(Bacaan Pertama
Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Selasa, 23 April 2013)
Keluarga
Fransiskan: Peringatan Beato Egidius dari Assisi (Ordo I)
Sementara itu
saudara-saudara seiman yang tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah
Stefanus, menyingkir sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka
memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja.
Akan tetapi, di
antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia
dan berkata-kata juga kepada orang-orang berbahasa Yunani dan memberitakan
tentang Tuhan Yesus. Tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang
menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.
Kabar tentang
mereka itu terdengar oleh jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus
Barnabas pergi ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat anugerah
Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua dengan
kesungguhan hati setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh
dengan Roh Kudus dan iman. Lalu banyak orang dibawa kepada Tuhan. Setelah itu,
pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan
dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemat itu
selama satu tahun penuh, sambil mengajar banyak orang . Di Antiokhialah
murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. (Kis 11:19-26)
Mazmur Tanggapan:
Mzm 87:1-7; Bacaan Injil: Yoh 10:22-30
Yesus bersabda:
“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah
dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan
banyak buah” (Yoh 12:24). Apa yang dikatakan Yesus ini terbukti dengan kematian
Stefanus. Kematian diakon yang suci ini menyebabkan Gereja yang masih sangat
muda-usia ini bertumbuh-kembang. Mereka yang tercerai-berai setelah kematian
Stefanus melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang jauh untuk mencari
keamanan. Malah ada yang pergi ke tempat-tempat yang relatif jauh pada zaman
itu, misalnya Siria utara, ke kota Timur Tengah yang bernama Antiokhia.
Pertama-tama para misionaris awal ini hanya berbicara kepada orang-orang Yahudi
di Antiokhia, namun orang-orang Kristiani dari Siprus dan Kirene yang juga
telah sampai di Antiokhia mulai menginjili orang-orang Yunani tentang Yesus.
Jadi muncullah sebuah Gereja yang berjenis baru, yang terdiri dari baik orang
Yahudi maupun orang-orang bukan Yahudi (kafir di mata orang Yahudi).
Kabar tentang
perkembangan ini sampai kepada para rasul yang masih berdiam di Yerusalem, dan
mereka memutuskan untuk mengutus seseorang guna melakukan penyelidikan.
Komunitas “gado-gado” antara orang-orang Yahudi dan non-Yahudi sungguh
merupakan sesuatu yang asing dan aneh bagi cara berpikir mereka yang Yahudi di
Yerusalem, jadi tidak mengherankanlah bahwa mereka merasa prihatin. Barnabas
sendiri – yang berasal dari Siprus – mereka pilih. Lukas menggambarkan Barnabas
sebagai “orang baik, penuh dengan Roh Kudus dna iman” (Kis 11:24). Tentunya
Barnabas ini juga mempunyai semangat perintis yang memungkinkan dirinya –
seperti halnya Petrus – untuk menerobos konvensi/kebiasaan yang berlaku dan
mengakui rahmat Allah yang terbukti nyata dalam jemaat/gereja yang baru ini
(Kis 11:23).
Dengan hikmat yang
datang dari Allah sajalah Barnabas menyadari bahwa kelompok di Antiokhia yang
sedang bertumbuh ini membutuhkan bantuan seseorang seperti Paulus untuk
membuatnya berdiri kokoh di atas kebenaran Injil. Barnabas pergi ke Tarsus
untuk mencari Paulus dan membawanya kembali ke Antiokhia. Dua orang ini berdiam
di tengah umat untuk selama setahun penuh, mengajar mereka dan membawa banyak
orang ke dalam iman-kepercayaan kepada Yesus Kristus. Jadi, gereja
multi-kultural yang pertama lahirlah sudah, sebuah gereja yang bertumpu di atas
kasih Kristus dan kuat-kuasa Roh Kudus.
Kita pun dapat
bertemu dengan keadaan-keadaan yang kelihatan asing. Barangkali kita tidak
dapat membayangkan bahwa Allah dapat bekerja dalam situasi-situasi sedemikian
atau sesuatu yang baik dapat datang/dihasilkan dari situasi-situasi tersebut.
Justru pada saat-saat seperti itulah kita harus bersender pada Yesus dan
mendengarkan suara Roh Kudus kepada kita. Mata kita dapat menjadi terbuka bagi
jalan-jalan rahmat yang baru bagi diri kita sendiri dan orang-orang lain,
seperti halnya dengan Barnabas. Allah dapat membawa kebaikan, bahkan dari
sesuatu hal/peristiwa yang jahat. Kita dapat menyaksikan kebaikan ini menjadi
realitas, atau seperti dalam hal Stefanus – kebaikan dapat datang kepada
orang-orang lain setelah diri kita sendiri untuk pembangunan Kerajaan Allah.
DOA: Tuhan Yesus,
berikanlah kepadaku iman yang benar, harapan yang teguh dan cintakasih yang
sempurna, seperti yang terjadi dengan Barnabas dan Paulus. Bilamana Engkau
memanggil, mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan merangkul misi-Mu.
Berikanlah keberanian kepadaku dan hasrat untuk mengikut Engkau dalam segala
hal yang kulakukan. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan