( Bacaan Injil Misa
Kudus, Peringatan B. Dionisius dan Redemptus, Biarawan-Martir Indonesia –
Sabtu, 1 Desember 2012 )
“Jagalah dirimu,
supaya hatimu jangan dibebani oleh pesta pora dan kemabukan serta kekhawatiran
hidup sehari-hari dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas
dirimu seperti suatu jerat. Sebab hari itu akan menimpa semua penduduk bumi
ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan
untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di
hadapan Anak Manusia.” (Luk 21:34-36)
Bacaan Pertama: Why
22:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 95:1-7
Yesus baru saja
membuat pengumuman tentang “Kedatangan Anak Manusia” dalam awan-awan dengan
segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya (Luk 21:27). Yesus juga baru mengumumkan
bahwa “Kerajaan Allah sudah dekat” (Luk 21:31), tidak ubahnya dengan kedatangan
musim panas yang ditandai dengan pohon-pohon yang bertunas (Luk 21:30).
Sekarang, dalam
bacaan Injil hari ini, Yesus kembali memberikan sejumlah nasihat kepada para
sahabat-Nya, nasihat-nasihat yang cocok dengan masa penantian. Ia bersabda:
“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan dibebani ……” (Luk 21:34). Setelah
mengundang para sahabat-Nya untuk berharap dan menaruh kepercayaan, Yesus
sekarang memperingatkan mereka supaya berjaga-jaga senantiasa. Bagi kita semua
yang hidup pada zaman ini, pesan Yesus itu mengajak kita untuk senantiasa
berjaga-jaga, teristimewa akan “kedatangan-Nya untuk kedua kalinya”.
Kita harus
senantiasa menjaga diri, agar hati kita jangan dibebani oleh pesta pora dan
kemabukan serta kekhawatiran hidup sehari-hari (lihat Luk 21:34). Keterlekatan
yang berkelebihan pada kenikmatan-kenikmatan jasmani memuat hati kita beku.
Bilamana kita membiarkan diri kita dikuasai oleh berbagai benda serta
kenikmatan duniawi, maka sangat boleh jadi kita akan lupa akan “Hari Tuhan”,
jangan sampai tiba-tiba jatuh ke atas diri kita seperti suatu jerat. Sebab hari
itu akan menimpa semua penduduk bumi ini (lihat Luk 21:34-35).
“Hari Penghakiman”
memang akan tiba tanpa pengumuman terlebih dahulu. Setiap detik setiap hari,
ada ratusan orang mati di seluruh dunia. Kita masing-masing tidak mengetahui
tinggal berapa detik lagi yang tersedia bagi kita untuk hidup di atas bumi ini.
Keruntuhan Yerusalem (Luk 21:20-24) seharusnya merupakan sebuah peringatan bagi
kita semua. Ini adalah suatu tanda penghakiman yang jatuh ke atas seluruh dunia.
Hari ini adalah
hari terakhir dari tahun liturgi (Tahun B/II). Apa lagi yang lebih cocok bagi
kita daripada membaca dan merenungkan nasihat Yesus untuk “berjaga-jaga
senantiasa sambil berdoa”, supaya kita beroleh kekuatan untuk luput dari semua
yang akan terjadi itu, dan supaya kita tahan berdiri di hadapan Anak Manusia
(lihat Luk 21:36).
Ya, Yesus
menasihati para sahabat-Nya untuk tak henti-hentinya berdoa. Santo Paulus
mengulangi nasihat yang sangat urgent ini kepada umat Kristiani perdana, juga
lewat contoh dirinya sendiri (bacalah 1Tes 5:17; 2Tes 1:11; Flp 1:4; Rm 1:10;
Kol 1:3,9; Flm 1:4). Rangkuman berbagai pesan Paulus: “Kami berdoa
terus-menerus …… Dalam doa-doaku pada setiap saat …… Aku selalu bersyukur
kepada Allah pada saat aku mengingat kamu dalam doa-doaku ……”
Kita harus
senantiasa mengingat nasihat-nasihat Yesus yang sangat menentukan dan
menerapkan semuanya pada diri kita sendiri: pengharapan, rasa percaya dan
kepastian, kesiap-siagaan, ketenangan hati, kesiap-siagaan penuh kemauan, doa-doa,
……. karena tidak seorang pun tahu kapan “Hari Tuhan” itu. “Berjaga-jaga
senantiasa sambil berdoa” dimaksudkan supaya kita beroleh kekuatan untuk
“luput” dari semua yang akan terjadi itu ……” (Luk 21:36). “Luput” di sini
adalah “luput” dari aspek-aspek yang sangat buruk dan mengerikan dari “Hari
Tuhan” itu. Rasa percaya, sukacita, pengharapan, …… tidaklah sama dengan
rasa-aman yang salah. Kita harus berjaga-jaga. Kita harus “luput”. Ada bahaya
yang mengancam. Kita harus memiliki kekuatan untuk meluputkan diri.
“…… supaya kamu
tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (Luk 21:36). Ini adalah potongan kalimat
terakhir dari sabda Yesus sebelum kisah sengsara-Nya. “Berjaga-jagalah
senantiasa sambil berdoa, …… supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Allah”!
Tidak lama setelah itu Yesus sendiri sampai kepada “akhir”-Nya …… melalui
penderitaan sengsara-Nya. Namun demikian, Ia telah memandang diri-Nya sebagai
“Anak Manusia” yang penuh kemuliaan dan duduk “di sebelah kanan Allah Yang
Mahakuasa”, sebagaimana Dia akan mengumumkannya dalam beberapa hari kemudia di
hadapan Sanhedrin (lihat Luk 22:69).
DOA: Tuhan Yesus,
kami percaya bahwa adalah sang “Anak Manusia” yang mempunyai “kata terakhir”.
Dan, apabila kami senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa, maka kami pun akan
tahan berdiri dihadapan-Mu. Tuhan Yesus, datanglah! Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS