Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Sabtu, April 27, 2013

SUPAYA KAMU SALING MENGASIHI


(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PASKAH V – 28 April 2013)


Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus, “Sekarang anak Manusia dimuliakan dan Allah dimuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dimuliakan di dalam Dia, Allah akan memuliakan dia juga dalam diri-Nya, dan akan memuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi aku ada bersama kamu.

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi. (Yoh 13:31-33a.34-35)

Bacaan pertama: Kis 14:21b-27; Mazmur tanggapan: Mzm 145:8-13; Bacaan kedua: Why 21:1-5a

“Saya tidak pernah mampu berterima kasih kepadanya secara pribadi, namun kami saling memandang – mata ketemu mata – sebelum ia dibawa pergi.” Perjumpaan yang dramatis pada bulan Juli 1941 ini adalah antara seorang tahanan politik di kamp konsentrasi Auschwitz (Polandia) yang berumur 40 tahun yang telah dijatuhi hukuman mati, dan seorang imam Fransiskan konventual yang sukarela untuk mati menggantikan sang terhukum. Sang terhukum bernama Francizek Gajowniczek, seorang sersan, dan sang imam adalah P. Maximilian Kolbe yang meninggal dua minggu kemudian pada usianya yang ke-47 tahun …… sebuah kematian yang tidak sia-sia!

Pada bulan Oktober 1982, sekitar 150.000 umat berkumpul di Piazza Santo Petrus untuk menyaksikan Paus Yohanes Paulus II (yang mengatakan bahwa panggilannya sendiri diinspirasikan oleh P. Maximilian Kolbe) mengkanonisasikan saudara sebangsanya sebagai orang kudus Gereja. Sri Paus pada kesempatan itu a.l. memetik dari Injil Yohanes sabda Yesus yang berikut ini: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Yesus sangat mengetahui arti dari kata-kata yang diucapkan-Nya itu, karena Dia sendiri pun akan melakukannya di bukit Kalvari, pada keesokan hari setelah mengucapkan kata-kata itu.

Dunia terpesona oleh tindakan heroik yang dilakukan oleh P. Maximilian Kolbe, namun apa yang telah dilakukannya sebenarnya juga diharapkan dari setiap orang Kristiani yang sungguh serius dalam sikap dan perilakunya terhadap sabda Yesus, Tuhan dan Juruselamatnya. Dalam bacaan Injil hari ini, Yohanes memproklamasikan cintakasih tanpa batas yang diajarkan oleh Yesus: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh 13:34).

Perintah itu baru dalam artian bahwa perintah itu “memanggil” (sekiranya kata “menuntut” dirasakan terlalu keras) seorang pribadi kepada suatu cintakasih universal dengan intensitas yang terdalam – cintakasih dengan mana Dia mengasihi kita. Perintah lama: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im 19:18) memang sangat menantang, namun tidak sebanyak tantangan yang diberikan oleh perintah yang baru dari Yesus ini. Misalnya kata “sesama” dapat dikatakan sedikit banyak terbatas dalam ruang lingkupnya dan orang-orang Yahudi berdebat terus tentang siapa saja yang termasuk dalam istilah “sesama”. Perintah baru untuk “saling mengasihi” tidak mempunyai batas. Intensitasnya pun berbeda. Perintah yang lama mengharapkan kita untuk mengasihi orang-orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Perintah yang baru mengatakan bahwa kita harus mengasihi orang-orang lain sama seperti Yesus mengasihi kita. Kita tentu mengasihi diri kita secara intens, namun kasih Tuhan Yesus kepada kita jauh lebih intens.

Suatu bukti yang pasti dari cintakasih sejati adalah memberikan hidup kita sendiri bagi orang lain, sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus Kristus, dan di abad ke-20 oleh P. Maximilian Kolbe, OFMConv. Santo Petrus berbicara mengenai “siap mati” untuk Yesus sebelum penyaliban-Nya, namun ternyata itu “omong/pepesan kosong” belaka. Akan tetapi, kemudian setelah dia menjadi lebih dewasa dalam iman, Petrus memenuhi janjinya dan mati sebagai seorang martir Kristus yang sejati …… disalib terbalik dengan kepala di bawah, karena dia merasa tidak pantas untuk mati disalib seperti Yesus, Tuhan dan Juruselamatnya.

Dalam dunia yang penuh kekacauan, kebencian, kekerasan dan kekejaman yang tak terbayangkan, P. Maximilian Kolbe menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang murid Yesus sejati lewat sikap dan tindakannya; yaitu mengasihi sesamanya seturut perintah Yesus sendiri. Itu pulalah yang diharapkan dari kita semua, para murid Kristus di abad ke-21 ini.

DOA: Tuhan Yesus, ajarlah kami untuk mengasihi orang-orang lain dengan kasih yang sama yang Kauberikan kepada kami. Kasih-Mu tanpa syarat, penuh dengan janji akan kehidupan baru, dan setia. Semoga kami menerima kasih-Mu melalui pencurahan Roh Kudus-Mu, kemudian melakukan segalanya yang kami dapat lakukan untuk membawa kasih ini kepada orang-orang lain. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan