(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII – Senin, 20 Mei 2013)
Keluarga Fransiskan: Peringatan/Pesta S. Bernardinus dr
Siena, Imam Ordo I
Ketika Yesus,
Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang
banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang bersoal
jawab dengan mereka. Pada saat orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah
mereka semua dan bergegas menyambut Dia. Lalu Yesus bertanya kepada mereka,
“Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” Jawab seorang dari orang banyak itu,
“Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan
dia. Setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu
mulutnya berbusa, giginya berkertak dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah
meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka
tidak dapat.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Hai kamu orang-orang yang tidak
percaya, sampai kapan Aku harus tinggal di antara kamu? Sampai kapan aku harus
sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”
Lalu mereka
membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, ia segera
mengguncang-guncangkan anak itu, dan anak itu terpelanting ke tanah dan
terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Lalu Yesus bertanya kepada kepada
ayah anak itu, “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya, “Sejak masa
kecilnya. Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api untuk membinasakannya.
Tetapi jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.”
Jawab Yesus, “Katamu: Jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang
percaya!” Segera ayah anak itu berteriak, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak
percaya ini!” Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia
menegur roh jahat itu dengan keras, “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi
bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah daripada anak ini dan jangan
merasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan
mengguncang-guncang anak itu dengan hebat. Anak itu kelihatannya seperti orang
mati, sehingga banyak orang yang berkata, “Ia sudah mati.” Tetapi Yesus
memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia berdiri.
Ketika Yesus masuk
ke rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka
kepada-Nya, “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Jawab-Nya kepada
mereka, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa.” (Mrk 9:14-29)
Bacaan Pertama: Sir
1:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 93:1-2,5
Bacaan Injil di
atas mencatat: “Pada saat orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka
semua dan bergegas menyambut Dia” (Mrk 9:15). Mengapa sampai begitu? Mungkinkah
penampilan-Nya masih meninggalkan sisa-sisa kemuliaan dari transfigurasi-Nya di
atas gunung? Mungkinkah sisa-sisa kemuliaan ilahi ini yang memberikan ayah dari
anak yang dirasuki roh jahat itu secercah harapan sehingga berani datang
menghadap Yesus dan mengungkapkan kebutuhannya.
Yesus dapat
mengatakan bahwa orang ini memiliki iman, namun Ia menantang dia untuk masuk
lebih dalam lagi: “Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” (Mrk 9:23).
Orang itu menanggapi pernyataan Yesus secara menakjubkan dan dia pun dengan
rendah hati membuat pengakuan: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya
ini!” (Mrk 9:24). Orang ini mengakui pergumulan-pergumulannya sendiri dan pada
saat yang sama dia membuat langkah iman yang lebih mendalam. Untuk itu dia pun
diberi ganjaran luarbiasa oleh Yesus.
Seberapa seringkah
kita mengalami situasi serupa? Kita ingin percaya, dan barangkali mengalami
Allah yang bekerja dalam hidup kita, namun realitas kebutuhan kita menyebabkan
bangkitnya bisikan-bisikan ketidakpercayaan. Kita dapat membungkam
bisikan-bisikan ini dengan menyatakan iman yang kita miliki: “Aku percaya bahwa
Allah mengasihiku. Aku percaya bahwa Dia memberikan Putera-Nya untuk
menyelamatkan aku dari dosa. Aku percaya bahwa Dia telah mencurahkan Roh
Kudus-Nya ke dalam diriku guna membuat diriku semakin serupa dengan Dia.” Kita
dapat mengumpulkan segala pernyataan iman kepercayaan kita dan bertanya kepada
diri kita sendiri: “Jika ini adalah Allah, bagaimana aku mungkin percaya bahwa
Dia tidak ingin memenuhi kebutuhanku, menyembuhkan diriku, dan membebaskan aku
dari yang jahat?” Allah jauh lebih mampu untuk memperdalam iman kita dan
menjawab doa kita!
Yesus juga
mengatakan kepada para murid bahwa kemampuan mereka untuk mengusir roh jahat
perlu didukung oleh doa (dan puasa). Dia mengetahui bahwa semakin banyak waktu
yang dipakai seseorang untuk menyangkal diri, dan menahan diri dari nafsu serta
lebih memakainya untuk mendengarkan Allah dalam doa, maka akan semakin mampu
pula orang itu membuat langkah iman. Hal itu juga benar bagi kita. Oleh karena
itu, marilah kita semua membuat pengakuan iman: “Tuhan, kami percaya, tolonglah
ketidakpercayaan kami.” Marilah kita semua juga pergi menghadap Yesus dengan
kejujuran dan menerima kasih-Nya bagi kita, walaupun kenyataan menunjukkan
bahwa iman kita seringkali goyah.
DOA: Tuhan Yesus,
aku mengasihi Engkau. Aku percaya bahwa Engkau akan selalu bersamaku. Engkau
adalah kota bentengku, dan dalam Engkau aku tidak pernah akan dikalahkan. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan