Karena itu, aku mau
meyakinkan kamu bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata- oleh Roh Allah,
dapat berkata, “Terkutuklah Yesus!” dan tidak ada seorang pun yang dapat
mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus.
Ada berbagai
karunia, tetapi satu Roh. Ada berbagai pelayanan, tetapi satu Tuhan. Ada pula
berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah yang sama juga yang mengerjakan semuanya
dalam semua orang.
Kepada tiap-tiap
orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama.
Karena sama seperti
tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan semua anggota tubuh itu,
sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu
Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun
orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum
dari satu Roh. (1Kor 12:3-7,12-13)
Bacaan Pertama: Kis
2:1-11); Mazmur Tanggapan: Mzm 104:1,24,29-31,34; Bacaan Kedua alternatif: Rm
8:8-17; Bacaan Injil: Yoh 14:15-16,23-26
“Kita semua diberi
minum dari satu Roh” (1Kor 12:13).
Lima puluh hari
yang lalu kita merayakan kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati.
Namun perbedaan apa yang dibuat oleh kebangkitan ini apabila Yesus tidak
mencurahkan Roh Kudus-Nya? Roh Kudus-lah yang menyatakan Yesus kepada kita dan
membuat penebusan kita menjadi suatu realitas yang hidup dalam hati kita.
Adalah Roh Kudus juga yang membuat kita ikut ambil bagian dalam hidup Allah dan
memberdayakan kita untuk hidup sebagai anak-anak-Nya.
Siapa sebenarnya
Roh Kudus ini? Sebagian besar kita cukup familiar dengan kata-kata berikut ini:
Penasihat, Advokat, Penolong, Penghibur, Pribadi Ketiga dari Tritunggal
Mahakudus. Akan tetapi Allah ingin agar kita mengenal “Pribadi” di belakang
nama-nama itu. Pada hari raya pencurahan Roh Kudus ini, marilah kita menyoroti
cara-cara yang diinginkan Allah agar kita mengalami karya Roh Kudus dalam
kehidupan kita.
Ketika Santo Paulus
menulis bahwa Roh Kudus mencurahkan kasih Allah ke dalam hati kita (Rm 5:5), maka
di sini dia tidak sekadar membuat suatu pernyataan teologis. Paulus menunjuk
kepada suatu realitas bahwa kita semua sebenarnya diundang untuk mengalami
kasih Allah tersebut. Marilah kita mengingat-ingat kembali perumpamaan Yesus
tentang “anak yang hilang”, bagaimana ayah dari anak muda itu berlari
menyongsong anaknya dan memeluknya ketika anak itu sedang berjalan pulang
menuju rumah ayahnya (Luk 15:20). Dengan cara yang sama, Allah – Bapa surgawi –
kita juga dengan penuh kerinduan membuka tangan-tangan-Nya lebar-lebar guna
menyambut dan memeluk kita. Dan, oleh Roh Kudus-lah kita mengalami
pelukan/rangkulan Allah seperti ini.
Roh Kudus ingin
membuat hidup segala hal yang diajarkan Yesus tentang kasih Bapa itu; Dia ingin
membuat janji-janji Yesus menjadi pembangkit semangat, yang menjiwai dan dengan
penuh kuat-kuasa bergerak dalam diri kita. Oleh Roh Kudus, kata-kata dalam
Kitab Suci menjadi hidup. “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak
tangan-Ku” (Yes 49:16). “Dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau”
(Yes 54:8). “Anakku telah mati dan menjadi hidup kembali, Ia telah hilang dan
didapat kembali” (Luk 15:24). “Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang
rajani, bangsa yang kudus, umat Allah sendiri” (1Ptr 2:9).
Allah mengasihi
kita dengan begitu mendalam sehingga walaupun kita mati dalam dosa-dosa, Dia
membuat kita hidup dalam Kristus (Ef 2:4-5). Ini adalah belas kasih-Nya yang
tak terbandingkan. Setiap hari kita dapat mengalami hal itu secara baru, yaitu
melalui doa-doa kita yang dijawab, penyembuhan batin, perlindungan dari segala
hal yang membahayakan, dan pengampunan. Roh Kudus menolong kita untuk mengenali
serta mengakui kebaikan Allah, yang mungkin saya luput dari pandangan manusiawi
kita. Roh Kudus mengingatkan kita akan saat-saat kita menerima kebaikan dari
Allah, bahkan barangkali saat-saat ketika kita masih kecil. Dengan membuka mata
kita terhadap rahmat Allah dengan cara-cara ini, maka Roh Kudus meyakinkan kita
betapa baik dan murah hati Allah kita itu. Demikian pula, Roh Kudus menggerakkan
kita untuk syering/berbagi belas kasih yang sama dengan orang-orang lain. Kita
menjadi berbelas kasih karena Allah telah berbelas kasih kepada kita, dan belas
kasih ini yang disyeringkan antara kita dan saudari-saudara kita dalam Kristus,
menyatukan kita semua dalam satu tubuh dalam Kristus.
Kita pernah
mengalami hidup terpisah dari Allah, tanpa pengharapan untuk pernah mengenal
Dia dan kasih-Nya yang besar bagi diri kita secara pribadi. Sekarang, karena
kita telah menerima Roh Kudus, kasih Allah pun hidup dalam diri kita. Kita
pernah terjerat dalam dosa, tak mampu mengalami perubahan, walaupun kita
menginginkannya. Sekarang, Roh Kudus memberikan kepada kita kuasa dan bahkan
motivasi untuk berubah. Kita pernah tidak mampu melihat bagaimana menjalani
kehidupan kita dengan cara yang menyenangkan Allah. Sekarang, Roh Kudus membawa
kepada kita pemikiran-pemikiran Allah sendiri. Kita tidak perlu lagi
menebak-nebak bagaimana mengasihi dan melayani Allah karena Roh Kudus
memberikan kepada kita “pengetahuan yang benar dan dalam segala macam
pengertian” (Flp 1:9).
Sekarang,
bayangkanlah: Kita tidak perlu merasa heran apabila kita akan hidup selamanya
dengan Yesus di surga; kita dapat mempunyai keyakinan bahwa kita mengalami hal
tersebut. Pengharapan ini mentransformasikan segalanya yang menyangkut diri
kita: cara kita memandang diri kita sendiri dan orang-orang lain,
ekspektasi-ekspektasi kita, relasi-relasi kita. Sikap negatif berubah menjadi
rasa penuh percaya. Kejauhan berubah menjadi kedekatan. Semua ini adalah karya
Roh Kudus yang diutus Yesus, … Roh Allah sendiri yang kita rayakan pada hari
ini.
DOA: Terpujilah
Engkau, ya Roh Kudus. Engkau adalah kasih antara Bapa dan Putera. Datanglah, ya
Roh Kudus, dan hiduplah dalam diri kami. Tunjukkanlah kepada kami belas kasih
Allah. Engkau adalah alasan mengapa hidup kami dipenuhi dengan pengharapan.
Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan