Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Selasa, Julai 31, 2012

KITA ADALAH HARTA YANG SANGAT BERNILAI DI MATA YESUS


( Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Alfonsus Maria de Liguori, Uskup & Pujangga Gereja – Rabu, 1 Agustus 2012 )

“Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamnya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.

Demikian pula halnya Kerajaan Surga itu seumpama seorang seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” (Mat 13:44-46)

Bacaan Pertama: Yer 15:10,16-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 59:2-5,10-11,17-18

Ah, begitu seringnya kita mendengar perumpamaan ini! Setiap kali kita mendengar dua perumpamaan yang dikemas menjadi satu paket ini, maka kita membayangkan diri kita sebagai pemburu harta-karun, yang setelah berjumpa dengan Yesus, menyerahkan segalanya yang kita miliki lalu mengikut Dia. Hal ini tentunya sah-sah saja … tidak salah! Namun demikian, pernahkah kita membayangkan bahwa diri kita sendirilah harta yang ditemukan oleh Yesus? Seperti harta yang terpendam di dalam tanah, kita pun berlumuran kotoran berupa dosa-dosa dan juga diliputi kegelapan. Begitu menemukan kita – si manusia pendosa – Yesus melepaskan segala kekayaan-Nya yang dipenuhi kemuliaan untuk membuat kita milik-Nya sendiri. Begitu berharga kita ini bagi Yesus!

Kita dapat merasa “kikuk dan nggak enak” bila melihat diri kita sendiri sebagai harta sangat bernilai, teristimewa apabila mengingat segala dosa dan kelemahan serta kekurangan kita. Bagaimana seseorang – apalagi sang Putera Allah yang maha sempurna – mengasihi kita dengan intensitas sedemikian? Mengapa Dia, yang dapat melihat hati manusia yang terdalam, mau-maunya menyusahkan diri untuk menolong, untuk menyelamatkan kita?

Seorang imam-teolog besar abad ke-20, Romano Guardini [1885-1968] menulis: “Allah mungkin saja adalah ‘Dia yang melihat’, namun tindakan-Nya untuk melihat adalah suatu tindakan kasih. Dengan tindakan melihat-Nya, Dia merangkul ciptaan-Nya, menegaskan (memberikan afirmasi) kepada mereka, dan mendorong serta menyemangati mereka, karena Dia tidak membenci satu pun dari yang telah diciptakan-Nya … Kegiatan melihat-Nya … menyelamatkan mereka dari degenerasi dan pembusukan” (The Living God, hal. 41-42).

Selagi kita terkubur dalam gundukan tanah dosa-dosa kita, diselubungi dengan kekerasan hati kita, Yesus memandang kita dan melihat harta yang tak ternilai harganya. Ia melihat kebaikan dari yang diciptakan-Nya, dan Ia melihat kebutuhan-kebutuhan kita yang lebih sejati dan lebih mendalam. Inilah yang menarik diri-Nya kepada kita dan menggerakkan diri-Nya untuk mengasihi kita. Apabila kita menanggapi dengan memindahkan arah pandangan kita kepada-Nya, maka kasih-Nya kepada kita akan berkobar-kobar (bdk. Kid 4:9).

Oleh karena itu, janganlah kita menahan diri dari kasih Allah. Kasih Allah adalah kasih yang bergembira dalam kebaikan kita. Kasih Allah adalah kasih yang memanggil kita kepada kekudusan yang lebih lagi dan ingin menganugerahkan segala hal yang baik kepada kita. Bapa surgawi sesungguhnya rindu untuk melihat restorasi terwujud sepenuhnya dalam diri kita masing-masing. Itulah sebabnya mengapa Dia memanggil kita untuk berada di samping-Nya dan Ia pun dengan tak henti-hentinya akan memurnikan kita semua dalam api kasih-Nya.

DOA: Tuhan Yesus, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, Aku sungguh merasa tak pantas untuk menerima cintakasih-Mu kepadaku, namun aku ingin menjadi milik-Mu. Satukanlah diriku dengan diri-Mu, ya Tuhan, agar dengan demikian aku menjadi serupa dengan diri-Mu. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan