(Bacaan Pertama
Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Sabtu, 27 April 2013)
Serikat Yesus:
Peringatan S. Petrus Kanisius, Imam dan Pujangga Gereja
Keluarga Besar
Monfortan: Hari Raya S. Louis-Marie Grignion de Montfort, Imam
Pada hari Sabat
berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman
Tuhan. Akan tetapi,
ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati
dan sambil menghujat, mereka membantah apa yang dikatakan oleh Paulus. Tetapi
dengan berani Paulus dan Barnabas berkata, “Memang kepada kamulah firman Allah
harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu
tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada
bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan Tuhan kepada kami, Aku
telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain supaya engkau
membawa keselamatan sampai ke ujung bumi” (Yes 49:6). Mendengar itu
bergembiralah semua orang dari bangsa-bangsa lain dan mereka memuliakan firman
Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi
percaya. Lalu firman Tuhan disebarkan di seluruh daerah itu.
Namun orang-orang
Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah dan
pembesar-pembesar di kota itu. Mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan
Barnabas dan mengusir mereka dari daerah itu. Akan tetapi Paulus dan Barnabas
mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu
pergi ke Ikonium. Murid-murid di Antiokhia tetap penuh dengan sukacita dan
dengan Roh Kudus. (Kis 13:44-52)
Mazmur Tanggapan:
Mzm 98:1-4; Bacaan Injil: Yoh 14:7-14
“Akan tetapi,
ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati”
(Kis 13:45).
Hanya apabila kita
dapat mengatasi kesulitan yang disebabkan oleh dua buah kesalahpahaman, maka
reaksi “orang Yahudi” terhadap khotbah Paulus dapat memberikan kepada kita
bahan yang diperlukan untuk pemikiran secara jernih.
Kesalahpahaman
pertama menyangkut apa yang sesungguhnya terjadi. Mula-mula kedengarannya
seakan-akan Paulus memutuskan untuk tidak lagi mewartakan Kabar Baik kepada
semua orang Yahudi (Kis 13:46-47). Namun, apabila kita menelitinya lebih dalam,
maka yang dimaksudkannya adalah, bahwa dia tidak akan berkhotbah kepada
orang-orang Yahudi di Antiokhia. Episode berikutnya membuat semuanya menjadi
jelas. Di kota Ikonium Paulus sekali lagi mulai melakukan pelayanan di sinagoga
(=tempat ibadah orang Yahudi; lihat Kis 14:1). Fakta menunjukkan bahwa
sepanjang perjalanan misionernya, Paulus terus berkhotbah kepada orang-orang,
baik Yahudi maupun non-Yahudi, dan dalam kedua kelompok itu, ada yang menerima
pesannya sementara ada juga yang tidak menerima.
Kesalahpahaman
kedua menyangkut apa arti kata-kata “orang Yahudi” dalam bacaan ini bagi kita.
Memang tidak sukar untuk memandang mereka sebagai musuh-musuh Kristus yang
dapat kita coret ke luar dari daftar saja. Namun apabila kita melakukannya,
kita akan kehilangan sebuah pelajaran berharga yang ingin diajarkan Allah
kepada kita. Melalui Paulus, Allah mengirim sebuah pesan keselamatan kepada
orang-orang Yahudi ini, namun mereka melihat pesan ini terlalu berat untuk
diterima. Barangkali mereka tidak memahaminya. Barangkali hal itu menuntut
suatu perubahan dalam hidup mereka yang mereka tidak ingin melakukannya.
Barangkali mereka merasa harus mulai lagi berelasi dengan sebuah kelompok yang
baru secara keseluruhan – orang-orang non Yahudi yang kafir dalam pandangan
mereka – dan hal itu terlalu berat bagi mereka (Kis 13:45). Apa pun alasannya,
mereka memutuskan untuk tidak meerangkul keselamatan yang ditawarkan oleh Allah
melalui Paulus.
Kita masing-masing
mungkin masih mengingat situasi-situasi di mana kita juga melakukan hal yang
sama seperti ditunjukkan oleh orang-orang Yahudi itu. Orangtua kita, seorang
guru, seorang pastor, seorang rekan kerja, seorang sahabat, bahkan seorang
asing yang kita tidak kenal – mungkin telah menceritakan kepada kita sesuatu
yang benar namun tidak mengenakkan bagi kita (membuat kita merasa tidak
nyaman), dan kita pun menutup kedua telinga kita. Bacaan hari ini mengatakan
kepada kita bahwa Allah menggunakan banyak sarana untuk berbicara dengan kita dan
menolong kita mengambil langkah selanjutnya dalam perjalanan kita menuju
kepada-Nya. Oleh karena itu marilah kita membuka mata dan telinga kita
lebar-lebar: Siapa yang akan digunakan oleh-Nya untuk berbicara kepada kita?
Dan apakah kita mau menerima kata-kata-Nya lewat orang itu dengan hati yang
merendah dan terbuka?
DOA: Tuhan Yesus,
tolonglah diriku untuk membuat mataku terbuka dan hatiku menjadi lemah-lembut.
Aku ingin merangkul sabda-Mu hari ini, apa pun biayanya. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan