( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Sabtu, 3 November 2012 )
Pada suatu hari
Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk
makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
Karena Yesus
melihat bagaimana para undangan memilih tempat-tempat kehormatan, Ia
menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka, “Kalau seorang mengundang engkau ke
pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu
telah mengundang seorang yang lebih terhormat daripada engkau, supaya orang
itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu:
Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk
di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk
di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata
kepadamu: Sahabat, silakan duduk di tempat yang lebih terhormat. Dengan
demikian, engkau akan menerima hormat di depan mata semua orang yang makan
bersamamu. Sebab siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan
siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Luk 14:1,7-11)
Bacaan Pertama: Flp
1:18-26; Mazmur Tanggapan: Mzm 42,2-3,5
Apakah Yesus pernah
tertawa? Ya, tentu saja! Ia menyaksikan bagaimana orang-orang Farisi yang
menjadi undangan saling berebutan tempat kehormatan. Apakah orang-orang itu
takut tidak kebagian jatah makanan? Apakah mereka merasa takut tidak kelihatan
banyak undangan lainnya?
Kita membaca dalam
Injil bahwa orang-orang Farisi seringkali memperhatikan Yesus untuk melihat apa
yang akan dilakukan-Nya. Kelihatannya Ia mengambil tempat paling belakang,
paling akhir. Bayangkan Allah yang mahakuasa mengambil tempat yang di ujung
sana yang nyaris tak nampak. Kemudian Ia menjelaskan mengapa: “Mereka yang
mendesak-desak mencari tempat terhormat akan menimbulkan kecemburuan para
undangan yang lain dan jelas tidak disukai. Sedangkan orang yang mendahulukan
orang lain akan dihormati dan dimuliakan untuk sikap dan perilakunya yang baik
itu.”
Setiap orang tidak
menyukai seorang pribadi yang sombong dan memandang rendah orang-orang lain.
Dalam banyak kesempatan kita dapat mendengar komentar seperti berikut ini:
“Saya nggak tahan melihat orang itu; dia senantiasa pura-pura mengetahui segala
sesuatu, bertindak-tanduk sebagai Allah yang Mahakuasa saja, bahkan seperti Iblis,
dia ingin menjadi lebih baik dari pada Allah. Memang komentar seperti ini agak
berlebihan (lebai!), tetapi dalam gradasi yang berbeda banyak kita dapat
mendengarnya ketika kumpul-kumpul bersama para sahabat, apakah dalam reuni dll.
Sekarang kita lihat
Yesus. Kita dapat melihat bagaimana Allah bertindak dalam tindakan-tindakan
Yesus, misalnya bagaimana dia berbela-rasa, berbelas-kasih terhadap orang-orang
sakit, yang kerasukan roh jahat, menanggung berbagai penderitaan lainnya dan
“wong cilik” pada umumnya. Dalam semua hal ini, apakah Yesus bersikap dan
bertindak-tanduk seperti seorang eksekutif yang angkuh? Lihat saja apa yang
menjadi pilihan Yesus: orangtua yang miskin; lahir bukan di dalam istana raja,
melainkan di kandang hina yang diperuntukkan bagi hewan. Siapa
sahabat-sahabat-Nya? Para kaisar, raja dan gubernur? Sama sekali tidak! Seorang
raja adalah musuh-Nya yang paling jahat: Herodus Agung mencoba untuk
membunuh-Nya. Sahabat-sahabat-Nya yang pertama adalah para gembala dengan aroma
tubuh yang tidak lebih baik daripada bau domba-domba mereka.
Siapa yang membenci
Yesus? Orang-orang yang kaya dan sombong – mereka yang tidak tahu bagaimana
caranya untuk berada di tempat yang paling akhir. Nah, sekarang bagaimana
dengan kita? Dapatkah kita menjadi lebih serupa lagi dengan Yesus? Ya, kita
memang harus begitu, agar dapat menjadi warga Kerajaan-Nya. Yesus bersabda,
“Berbahagialah yang miskin, yang berdukacita, yang lemah lembut, yang dianiaya
karena melakukan kehendak Allah …… (lihat “Ucapan bahagia”; Mat 5:3 dsj.).
Kepada para murid-Nya, Yesus berkata, “Siapa saja yang terbesar diantara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu. Siapa saja yang meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat
23:11-12).
DOA: Roh Kudus
Allah, bentuklah aku agar dapat menjadi seorang murid Yesus yang baik. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan