai
anak dinilai sebagai suatu penghukuman atas dosa-dosa pribadi.
Yoakim dan Anna sangat sedih karena semua
itu. Mereka mengaduh di hadapan Allah tentang ketiadaan anak yang mereka alami.
Yoakim melakukan “retret” selama 40 hari dan 40 malam di padang gurun,
melakukan pertobatan di hadapan Allah melalui puasa dan doa. Yoakim berkata:
“Aku tidak akan makan atau minum sampai Tuhan Allahku mengunjungi aku; doa akan
menjadi makanan dan minumanku” (PIY 1:4). Di sisi lain Anna meratapi situasi
ketiadaan anaknya di hadapan YHWH-Allah seperti yang dilakukan oleh Hana ibu
Samuel. Akhirnya, Allah melakukan intervensi.
Lewat malaikat Tuhan, Yoakim dan Anna
menerima janji Allah bahwa mereka akan memperoleh seorang anak. Berita tersebut
membuat ke dua orang tersebut penuh sukacita dan saling bertemu lagi. “Reuni”
pasutri ini digambarkan dengan indah dan mengharukan dalam Proto-Injil Yakobus.
Saya mencatat sebagian kecil saja: Anna sudah menunggu di pintu gerbang ketika
Yoakim datang dengan kawanan hewan peliharaannya. Anna berlari mendapatkan
suaminya itu, merangkulnya dan berkata: “Sekarang aku tahu bahwa Tuhan Allah
sangat memberkatiku; karena lihatlah si janda tidak lagi seorang janda, dan aku
yang dikatakan seorang mandul, telah mengandung [akan mengandung]” (PIY 4:4).
Keesokan harinya Yoakim mempersembahkan kurban kepada Allah di Bait Suci (PIY
5:1). Sembilan bulan setelah Yoakim menghampiri Anna, lahirlah Maria. Maria
dilahirkan secara ajaib dari seorang perempuan yang telah dinyatakan mandul,
demikian pula dia kelak akan melahirkan secara ajaib ke dalam dunia Putera
Allah Yang Mahatinggi, Juruselamat semua bangsa.
Sekali lagi saya kemukakan di sini bahwa
keprihatinan utama dari “legenda”/”tradisi” ini adalah jelas untuk menyatakan
bahwa Maria dipilih oleh Allah secara istimewa, dan ia mempunyai suatu tugas
yang khusus dalam sejarah keselamatan. Yoakim dan Anna hanya sekadar
tokoh-tokoh di belakang layar. Namun demikian, pasutri ini tidak begitu saja
menghilang karena mereka digambarkan sebagai orang-orang kudus dalam pengertian
Perjanjian Lama, seperti digambarkan dalam bacaan pertama hari ini yang diambil
dari Kitab Yesus bin Sirakh.
Iman pasutri ini akan Allah juga dinyatakan
dalam tindakan mereka menyerahkan Maria ketika berumur tiga tahun ke Bait Suci
(PIY 7:2) untuk memenuhi janji yang dibuat Anna sebelum kelahiran Maria (PIY
4:1) dan memperkenankan anak itu tinggal dalam Bait Suci. Pasutri Yoakim dan
Anna dengan penuh kemurahan hati mempersembahkan kepada Allah apa yang telah
dianugerahkan-Nya kepada mereka. Yoakim dan Anna setia pada Allah bahkan ketika
mengalami ujian atas iman-kepercayaan mereka. Mereka mengambil tempat yang
layak dalam sejarah keselamatan – sebagai orangtua Maria!
DOA: Bapa surgawi, pada hari peringatan Santo
Yoakim dan Santa Anna ini, berkatilah secara khusus para pasutri dalam keluarga-keluarga
Kristiani, teristimewa mereka yang tidak/belum dianugerahi anak-anak.
Tumbuh-kembangkanlah keutamaan-keutamaan iman, pengharapan dan kasih dalam
keluarga-keluarga tersebut. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan