Karena Yesus tahu
bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan
Dia raja, Ia menyingkir lagi ke gunung, seorang diri. (Yoh 6:1-15).
Bacaan Pertama:
2Raj 4:42-44; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:10-11,15-18; Bacaan Kedua: Ef 4:1-6
Peristiwa yang digambarkan dalam bacaan Injil
hari ini terjadi di Tiberias, kota wisata indah yang terletak di bagian barat
Danau (Laut) Galilea. Pada waktu itu sudah musim/masa Paskah Yahudi dan Yesus
melihat sejumlah besar orang mendatangi-Nya. Kiranya hal itu mengingatkan Dia
akan orang-orang Yahudi yang dalam jumlah besar mengikuti Allah mereka ke luar
dari tanah Mesir sekitar 12 abad sebelumnya, yang di tengah padang gurun diberi
makan setiap pagi dengan roti manna yang turun dari langit. Sekarang, memandang
Filipus yang berdiri di dekat-Nya, Yesus minta pendapatnya bagaimana memberi
makan roti kepada orang banyak yang sudah begitu letih. Filipus menanggapi
pertanyaan Yesus itu dengan mengatakan bahwa ide memberi makan orang banyak itu
tidaklah praktis: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka,
sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” (Yoh 6:7).
Mungkin seorang
anak laki-laki mendengar pembicaraan antara Yesus dan Filipus, oleh karena itu
dia mengatakan kepada rasul Andreas bahwa Yesus dapat mengambil makan siangnya
(terdiri dari 5 roti jelai dan 2 ekor ikan) apabila hal tersebut akan membantu.
Kiranya Andreas tersenyum atas kenaifan anak kecil itu, namun rasul ini sungguh
terkesan dengan kemurahan-hati sang anak yang sepintas terlihat sebagai suatu
kebodohan. Maka, Andreas langsung menyampaikan informasi tentang tawaran anak
kecil ini kepada Yesus, namun mungkin sekali untuk tidak dicap goblok juga, dia
menambahkan kata-kata berikut ini: “… tetapi apa artinya itu untuk orang
sebanyak ini?” (Yoh 6:9). Cukup mengagetkan bahwa Yesus senang dengan tawaran
si anak. Ia menerima pemberian anak itu dan menggunakannya untuk memberi makan
kepada kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya (artinya jumlah yang aktual jauh
lebih besar karena ada juga para perempuan dan anak-anak yang hadir).
Pemberian anak
laki-laki itu tidak berarti …… tidak signifikan! Tetapi, adakah pemberian atau
persembahan kurban manusia yang sungguh berarti bagi Allah, sang Khalik langit
dan bumi? Bukan ukuran besar-kecilnya pemberian atau persembahan, bukan pula
nilai suatu pemberian yang penting, apakah diukur dengan uang atau dengan
menggunakan tolok-ukur lainnya, melainkan cintakasih dan spontanitas seperti
yang mendasari pemberian si anak. Ingatlah bagaimana terkesannya Yesus ketika
menyaksikan persembahan dari seorang janda miskin di Bait Allah (Mrk 12:41-44;
Luk 21:1-4). Ia memuji secara terbuka iman-kaya yang melekat pada pemberiannya
yang menurut mata manusia itu kecil.
Tuhan Yesus mampu
melakukan mukjizat-mukjizat atas persembahan-persembahan kecil yang diberikan
dengan ketulusan hati dan kasih yang sejati. Akan tetapi, pemberian-pemberian
dalam nama-Nya untuk memberi kesan positif kepada orang-orang lain kelihatannya
tidak masuk hitungan bagi Yesus. Kita semua sebenarnya mempunyai banyak pemberian
indah untuk diberikan. Sekarang, siapa misalnya yang dapat menyediakan beberapa
menit untuk berdoa kepada-Nya setiap hari? Ada pribadi-pribadi yang memiliki
talenta untuk melakukan pelayanan istimewa, misalnya menjadi lektor, memimpin
paduan suara, main organ, membantu dalam kegiatan bina iman anak-anak, membantu
orang-orang cacat. Singkatnya, ada begitu banyak pelayanan yang dapat dilakukan
secara sukarela oleh kita sebagai umat awam – pada berbagai tingkat komunitas
Kristiani – lingkungan, wilayah, paroki, dekenat, keuskupan dst., asal ada
kemauan tentunya.
“Roti” yang
kecil-kecil ini dilipat-gandakan secara spiritual untuk memberi makanan kepada
jiwa-jiwa yang lapar. Tuhan Yesus dapat mengubah tempayan-tempayan yang berisi
air menjadi anggur kelas satu (Yoh 2:1-11), dan juga anggur dalam cawan menjadi
darah-Nya sendiri yang memberikan kehidupan (lihat Luk 22:20 dan ayat-ayat
padanannya dalam Mat dan Mrk).
Dalam bacaan Injil
hari ini tersirat sebuah pesan: Tambahkanlah berkat-Nya atas pemberian kecil
tak berarti (5 roti jelai dan 2 ekor ikan), maka cukuplah makanan untuk ribuan
orang! Hal ini terjadi di El Paso, Texas dan saya yakin terjadi di banyak
tempat juga, termasuk di negara kita tercinta ini. Terlalu banyak anak bangsa
yang berkekurangan dan menanggung lapar di banyak bagian negara kita … dan
tidak sedikit “janda dari Sarfat” (lihat 1Raj 17:7-24) hidup dalam masyarakat,
mungkin juga ada yang tinggal di lingkungan RT atau RW kita sendiri.
Masing-masing kita dapat melakukan sesuatu seperti yang telah dicontohkan oleh
si anak yang berbekal makan siang “lima roti jelai dan dua ekor ikan” itu.
Si anak yang karena
kemurahan hatinya memberikan makan siangnya, sekarang mempunyai jauh lebih
banyak makanan daripada yang dapat dimakannya sendiri, bahkan semua orang dapat
makan sampai kenyang. Dan, ada sisa yang begitu banyak lagi! Yesus memang tidak
ada tandingannya dalam segala hal, termasuk kemurahan-hati. Dia adalah Tuhan
Allah yang mahalain!
DOA: Yesus,
Engkaulah Tuhan dan Juruselamatku. Engkau senantiasa melipatgandakan
pemberianku yang kecil dan tak berarti di mata manusia, namun Engkau membuatnya
menjadi bermanfaat bagi banyak orang. Terima kasih Yesus, aku sungguh mengasihi
Engkau. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan