( Bacaan Injil Misa
Kudus, Peringatan S. Sesilia, Perawan & Martir – Kamis, 22 November 2012 )
Ketika Ia telah
mendekati dan melihat kota itu, Yesus menangisinya, kata-Nya: “Alangkah baiknya
jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!
Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, ketika
musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan
menghimpit engkau dari segala jurusan. Mereka akan membinasakan engkau beserta
dengan penduduk yang ada padamu, dan mereka tidak akan membiarkan satu batu pun
tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat
ketika Allah datang untuk menyelamatkan engkau.” (Luk 19:41-44)
Bacaan Pertama: Why
5:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 149:1-6,9
Sang penulis Injil
– Lukas – seringkali menggunakan kontras-kontras yang kuat dalam berbagai
narasinya. Misalnya dalam perumpamaan tentang orang kaya dan pengemis Lazarus
(Luk 16:19-31), orang Farisi dan pemungut cukai (Luk 18:9-14). Bacaan Injil
hari ini didahului dengan nyanyian-nyanyian penuh sukacita para murid yang
mengiringi-Nya ketika rombongan-Nya mendekati Yerusalem – peristiwa yang dalam
liturgi Gereja dikenal sebagai “Hari Minggu Palma”. Dengan suara nyaring mereka
mereka memuji-muji Allah oleh karena segala mukjizat yang telah mereka lihat.
Mereka menyanyikan Mazmur: “Terpujilah dia yang datang sebagai Raja dalam nama
Tuhan, damai sejahtera di surga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” (Mzm
118:26). Bagaimana dengan Yesus? Ia memandang kota Yerusalem, kemudian
menangisi kota suci itu dan berkata: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga
engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!” (Luk 19:42). Kemudian
Yesus melanjutkan pernyataan-Nya itu dengan nubuatan-Nya tentang keruntuhan
kota Yerusalem (Luk 19:43-44).
Yerusalem
sebenarnya dapat menjadi pusat utama Kekristenan (Kristianitas), pusat dari
mana pesan Kristiani dapat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Karena
penolakannya terhadap sang Mesias, maka Yerusalem hanya sebentar saja menjadi
pusat penyebaran Kabar Baik Yesus Kristus. Pada tahun 70 kota itu praktis
dihancur-leburkan oleh orang Romawi. Yesus sudah melihat peristiwa keruntuhan
kota Yerusalem itu jauh hari sebelum terjadinya.
Oleh karena itulah
Yesus menangisi kota Yerusalem. Ia mengetahui apa yang akan menimpa kota itu
karena penduduknya menolak rahmat Allah. Sebenarnya para penduduk kota
Yerusalem dapat mengetahui apa yang akan terjadi, namun mereka tidak mau
mendengarkan sabda Allah. Mereka menolak Kristus!
Bagaimana dengan
kita sendiri? Banyak dari rahmat Allah seringkali datang kepada kita dalam
bentuk ajaran Gereja, yang dimaksudkan untuk mempersiapkan diri kita agar dapat
menjalani kehidupan Kristiani yang benar seturut ajaran Kristus sendiri,
membimbing serta menuntun kita, dan memberikan kepada kita Sabda yang kudus
dari Allah sendiri. Apakah kita memanfaatkan bimbingan serta tuntunan Allah
melalui Gereja, dengan demikian memperoleh pengenalan sejati tentang apa saja
yang benar dan/atau salah; juga bertumbuh dalam nilai-nilai Kristiani yang
sejati?
Atau, apakah Yesus
Kristus harus menangisi kita juga? Apakah Dia harus menangisi keluarga kita,
komunitas kita, atau kota-kota kita? Apakah Dia harus menangis karena
iman-kepercayaan kita yang lemah, karena kita tidak menaruh kepercayaan
kepada-Nya, atau bahkan menolak diri-Nya? Apakah Dia menangis karena kita
menolak untuk mendengarkan sabda-Nya atau bimbingan serta tuntunan dari
Gereja-Nya?
DOA: Tuhan Yesus,
kami sungguh tahu dan mengenal jalan menuju damai-sejahtera yang sejati, karena
hal itu ada dalam Sabda-Mu, Gereja-Mu, yaitu Tubuh-Mu sendiri di atas bumi.
Terpujilah nama-Mu selalu! Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan