( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XV – Rabu 18 Juli 2012 )
Pada waktu itu
berkatalah Yesus, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena
semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi
Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal
Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang
yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.”(Mat 11:25-27)
Bacaan Pertama: Yes
10:5-7,13-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 9:4-10,14-15
Yesus ditolak oleh
banyak orang sezaman-Nya. Orang-orang di kota-kota di mana Ia membuat berbagai
mukjizat dan tanda heran lainnya menolak untuk mengubah diri, dan banyak dari
mereka malah mengambil sikap bermusuhan terhadap diri-Nya (Mat 11:16-24). Para
pemimpin Yahudi mencoba untuk mendiskreditkan diri-Nya di depan publik dan
bahkan membuat rencana jahat untuk membunuh-Nya (Mat 12:3,14).
Walaupun Yesus
menghadapi banyak rintangan, Ia masih mampu bersyukur kepada Bapa-Nya karena
kehendak Allah sedang dalam proses pemenuhan (Mat 11:25-26). Yesus mengetahui
bahwa Allah masih memegang kendali atas segala hal dan apa pun perlawanan yang
ada terhadap-Nya, Kerajaan Allah akan tetap didirikan di atas bumi.
Persoalannya adalah dalam hati orang-orang yang menolak Dia.
Kita menghadapi
suatu situasi yang serupa pada hari ini, dan bagaimana kita tergantung pada
sikap hati kita terhadap Yesus. Allah ingin menyatakan (mewahyukan) diri-Nya
kepada kita, namun suatu disposisi batin tertentu tetap dibutuhkan dari pihak
kita untuk menerima pesan-Nya. Kontrol Yesus atas orang yang mengenal Bapa (Mat
11:27) tidak membatasi kebebasan kita memilih untuk percaya atau tidak percaya,
Ia tidak menghalangi kemampuan kita untuk memahami kebenaran Allah, dan Ia juga
tidak membebaskan kita dari tanggungjawab kita untuk taat kepada-Nya. Allah
adalah sosok orangtua yang melakukan apa saja guna menyiapkan anak-anak-Nya
untuk menjadi orang dewasa, namun akhirnya tergantung pada anak-anak-Nya
sendiri bagaimana mereka akan hidup.
Orang-orang yang
“percaya-diri” seringkali terjerat oleh hikmat dan pengetahuan mereka sendiri.
Allah tidak dapat dipahami berdasarkan ukuran-ukuran manusia. Kita hanya dapat
sampai ke titik pengenalan akan Allah apabila kita membuang segala preconceived
ideas tentang Dia. “Orang kecil” yang menerima perwahyuan (pernyataan diri)
Allah (Mat 11:25) adalah mereka yang menaruh kepercayaan pada-Nya dalam setiap
situasi dan terbuka bagi sabda-Nya. Hal ini tidak berarti mengabaikan dan/atau
mematikan kekuatan kita untuk berpikir. Hal ini berarti percaya kepada Allah
yang benar terhadap sabda-Nya, bersikap reseptif terhadap-Nya, dan membuat
tanggapan sesuai kemampuan kita yang terbaik.
Kita harus
memperkenankan diri kita diajar oleh sabda Allah seperti dapat ditemukan dalam
Kitab Suci dan diwartakan oleh Gereja, mohon kepada Roh Kudus untuk menyatakan
artinya kepada kita. Secara bertahap kita akan mengembangkan suatu pikiran
spiritual yang menghargai kebenaran-kebenaran Allah dan terbuka bagi kuasa yang
bersifat transformatif dari kasih pribadi Allah bagi kita. Tujuannya bukanlah
semata-semata pengetahuan kita secara intelektual, melainkan menemukan keutuhan
dalam Kristus dalam tubuh-Nya.
DOA: Tuhan Yesus,
engkau memiliki otoritas penuh atas segala hal. Ajarlah aku untuk menyingkirkan
segala sesuatu yang bukan dari-Mu dan oleh rahmat-Mu bukalah pikiranku bagi
kepenuhan kebenaran-Mu yang mulia. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan