( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIII – Senin, 19 November 2012 )
Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Agnes dari Assisi,
Perawan (Ordo II/Klaris)
Waktu Yesus hampir
tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis.
Mendengar orang banyak lewat, ia bertanya, “Apa itu?” Kata orang kepadanya,
“Yesus orang Nazaret lewat.” Lalu ia berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah
aku!” Mereka yang berjalan di depan menegur dia supaya ia diam. Namun semakin
keras ia berseru, “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan
menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Ketika ia telah berada di dekat-Nya,
Yesus bertanya kepadanya, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”
Jawab orang itu, “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya,
“Melihatlah sekarang, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Seketika itu juga ia
dapat melihat, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah, Melihat hal itu,
seluruh rakyat memuji-muji Allah. (Luk 18:35-43)
Bacaan Pertama: Why
1:1-4;2:1-5a; Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-4,6
Lukas merencanakan
Injilnya seperti sebuah perjalanan menuju Yerusalem, kota suci di mana
pengorbanan Yesus dan pemuliaan-Nya akan berlangsung. Dari kota inilah Kabar
Baik Yesus akan menyebar ke seluruh dunia.
Kita tidak pernah
boleh lupa bahwa perjalanan Yesus ke Yerusalem ini bertepatan dengan musim hari
raya Paskah: banyak orang berjalan bersama dengan Yesus, para peziarah yang
akan merayakan pesta “pembebasan Israel” itu. Malam terakhir untuk berhenti
adalah di Yerikho sebuah kota yang jaraknya hanya 20 km dari Yerusalem. Di
Yerikho inilah Yesus membuat dua mukjizat, yaitu mencelikkan mata seorang buta
(Mrk 18:35-43) dan mempertobatkan seorang kepala pemungut cukai (Mrk 19:1-10).
Waktu Yesus hampir
tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis.
Cerita selanjutnya anda dapat membacanya sendiri. Sebuah peristiwa yang
kelihatan terjadi secara kebetulan, namun peristiwa ini terjadi setelah Yesus
mengumumkan sengsara-Nya untuk ketiga kalinya (Luk 18:31-34). Di situ Lukas
mencatat dengan cukup tegas: “Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mengerti
semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi8 bagi mereka dan mereka tidak tahu
apa yang dimaksudkan” (Luk 18:34)
Kita juga seperti
orang buta yang duduk di pinggir jalan itu. Seperti para murid-Nya, kita “tidak
mampu melihat”. Jadi, apabila kita mau memahami benar signifikansi dari
“perjalanan ke Yerusalem” ini, maka Tuhan Yesus sendirilah yang harus
memberikan kepada kita “mata yang baru”. Seperti si buta di Yerikho, kita pun
dapat berseru: “Tuhan berikanlah iman kepada kami … cabutlah selaput di mataku
yang menghalang-halangi kami memperoleh penglihatan-Mu atas peristiwa yang
terjadi dan segala sesuatu lainnya.
Orang buta itu
mendengar para peziarah menyanyikan “Nyanyian Ziarah” (Mzm 120-134) sesuai
kebiasaan yang berlaku pada waktu itu. Ia bertanya, “Apa itu?”, artinya orang
buta itu yang mengambil inisiatif. Mereka menjawab pertanyaannya: “Yesus orang
Nazaret lewat”. Kata-kata sederhana “Yesus orang Nazaret” jarang dipakai para
penulis Injil lain, namun Lukas menggunakannya sebanyak 8 kali dalam “Kisah
para Rasul”.
Orang buta itu
tidak menggunakan nama Yesus yang baru didengarnya, tetapi menggunakan nama
“Yesus, Anak Daud” ketika dia berseru minta tolong kepada Yesus. “Anak Daud”
adalah gelar mesianis yang diumumkan kepada Maria pada hari Yedus diperkandung
oleh Roh Kudus: “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi
besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan
mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya” (Luk 1:31-32). Dengan
demikian, kita dapat mengatakan bahwa seruan si orang buta itu adalah sebuah
“Pernyataan Iman”. Banyak orang telah menyaksikan karya Yesus namun tetap buta
sehubungan dengan identitas sesungguhnya dari Yesus. Sang Mesias yang diumumkan
oleh nabi Yesaya adalah Dia yang membuat “mata orang-orang buta dicelikkan, dan
telinga orang-orang tuli akan dibuka” (Yes 35:5, Luk 4:18).
Yesus berhenti dan
menyuruh membawa orang buta itu kepada-Nya. Nyatalah bahwa sekarang Yesus
menerima gelar kerajaan yang sebelum itu dilarang-Nya untuk digunakan (Mat
9:30). Mengapa begitu? Karena sengsara dan kematian-Nya sudah dekat … sudah di
depan mata! Segala aspirasi politik dan nasionalisme yang ingin dihubungkan
dengan diri Yesus oleh orang-orang di sekeliling-Nya jelas tidak diinginkan-Nya.
Dia sedang berada dalam perjalan ke Yerusalem, bukan untuk merebut kekuasaan,
melainkan untuk mati bagi kita semua.
Setelah mendengar
permintaan si orang buta itu, kalimat terakhir dari Yesus dalam episode ini
adalah: “Melihatlah sekarang, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Luk 18:42).
Lukas mencatat: “Seketika itu juga ia dapat melihat, lalu mengikuti Dia sambil
memuliakan Allah. Melihat hal itu, seluruh rakyat memuji-muji Allah”. Jadi,
tidak seperti cerita orang kaya yang “gagal” menjadi pengikut Yesus karena
banyak hartanya (lihat Luk 18:18-27), maka cerita si buta ini diakhiri dengan
sebuah “happy ending”.
Santa Agnes dari
Assisi [1198-1253] yang kita peringati pada hari ini adalah adik dari Santa
Klara dari Assisi [1195-1253]. Puteri seorang bangsawan di kota Assisi, Agnes
yang baru berumur 14 tahun meninggalkan kenyamanan dan kemewahan rumahnya untuk
bergabung dengan sang kakak, hanya 16 hari setelah Klara meninggalkan rumah
yang sama, untuk bergabung dengan si Kecil-Miskin dari Assisi, Fransiskus.
Jejak kedua kakak-beradik ini kemudian diikuti oleh sang ibu, Ortolana,
kemudian oleh puteri bungsunya Beatrice. Puteri tertua dari Ortolana yang
bernama Penenda, mempunyai tiga orang anak perempuan, semuanya kemudian
bergabung dengan tante-tante dan oma mereka di biara San Damiano, biara pusat
Ordo Klaris. Santa Agnes diberikan tugas untuk membuka lima biara baru di
Italia bagian utara. Dia kembali ke Assisi sebelum Santa Klara wafat. Agnes
meninggal dunia tiga bulan kemudian (16 November 1253).
DOA: Tuhan Yesus,
berikanlah kepadaku iman dan celikkanlah mataku juga sehingga – seperti orang
buta di Yerikho – aku pun dapat mengikuti Engkau …… ke Salib! …… dan kepada
Paskah kebangkitan-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu! Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan