( Bacaan Pertama
Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI – Sabtu, 28 Julai 2012 )

Mazmur Tanggapan:
Mzm 84:3-6,8,11; Bacaan Injil: Mat 13:24-30
Kita semua
mempunyai cara yang agak “lucu” dalam mencari keamanan dalam hal-hal yang
sesungguhnya tidak dapat menjamin keamanan. Dalam pencaharian kita akan
“sesuatu pegangan”, kita berpaling kepada berbagai rutinitas, jadual, rituale,
dan berbagai objek serta tempat yang familiar. Tidak semua hal itu buruk, namun
akan menjadi masalah besar apabila hal-hal itu mengambil tempat yang sebenarnya
diperuntukkan bagi Allah dalam kehidupan kita. Menjadi berhala!
Inilah yang terjadi
dengan umat Israel pada zaman Yeremia. Mereka percaya pada Bait Suci, … bait
YHWH, namun mereka mengabaikan relasi dengan Dia yang semestinya dihormati dan
disembah di tempat suci tersebut. Mereka juga mengabaikan hubungan mereka
dengan orang-orang miskin yang begitu dikasihi oleh-Nya. Tanda-tanda eksternal
keagamaan mereka memberikan rasa aman yang keliru, yang memimpin mereka untuk
berpikir bahwa mereka dapat mengabaikan panggilan Allah untuk keadilan dan
tetap selamat. Nabi Yeremia mengingatkan mereka: “Janganlah percaya kepada
perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait YHWH, bait YHWH, bait YHWH, melainkan
jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika
kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing” (Yer
7:4-5). Dengan perkataan lain, apabila kita sungguh ingin selamat, maka kita
harus membersihkan bait/kenisah diri kita masing-masing (bdk. 1Kor 3:16; 6:19;
2Kor 6:16) agar Allah dapat sungguh berdiam di dalamnya.
Kita melihat bahwa
orang-orang Israel telah membuat sesuatu yang sungguh kudus – Bait Suci dan
ritualenya – menjadi berhala. Bukankah kita pun kadang-kadang melakukan hal
yang serupa? Bukankah “mengagumkan” apabila kita melihat bagaimana Iblis dengan
“lihai-licin” mempengaruhi pikiran kita dengan menggunakan “kebenaran
setengah-setengah” atau “kebenaran-kebenaran parsial” untuk meyakinkan kita
bahwa Allah sesungguhnya tidak dapat diandalkan, sehingga kita harus menaruh
rasa percaya pada sesuatu yang lain daripada Allah? Itulah sebabnya, mengapa
doa dan pembacaan serta permenungan sabda Allah dalam Kitab Suci bersifat
sangat vital. Semua ini memberikan kesempatan kepada Roh Kudus untuk
membisikkan kebenaran-kebenaran Allah ke dalam hati kita – kata-kata
cintakasih, hikmat-kebijaksanaan, arahan dan koreksi. Lalu kita pun dikuatkan
dan senantiasa berjaga-jaga dalam menghadapi si Iblis yang “berjalan keliling
sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”
(1Ptr 5:8).
Marilah kita
memperkenankan Roh Kudus untuk mengajar kita apa yang sesungguhnya berarti bagi
Allah dan apa yang sesungguhnya memberikan kenyamanan dan keamanan bagi kita.
Marilah kita belajar untuk menaruh kepercayaan kita pada Allah saja!
DOA: Roh Kudus
Allah, tolonglah aku untuk dapat mengenali perbedaan antara suara-Mu dan suara
Iblis dan /atau roh-roh jahat pengikutnya. Tunjukkanlah kepadaku apa yang
sesungguhnya berarti dalam kehidupan ini. Dengan demikian aku tidak akan
mencari keamanan dalam hal-hal eksternal, melainkan pada-Mu saja. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan