(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Kamis dalam Oktaf Paskah – 4 April 2013)
Lalu kedua orang
itu pun menceritakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka
mengenali Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Sementara mereka
bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah
mereka dan berkata kepada mereka, “Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut
dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi, Ia berkata
kepada mereka, “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di
dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah
Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang
kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan
kaki-Nya kepada mereka. Ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih
heran, berkatalah Ia kepada mereka, “Apakah kamu punya makanan di sini?” Lalu
mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan
memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka, “Inilah
perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama
dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku
dalam kitab Taurat Musa dan kita nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka
pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka,
“Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang
mati pada hari yang ketiga, dan lagi: Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan
untuk pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
Kamulah saksi-saksi dari semuanya ini. (Luk 24:35-48)
Bacaan Pertama: Kis
3:11-26; Mazmur Tanggapan: Mzm 8:2,5-9
“Mengapa kamu
terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?” (Luk
24:38).
Bila membaca narasi
Injil Lukas di atas, maka dengan mudah kita dapat memahami reaksi dari para
murid pada saat kemunculan Yesus di tengah-tengah mereka. Dia yang telah dipaku
di kayu salib, mati dan dikuburkan, sekarang berdiri di tengah-tengah mereka.
Sungguh sebuah peristiwa yang mengejutkan bagi siapa saja yang mengalaminya
sendiri. Siapakah yang tidak akan kaget, terkejut, takut, bahkan merasa
ragu-ragu? Jangan-jangan …… ini hantu!
Keragu-raguan
adalah suatu reaksi yang manusiawi. Bahkan para kudus (santa, santo, beata,
beato dll.) pun pernah memiliki keragu-raguan dalam perjalanan hidup rohani
mereka. Seorang pujangga gereja yang besar, Santo Thomas Aquinas [1225-1274]
pernah mengeluh kepada Allah, “Aku tidak tahu apakah Engkau mengasihiku, atau
apakah aku mengasihi Engkau … bahkan aku pun tidak tahu apakah aku hidup
oleh/dengan iman!” Ingatlah juga cerita dari Injil Yohanes yang menyangkut
rasul Tomas alias Didimus yang mengatakan: “Sebelum aku melihat bekas paku pada
tangan-Nya dan sebelum aku menaruh jariku ke dalam bekas paku itu dan menaruh
tanganku ke lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yoh 20:25).
Yesus terkadang
menantang para murid-Nya agar dapat memiliki iman yang lebih besar. Namun Ia
tidak pernah mematahkan semangat mereka hanya karena mengungkapkan rasa ragu
dan rasa takut mereka kepada-Nya. Apabila mereka melakukannya, Yesus selalu
memberikan pertolongan yang diperlukan oleh mereka. Marilah kita perhatikan
tanggapan-Nya terhadap rasa ragu dan takut para murid-Nya dalam bacaan di atas:
“… rabalah Aku dan lihatlah” (Luk 24:39). Yesus bahkan makan di depan mata
mereka untuk mematahkan kecurigaan mereka bahwa diri-Nya adalah hantu atau
sekadar kilasan khayalan mereka. Yesus sangat berkeinginan untuk menolong para
murid-Nya agar dapat menghilangkan rasa takut mereka.
Seperti para murid
pada waktu itu, kita pun sekarang dapat bersikap jujur dengan Yesus. Ia tidak
akan mengejek kita, apalagi menghukum kita karena mengajukan pertanyaan “tolol”
atau membuat pernyataan seperti yang dilakukan oleh Santo Tomas rasul. Yesus memahami
sekali rasa takut dan rasa ragu yang sedang menghinggapi diri kita. Dia ingin
menolong kita mengatasi ketakutan dan keraguan kita sehingga dengan demikian
kita dapat menjadi lebih dekat dengan diri-Nya. Yesus mengundang kita untuk
meletakkan segala keragu-raguan, kekhawatiran, kegalauan, kekecewaan,
keputusasaan dan ketakutan kita di dekat kaki-kaki-Nya. Hanya apabila kita
melakukannya seperti itu, maka segala keraguan dlsb. itu dapat memperoleh
solusinya. Yesus tidak ingin kita mencoba-coba untuk memecahkan sendiri segala
persoalan hidup yang kita hadapi, karena bagaimana pun juga upaya sedemikian
tidak akan membawa hasil, malah dapat mengakibatkan frustrasi dan menambah
kadar keragu-raguan dlsb. yang disebutkan di atas tadi.
Pada hari ini,
baiklah kita membawa ketidakpercayaan yang masih ada dalam hati kita
masing-masing kepada Yesus. Misalnya, ketidakpastian atau keragu-raguan
terhadap kasih-Nya kepada diri kita. Yesus telah mengetahui isi hati kita
masing-masing, namun Ia selalu menyambut baik kejujuran/ketulusan kita dan
kerendahan-hati/kedinaan kita dengan membawakan “perkara” kita masing-masing
kepada-Nya. Kita harus senantiasa mengingat bahwa Yesus adalah seorang Pribadi
yang lembah lembut, berbelas-kasih dan panjang sabar dalam artiannya yang
sempurna.
DOA: Yesus Kristus,
Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan
kepada-Mu karena Engkau tidak menghukum diriku ketika timbul keragu-raguan
dalam hatiku tentang diri-Mu. Utuslah Roh Damai-Mu ke dalam hidupku di mana ada
kebingungan atau ketakutan. Semoga realitas kasih-Mu yang sempurna bagi diriku
mengusir setiap rasa takut yang tersembunyi dalam hatiku. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan