Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Sabtu, Julai 21, 2012

MENGUNDURKAN DIRI KE TEMPAT YANG TERPENCIL


( Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XVI – 22 Juli 2012 )



Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mari kita menyendiri ke tempat yang terpencil, dan beristirahat sejenak!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Lalu berangkatlah mereka dengan perahu menyendiri ke tempat yang terpencil. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat bergegas-gegaslah orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika mendarat, Yesus melihat orang banyak berkerumun, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. (Mrk 6:30-34)

Bacaan Pertama: Yer 23:1-6; Mazmur Antar Bacaan: Mzm 23:1-6; Bacaan Kedua: Ef 2:13-18

Ini adalah satu-satunya tempat dalam Injilnya di mana Markus menggunakan kata “rasul” (lihat Mrk 6:30), biasanya Markus menggunakan kata “murid”. Rasul berarti seseorang yang diutus dalam suatu misi tertentu. Namun yang terasa sedikit aneh adalah, bahwa penyebutan kata “rasul” yang mengandung “kegiatan” justru tidak menggiring kepada kegiatan yang lebih aktif, melainkan kebalikannya … “menyendiri ke tempat yang terpencil, dan beristirahat sejenak” (Mrk 6:31).

Dalam bacaan Injil Minggu lalu (Hari Minggu Biasa XV; Mrk 6:7-13) Yesus mengutus ke dua belas murid itu dengan otoritas atas roh-roh jahat. Mereka menyerukan pertobatan, mengusir banyak roh jahat, mengurapi banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. Mereka kemudian kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan (Mrk 6:30). Mereka sudah “gatal” untuk diutus dalam misi berikutnya. Mereka tentunya cukup terkejut ketika menyadari bahwa Yesus tidak mengutus mereka lagi, melainkan mengundang mereka untuk pergi “retret” ke tempat yang terpencil (Mrk 6:31). Injil mencatat bahwa Yesus dan para murid-Nya begitu sibuk sehingga makan pun mereka tidak sempat (Mat 6:31).

“Retret” berarti mengundurkan diri, mundur dari apa yang kita sedang lakukan. Tuhan Yesus menunjukkan kepada para rasul-Nya bahwa kekuatan dari kerasulan adalah energi ilahi. Otoritas mereka atas roh-roh jahat dan sakit-penyakit bukanlah berasal dari manusia. Segala upaya di dalam dunia tidak ada gunanya kalau tidak diberikan kekuatan dari dalam oleh rahmat energi ilahi. Ingatlah sabda Yesus: “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5).

Kalau kita perhatikan, ada tiga fase dalam “undangan” Tuhan Yesus kepada para murid-Nya …… menyendiri – ke tempat yang terpencil – beristirahat sejenak.

Orang-orang sibuk harus mengakui bahwa apabila mereka tidak pernah dengan sukarela mengundurkan diri sejenak dari kesibukan mereka itu, maka cepat atau lambat mereka pun dapat menjadi “berantakan” dan lusuh, sebagai akibat keberadaan nyata mereka sebagai budak-budak kesibukan. Jadi, siapa saja yang diutus untuk bekerja di ladang Tuhan harus menemukan “ruangan” setiap hari baginya sebagai tempat menyendiri – keluar sebentar dari kesibukannya. Di samping itu, secara regular mengikuti retret yang lebih terorganisir dan di bawah bimbingan seorang pembimbing rohani yang tepat, senantiasa merupakan tindakan yang baik untuk dilakukan. Tidak mudahlah bagi seseorang untuk menarik diri secara cukup dari kesibukan sehari-harinya. Apabila orang itu memutuskan untuk mengikuti suatu retret, maka setiap kilometer perjalanannya menuju tempat retret – artinya setiap kilometer dia menjauh dari kesibukannya – berarti satu kilometer lebih dekat menuju suatu kebebasan baru untuk mendengarkan suara Tuhan.

Mencari sebuah tempat di mana anda dapat sendiri bersama Tuhan bukanlah suatu “pelarian” dari kenyataan hidup. Tempat termaksud dapat merupakan salah satu ruangan dalam rumah anda sendiri dalam keadaan bebas sms, bbm, acara televisi, radio, dlsb. Dapat juga merupakan ruang kerja anda di kantor di mana untuk beberapa saat anda tidak menerima tamu. Anda dapat mencari “tempat” anda masing-masing sesuai kondisi yang anda hadapi. Tempat itu merupakan pusat terdalam keberadaan kita di mana Allah berdiam sebagai powerhouse energi kerasulan. Mereka yang sibuk dengan pekerjaan melayani Tuhan harus secara teratur kembali ke pusat itu dan berada sendiri bersama Tuhan.

Sebuah retret menyangkut juga tindakan discernment di mana dan bagaimana Allah telah berkarya dalam segala hal yang telah kita katakan dan lakukan. Di tempat retret yang jauh dari keramaian kita dapat mengalami perjumpaan dengan Dia yang seringkali dinamakan “Allah yang tersembunyi”. Dalam retret kita dapat mengalami perbedaan antara “kesepian” dan “keheningan”. Kesepian adalah cara-hampa untuk berada sendiri; suatu kekosongan yang dapat menghancurkan diri kita. Di lain pihak, keheningan adalah suatu cara kepenuhan ketika kita menyadari bahwa kekosongan kita menciptakan ruangan yang diperlukan bagi Allah. Kita dapat merefleksikan misi Allah melalui kehidupan kita. Kita melihat apakah kita – demi kepentingan diri sendiri – telah melarikan diri dari tantangan ilahi: apakah kita telah melayani dengan cara-cara kita sendiri dan bukannya berdasarkan panggilan ketaatan; artinya apakah kemuliaan Allah atau sukses kita sendiri sebagai ambisi kita.

Setelah berada sendiri bersama Allah, undangan Tuhan adalah agar kita beristirahat sejenak dan memulihkan energi kita. Mazmur Tanggapan hari ini adalah “Mazmur Gembala Baik” yang menggunakan imaji sangat menarik perihal bagaimana Allah memperhatikan kita: “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku” (Mzm 23:2-3).

Domba-domba membutuhkan air untuk diminum, hanya sekali dalam satu hari. Jelas kelihatan bahwa domba-domba itu mengalami kesulitan untuk minum dari arus air yang mengalir deras. Oleh karena itu sang gembala harus membangun semacam “waduk” kecil yang disusun dari batu-batu pada pinggiran sungai yang mengalir dari dari pegunungan atau dia harus mencari kolam air yang tenang.

Air adalah suatu imaji/gambaran kegiatan kerasulan kita. Allah hadir di mana-mana, namun dalam hiruk-pikuk kesibukan sehari-hari sulitlah bagi kita untuk “minum” dari kehadiran-Nya dalam doa. Seperti domba-domba, kita perlu menemukan kolam air yang tenang. Di tempat inilah semangat kita yang sudah letih-lesu dibangkitkan kembali dan energi kerasulan kita yang sejati dipulihkan.

Di sinilah terletak signifikansinya mengapa satu-satunya kesempatan Markus menyebut kata “rasul-rasul” justru bukan dalam konteks kegiatan kerasulan selanjutnya, melainkan berkaitan dengan “mengundurkan diri” dari kesibukan sehari-hari. Powerhouse atau pembangkit tenaga (sumber kekuatan) dari kerasulan sejati adalah energi ilahi. Apabila kita mengundurkan diri untuk menyediakan waktu sejenak untuk berada bersama Allah, maka kita dapat mempersembahkan kekosongan hati, pikiran dan tangan kita kepada-Nya sambil berdoa agar Roh Allah dapat menjadi kepenuhan kita: “Ia membimbing aku ke air yang tenang; ia menyegarkan jiwaku”.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kami sampaikan kepada-Mu karena Engkau mengajar kami, para murid-Mu, untuk senantiasa menyediakan waktu sejenak berada bersama Bapa surgawi, di tengah kesibukan karya kerasulan dan kegiatan-kegiatan kami lainnya. Dengan demikian semangat kami pun akan bangkit kembali, semangat untuk mewartakan Injil-Mu. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan