(Bacaan Pertama
Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III – Rabu, 17 April 2013)
Pada waktu itu
mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemat di Yerusalem. Mereka semua,
kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang
saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. Tetapi Saulus
berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret
laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke
dalam penjara.
Mereka yang
tersebar itu menjelajahi seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Filipus
pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di
situ. Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat
tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua memperhatikan dengan sepenuh hati
apa yang diberitahukannya itu. Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat
keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang
lumpuh dan orang timpang disembuhkan. Karena itu, sangatlah besar sukacita
dalam kota itu. (Kis 8:1b-8)
Mazmur Tanggapan:
Mzm 66:1-7; Bacaan Injil: Yoh 6:35-40)
Bacaan hari ini
menggambarkan masa/zaman di mana Gereja Kristus mengalami pengejaran dan
penganiayaan disertai berbagai bentuk kekerasan pada usianya yang masih sangat
muda. Para anggota Gereja yang saleh baru saja menguburkan martirnya yang
pertama, Diakon Stefanus. Sekarang, muncullah seorang Farisi yang bernama
Saulus dari Tarsus yang dengan semangat berapi-api bertekad untuk menghancurkan
“sekte” keagamaan yang baru berkembang tersebut. Hal ini merupakan ancaman
terhadap umat Kristiani di mana-mana.
Segalanya kelihatan
gelap. Namun demikian, walaupun di tengah-tengah masa-masa sulit sedemikian,
Gereja bertumbuh-kembang secara relatif cepat, dan tanpa menggunakan kekerasan
tentunya. Pengejaran, penganiayaan dan kemartiran kelihatannya malah
memperkokoh iman umat Kristiani perdana. Allah membuat mukjizat-mukjizat lewat
umat-Nya. Kelihatannya tidak ada sesuatu pun yang dapat dilakukan dunia untuk
menghentikan pertumbuhan Gereja yang cepat itu.
Dalam artian
tertentu, Gereja di Indonesia tercinta ini juga mengalami penganiayaan,
walaupun masih jauh lebih ringan daripada yang pernah dialami umat di
negara-negara lain, misalnya negara-negara Komunis. Namun demikian, kita
terkadang memandang kehidupan kita dan melihat tidak ada apa-apa selain suatu
horison yang gelap. Barangkali kita sedang menderita karena adanya skandal
dalam paroki atau keuskupan kita. Kehilangan pekerjaan, penyakit yang serius
dan mematikan, atau relasi yang patah – semua ini dan banyak lagi – dapat
merampas pengharapan yang kita perlukan. Akan tetapi, seperti ditunjukkan oleh
bacaan di atas, walau pun dalam saat-saat kegelapan, terang Kristus dapat tetap
terang bercahaya dalam hati kita. Kita masih aman di tangan-tangan ‘seorang’
Allah Mahakuasa yang mengasihi kita dengan lemah lembut, kasih yang tak
mengenal akhir.
Kita harus
mengingat bahwa Allah senantiasa lebih besar secara tak terhingga ketimbang
kejahatan sebesar apa pun yang mau ditimpakan kepada kita, umat-Nya dan ……
anak-anak-Nya sendiri. Memang kita terkadang merasa “sunyi-sepi-sendiri” dan
tertekan dalam kesendirian kita itu, namun kenyataannya adalah bahwa Allah
tidak akan pernah meninggalkan kita atau Gereja-Nya. Kita merasa ditinggalkan
apabila kita menaruh seluruh pengharapan kita pada manusia, apakah mereka
dokter, imam, orangtua, atau bahkan pasangan hidup kita. Tidak ada seorang pun
yang tidak rentan terhadap dosa atau kelemahan dalam berbagai bentuknya.
Sebaliknya, Allah itu sempurna, dan Ia mengikat diri-Nya sendiri kepada kita
dalam suatu ikatan-kasih yang bersifat kekal abadi.
Marilah kita
mendorong satu sama lain untuk tetap mengarahkan pandangan kita ke surga pada
hari ini. Bapa surgawi senantiasa ada bersama kita untuk melindungi dan
membimbing kita. Marilah kita mendorong dan menguatkan satu sama lain untuk
menaruh kepercayaan kepada janji-janji yang telah dibuat-Nya. Allah sepenuhnya
dapat dipercaya. Dia bahkan akan menggunakan saat-saat kita mengalami pencobaan
untuk membuktikan kekuatan-Nya dan membuat kokoh iman kita kepada-Nya. Oleh
karena itu, kita tidak pernah boleh menyerah, karena Allah ada di pihak kita!
DOA: Tuhan Yesus,
aku memberikan hatiku kepada-Mu dan meletakkan segala ketidakpercayaanku di
dekat kaki-kaki-Mu. Engkau adalah Allahku, dan aku tidak akan merasa takut
karena Engkau selalu ada bersamaku. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan