( Bacaan Pertama Misa Kudus, Peringatan S.
Elisabet dari Hungaria – Sabtu, 17 November 2012 )
Keluarga Fransiskan: Pesta S. Elisabet dari Hungaria
Yesus menyampaikan
suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu
berdoa tanpa jemu-jemu. Kata-Nya, “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang
tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Di kota itu ada
seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku
terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia
berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak
menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku
membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang
aku.” Kata Tuhan, “Perhatikanlah apa yang dikatakan hakim yang tidak adil itu!
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam
berseru kepada-Nya? Apakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku
berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak
Manusia itu datang, apakah Ia akan mendapati iman di bumi?” (Luk 18:1-8)
Bacaan Pertama:
3Yoh 5-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-6
Apakah pandangan
anda tentang Allah? Apakah anda melihat Dia sebagai seorang hakim yang tidak
adil? Apakah anda pikir anda harus membujuk-Nya dulu sebelum Ia benar-benar mau
memperhatikan anda? Betapa mudahlah bagi kita untuk menjadi salah paham tentang
cara Allah bekerja! Betapa cepatnya kita mengembangkan persepsi-persepsi yang
keliru berdasarkan cara kita menafsirkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan
kita. Namun kebenaran yang sejati tetap tegak, yaitu bahwa Allah kita adalah
Allah yang sangat mengasihi dan adil. Kita dapat mengandalkan Dia untuk
memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan.
Hakim dalam
perumpamaan Yesus dalam bacaan Injil hari ini adalah seorang hakim yang jahat
dan tidak mengindahkan moralitas. Menurut Hukum Yahudi (Ul 24:17-22), si janda
mempunyai hak untuk memohon pertolongan dari hakim tersebut. Pada kenyataannya,
hakim itu harus memberikan prioritas atas permintaan si janda. Namun, sebaliknyalah
yang terjadi: Bapak Hakim itu menolak terus permintaan si janda agar hak-haknya
dibela olehnya sebagai hakim demi keadilan. Tetapi si janda tidak putus asa dan
ia terus mendatangi Pak Hakim dengan permintaan yang sama, sehingga pada
akhirnya pun Pak Hakim membenarkan/meluluskan permintaan si janda.
Berlawanan dengan
sikap si hakim yang jahat itu, Allah kita itu mahaadil, mahasetia dan
mahapengasih. Ada kemungkinan kita tidak memperoleh jawaban yang langsung atau
instan terhadap doa-doa kita, namun kita tidak perlu khawatir dan putus-asa.
Ada saat-saat di mana Allah menunda jawaban-Nya terhadap doa kita agar dapat
mengajar kita bagaimana menaruh kepercayaan kepada-Nya. Ada kalanya juga
jawaban yang kita pikir sebagai jawaban terbaik sebenarnya dapat menyakiti diri
kita.
Memang tidak
mudahlah untuk mempercayakan segala urusan kita kepada Allah. Kita tidak dapat
mengharapkan untuk memahami mengapa dan bagaimana Allah memilih untuk menjawab
doa-doa kita – karena kita tidak mengetahui tujuan-tujuan ilahi-Nya. Akan
tetapi, kita dapat berpaling kepada Yesus dan memohon kepada-Nya agar
menunjukkan cara/jalan untuk menaruh kepercayaan dan jalan ketaatan. Yesus
sepenuhnya mempasrahkan hidup-Nya kepada Allah Bapa. Bahkan di tengah
penderitaan fisik, emosional dan spiritual, Yesus dengan setia dan taat
merangkul kehendak Bapa-Nya. Di taman Getsemani Yesus berdoa kepada Bapa-Nya:
“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku;
tetapi jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi” (Luk 22:42).
Paulus menulis tentang perendahan diri Yesus dan ketaatan-Nya kepada Bapa
surgawi sampai mati di kayu salib. Sebagai akibatnya, Allah sangat meninggikan
Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama
Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan
yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku, “Yesus Kristus adalah Tuhan,”
bagi kemulian Allah, Bapa! (Flp 2:6-11).
Kita semua dapat
mengenal dan mengalami kasih Allah seperti Yesus. Oleh karena itu, marilah kita
senantiasa berdoa dengan penuh ketekunan dan menanti untuk melihat bagaimana
Allah akan menanggapi doa-doa kita dalam kasih. Allah sungguh mengasihi kita.
Apabila ada sesuatu yang tidak bekerja seperti kita rencanakan, janganlah kita
cepat-cepat merasa putus-asa atau mulai menggerutu, bahkan menyalahkan Allah.
Marilah kita merenungkan teladan hidup Yesus sendiri dan menyerahkan hidup kita
sepenuhnya kepada Allah. Allah Bapa mempunyai pemikiran terbaik bagi Yesus dan
tentu Ia juga mempunyai pemikiran yang terbaik bagi kita – walaupun dalam
sikon-sikon paling sulit yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Sudah
sepantasnyalah bagi kita untuk mempercayai Allah dan cara kerja-Nya. Yang jelas
kasih-Nya kepada kita akan tetap ada, karena Allah adalah kasih (1Yoh 4:8,16).
DOA: Bapa surgawi,
ampunilah kami apabila kami kadang-kadang berpikir bahwa Engkau telah berlaku
tidak adil terhadap kami dan tidak mengasihi kami. Kami ini lemah dan tidak
mampu memahami cara-cara atau jalan-jalan-Mu, ya Bapa. Tolonglah kami dalam
kelemahan kami ini dan kuatkanlah kami selagi kami bertekun dalam doa
kepada-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan