(Bacaan Injil Misa
Kudus, Pekan II Paskah – Sabtu, 13 April 2013)

Bacaan Pertama: Kis
6:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2,4-5,18-19
Setelah memberi
makan orang banyak, Yesus menyingkir lagi ke gunung, seorang diri, tentunya
untuk berdoa dalam keheningan (lihat Yoh 6:15). Sementara itu murid-murid-Nya
menyeberangi danau dengan menggunakan perahu di kegelapan malam (lihat Yoh
6:16-17). Dengan cepat laut mulai menggelora karena tiupan angin kencang, dan
para murid harus mendayung dengan sekuat tenaga melawan angin. Kalau dalam
mukjizat pergandaan roti dan ikan Yesus yang mengambil inisiatif, maka sekarang
para murid-lah yang menjadi fokus perhatian: mereka berjuang setelah bekerja
keras sehari penuh.
“Sesudah mereka
mendayung kira-kira lima atau enam kilometer jauhnya, mereka melihat Yesus
berjalan di atas air mendekati perahu itu” (Yoh 6:19). Bayangkan rasa takut dan
keterkejutan mereka selagi mereka melihat Yesus berjalan mendekati mereka di
atas air yang bergejolak. Mereka sudah bekerja keras untuk sampai ke pantai;
lalu Yesus muncul, tenang dan memegang kendali – tidak kelihatan lelah atau
frustrasi.
Yesus berkata
kepada mereka: “Inilah Aku, jangan takut!” (Yoh 6:20). Kata-kata sederhana ini
membuat tenang rasa takut mereka, dan dengan gembira mereka menyambut Yesus ke
dalam perahu mereka. Patut dicatat bahwa kata-kata Yesus “Inilah Aku” adalah
ungkapan bahasa Yunani dari nama YHWH (“Aku adalah Aku yang ada”) dalam
Perjanjian Lama. Para murid tidak perlu merasa takut, karena Allah: “Aku adalah
Aku yang ada”, berada bersama mereka. Begitu mereka menerima Yesus, maka
seketika itu juga perahu itu mencapai tujuannya (Yoh 6:21). Para murid tidak
perlou lagi bekerja mati-matian karena Yesus berada bersama mereka.
Kata-kata Yesus
sederhana, singkat dan penuh kuasa. Begitu sering kita terjebak dalam upaya
mati-matian setiap hari – bekerja keras seperti para murid dalam perahu melawan
badai – untuk mencapai tujuan kita. Yesus mengetahui pergumulan kita
sehari-hari, dan dengan kuasa kata-kata sederhana Dia dapat memberikan
damai-sejahtera dan kekuatan kepada kita. Hal ini tidak berarti kita dapat
bermalas-malasan dengan secara buta menaruh kepercayaan kepada Allah untuk
melakukan segalanya kepada kita. Sebaliknya, kita dapat bekerja dengan penuh
keyakinan, karena kita mengetahui bahwa Allah senantiasa menyertai kita,
memampukan kita untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan-Nya bagi kita.
DOA: Bapa surgawi,
tolonglah kami untuk mengetahui bahwa Engkau senantiasa beserta kami dalam
upaya-upaya kami mengikuti jalan-Mu. Ajarlah kami untuk memanggil Engkau
sehingga kami dapat mengalami kuasa-Mu dan kasih-Mu, teristimewa pada saat-saat
pergumulan dan kesulitan kami. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan