(Bacaan Pertama
Misa Kudus, PESTA SANTO MATIAS, RASUL – Selasa, 14 Mei 2013)
Pada suatu hari
berdirilah Petrus di tengah-tengah saudara-saudara seiman yang sedang berkumpul
itu, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata, “Hai
Saudara-saudara, haruslah digenapi nas Kitab Suci, yang disampaikan lebih
dahulu oleh Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin
orang-orang yang menangkap Yesus. Dahulu ia termasuk salah seorang dari kami
dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini.”
“Sebab ada tertulis
dalam kitab Mazmur: ‘Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada
penghuni di dalamnya,’ dan: ‘Biarlah jabatannya diambil orang lain.’ Jadi,
harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang
berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai
dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus diangkat ke surga meninggalkan kami,
untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.”
Lalu mereka
mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan juga bernama Yustus, dan
Matias. Mereka semua berdoa dan berkata, “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal
hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang
ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas
yang telah pergi ke tempat yang wajar baginya.” Lalu mereka membuang undi bagi
kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia
ditambahkan kepada kesebelas rasul itu. (Kis 1:15-17,20-26)
Mazmur Tanggapan:
Mzm 113:1-8; Bacaan Injil: Yoh 15:9-17
Pada Pesta Santo
Matias Rasul hari ini, baiklah kita menyoroti beberapa dari kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh Yudas Iskariot. Biar bagaimana pun juga, karena kejatuhan
Yudas-lah maka Matias diangkat menjadi seorang rasul.
Sungguh terasa tak
dapat dipercayai, kelihatannya Yudas menjadi begitu buta – dia tidak mampu
melihat bahwa jalan yang ditempuhnya secara pribadi ketika ke sana ke mari
mengikuti Yesus bersama para murid lain adalah jalan menuju kehancuran.
Bukannya membuka dirinya dan mengekspos pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam
benaknya serta motif-motif pribadinya kepada Yesus, Yudas malah tetap
menyembunyikan pemikiran-pemikiran yang ada dalam dirinya. Sebagai akibatnya,
dia menjadi terobsesi dengan apa yang baik menurut pemikirannya, bukannya
memasukkan kata-kata Yesus ke dalam hati dan pikirannya. Bahkan kelihatannya
Yudas – seperti diceritakan oleh Yohanes Penginjil – juga membenarkan pencurian
uang atau korupsi atas perbendaharaan kelompok Yesus untuk keuntungan sendiri
(lihat Yoh 12:6).
Seperti Yudas, kita
pun kadang-kadang dapat menjadi buta terhadap motif-motif dan hasrat-hasrat
pribadi kita sendiri. Tanpa memeriksa dengan cermat motif-motif hati kita, maka
kita pun ujung-ujungnya dapat saja memilih jalan sesat yang dapat membawa kita
kepada kebingungan dan kehancuran. Oleh karena itu, sangat baiklah untuk
mempunyai seorang bapak pengakuan atau pembimbing rohani yang baik dengan siapa
kita dapat membuka hati dan bersikap jujur. Kita (anda dan saya) pun dapat
mensyeringkan apa yang terjadi dalam diri dan kehidupan kita masing-masing dengan
pasangan hidup kita atau saudari-saudara dalam Kristus yang dekat dengan kita.
Tidak ada masukan yang lebih baik daripada masukan hasil pemikiran jernih dari
seorang pribadi yang mengasihi kita dan memiliki keprihatinan atas kondisi
rohaniah kita.
Yesus menginginkan
agar kita berjalan dalam terang-Nya. Memeriksa motif-motif dan hasrat-hasrat
pribadi kita di hadapan Allah dalam doa adalah salah satu cara terbaik untuk
membuang kegelapan dalam hati kita. Pada saat Roh Kudus menunjukkan kepada kita
dosa-dosa dan kegelapan dalam hidup kita – apakah dalam doa atau melalui
nasihat-nasihat bijaksana dari orang-orang lain – maka kita harus bersukacita.
Kita juga harus cepat tanggap dengan melalukan pertobatan dan kembali ke jalan
kasih Tuhan. Kita harus mengingat bahwa Yesus tidak datang untuk
menghakimi/menghukum, melainkan untuk menyelamatkan kita (lihat Yoh 3:17). Ia
selalu hadir untuk menolong kita guna melangkah maju dengan-Nya di jalan
keselamatan dan damai-sejahtera.
DOA: Tuhan Yesus,
Engkau telah menyelidiki hatiku dan mengenal diriku. Buanglah jauh-jauh
kegelapan dalam hidupku dengan terang-Mu. Tolonglah aku agar senantiasa dapat
berjalan di dalam jalan kebenaran-Mu dan kasih-Mu. Terima kasih, ya Tuhan
Yesus. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan