( Bacaan Injil Misa
Kudus, HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA – Minggu, 25 November
2012 )
Pilatus masuk
kembali ke dalam istana gubernur, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya,
“Apakah Engkau raja orang Yahudi?” Jawab Yesus, “Apakah engkau katakan hal itu
dari hatimu sendiri, atau orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang aku?”
Kata Pilatus, “Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam
kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau
perbuat?” Jawab Yesus, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari
dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan
kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” Lalu kata
Pilatus kepada-Nya, “Jadi engkau adalah raja?” Jawab Yesus, “Engkau mengatakan
bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke
dalam dunia ini, supaya Aku bersaksi tentang kebenaran; setiap orang yang
berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” (Yoh 18:33-37)
Bacaan Pertama: Dan
7:13-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 93:1-2,5; Bacaan Kedua: Why 1:5-8
Bagi kebanyakan kita
yang hidup dalam masa modern ini di mana bentuk pemerintahan monarki tinggal
sedikit sekali yang masih bertahan di dunia, maka bayangan kita tentang seorang
raja dan kerajaan hampir pasti akan tidak tepat. Bahkan orang-orang pada zaman
Yesus dahulu juga tidak mempunyai ide yang sangat jelas, karena mereka
membandingkan Yesus dan Kerajaan-Nya dengan pengalaman mereka sendiri. Hal
seperti itu kiranya sama saja dengan membandingkan pesawat terbang ukuran Jumbo
(misalnya Boeing 747) dengan pesawat terbang kecil-sederhana yang dipiloti oleh
Wright bersaudara di tahun 1903. Orang-orang harus membuat sebuah lompatan yang
luarbiasa dalam pemikiran mereka sebelum dapat mulai memahami apa yang
sesungguhnya dimaksudkan oleh Yesus ketika Dia berbicara mengenai raja dan
kerajaan.
Dalam bacaan Injil
hari ini, Yesus melihat bahwa Pilatus tidak mampu untuk membuat lompatan
luarbiasa yang dimaksudkan di atas. Pilatus bertanya: “Apakah Engkau raja orang
Yahudi?” Di sini Pilatus hanya berpikir mengenai orang yang menjadi pemimpin
militer atau politik, seorang pribadi yang mempunyai kemungkinan menjadi suatu
ancaman bagi otoritas Romawi di Palestina. Yesus menjawab: “Kerajaan-Ku bukan
dari dunia ini.” Di sini Yesus ingin menjelaskan bahwa diri-Nya bukanlah
seorang raja sebagaimana dibayangkan oleh Pilatus, yaitu seorang penguasa yang
para pengikutnya akan berjuang untuk membelanya sebagai serdadu dalam sebuah
peperangan atau yang domain-nya terbatas pada sebuah bangsa/negeri saja.
Tentu saja Yesus
mempunyai suatu domain (dalam arti wilayah kekuasaan), yaitu sebuah kerajaan
universal karena Dia memiliki otoritas atas seluruh ciptaan. Domain-Nya adalah
sebuah Kerajaan kebenaran dan hidup, sebuah Kerajaan kekudusan dan rahmat,
sebuah Kerajaan keadilan, kasih dan damai-sejahtera. Hal ini tentu
kedengarannya sebuah kerajaan yang cocok untuk Yesus Kristus, namun terasa
sangat idealistis dan bersifat futuristik yang kiranya hanya akan terwujud
kelak di dalam surga. Sampai titik tertentu evaluasi seperti ini sah-sah saja.
Kerajaan yang sempurna masih akan datang, dan kita adalah orang yang
menanti-nanti dengan pengharapan penuh sukacita akan kedatangan Juruselamat
kita, Yesus Kristus. Yesus pasti akan datang lagi pada akhir zaman, Akan
tetapi, kita harus sungguh-sungguh meyakini bahwa akhir dunia tidaklah berarti
suatu malapetaka, melainkan suatu pemenuhan. Kalau kita mengatakan bahwa sebuah
bangunan rumah sudah selesai dan pekerjaan membangun sudah selesai juga, maka
hal ini bukanlah berarti destruksi melainkan penyempurnaan. Inilah kiranya
akhir ke mana dunia kita dan tentunya seluruh alam semesta akan dibawa.
Sekarang ini
kondisi Kerajaan serupa dengan seorang anak yang memerlukan pertumbuhan sampai
menjadi seorang pribadi yang matang, yang telah bertumbuh penuh untuk menjalani
kehidupan. Kristus akan datang untuk meng-klaim Kerajaan-Nya dan
menyampaikannya kepada Bapa-Nya pada saat penyempurnaan Kerajaan itu dalam
rencana ilahi telah tercapai. Sementara itu kita seharusnya tidak duduk-duduk
santai sambil mengharapkan Raja kita melaksanakan pekerjaan ini sendiri. Tidak
seorang pun dari kita merupakan “pion” seperti dalam permainan catur; kita
semua adalah anak-anak Bapa di surga, suatu umat yang dipisahkan, sebuah bangsa
terpilih, imamat rajani (lihat 1Ptr 2:9). Kita dipanggil untuk menjadi
mitra-kerja yang dekat-erat dengan sang Raja dalam membangun Kerajaan itu agar
dapat mencapai apa yang dicita-citakan. Kita tidak boleh mengharapkan Kristus
untuk menggantikan dunia kita yang sekarang ini dengan – katakanlah – sejenis
firdaus yang pra-fabrikasi (Inggris: prefabricated). Kita sendiri juga harus
bekerja untuk dunia yang lebih baik, yang siap dan cocok untuk sepenuhnya
berada di bawah pemerintahan Allah sebagai sebuah Kerajaan keadilan, kasih dan
damai-sejahtera.
Walaupun kita harus
realistis terhadap banyak ketidaksempurnaan dunia kita dan masyarakat kita,
sikap pesimistis bukanlah merupakan sikap yang layak bagi seorang Kristiani dan
apatisme sungguhlah tragis. Seorang Kristiani tidak boleh mengabaikan tugasnya
untuk turut serta memperbaiki kondisi dunia agar menjadi lebih baik. Waktu
“kini” haruslah menjadi dinamisme, pengharapan dan antusiame yang luarbiasa.
Akan tetapi, di manakah kita harus memulainya? Marilah kita melihat pokok yang
berikut ini.
Karena kita percaya
bahwa Kristus adalah Penguasa dari segenap ciptaan, maka gerakan
ekologis/pelestarian lingkungan dst. – walaupun penuh dengan berbagai
komplikasi – secara fundamental adalah sebuah gerakan Kristiani. Dengan
demikian kita harus secara aktif mengambil bagian dalam program-program
ekologis, baik yang kecil-kecilan maupun yang berskala relatif besar.
Keikut-sertaan kita haruslah didasarkan pada perspektif Kristiani bahwa Allah
telah menyerahkan segala sumberdaya dunia ini ke tangan kita manusia agar
digunakan secara pantas dan layak, tidak disalahgunakan karena tujuan-tujuan
yang bermotifkan keserakahan dan ketamakan kita. Sebagian dari perspektif ini
adalah kebenaran bahwa bumi dan segala sumberdayanya dimaksudkan oleh sang
Pencipta untuk menolong umat manusia memenuhi tujuannya, yaitu kesejahteraan
manusia.
Patut dicatat di
sini, bahwa ekologi bukanlah masalah terbesar dunia kita. Karena Kerajaan
Kristus adalah Kerajaan keadilan, kasih dan damai-sejahtera, maka
halangan-halangan terbesar bagi pertumbuhannya menuju kesempurnaan adalah (1)
ketidakadilan, (2) kebencian dan (3) peperangan. Ketiganya di sana-sini
dibumbui dengan “kebohongan-kebohongan” dan setiap hari ditayangkan oleh banyak
stasiun televisi Tiga jenis kejahatan ini sungguh luarbiasa sehingga kita
sebagai pribadi seringkali merasa tak berdaya untuk melawan semua itu. Kita
harus mengingat bahwa apabila setiap orang merasa tak berdaya, maka benar-benar
tidak akan ada yang dapat dicapai …… dalam bahasa kerennya: tidak ada
achievement. Misalnya, kita tidak pernah boleh merasa tidak dapat/mampu
melakukan apa-apa ketika melihat ketidakadilan dalam dunia ini atau
ketidakadilan dalam pemilikan harta-kekayaan, namun dalam kehidupan ini kita
dapat mencoba untuk menghargai semua orang tanpa kecuali, dan kita dapat
menjadi lebih bermurah-hati dan tidak besikap serakah berkaitan dengan hal-hal
bersifat materi yang telah diberikan Allah kepada kita. Barangkali memang kita
tidak dapat menghentikan peperangan, namun pada dirinya peperangan adalah
ekspansi terburuk dari kebencian antara individu-individu. Apa yang dapat kita
lakukan adalah bekerja untuk adanya kasih dan damai-sejahtera dalam keluarga
kita sendiri dan dengan orang-orang yang kita jumpai sehari-hari. Salam damai
kita dalam Misa – terkadang diungkapkan dengan saling cipika-cipiki – adalah
sesuatu yang mengingatkan kita bahwa Kristus memanggil kita untuk
menyebar-luaskan Kerajaan-Nya dan kasih-Nya ke seluruh dunia.
Yesus adalah
seorang Raja yang ingin menaklukkan dunia, akan tetapi tidak melalui peperangan
atau perampasan hak-hak orang-orang lain. Sebaliknya, Dia ingin membawa
perdamaian dan kebahagiaan melalui keadilan dan kasih. Yesus telah
mempercayakan penyebaran Kerajaan-Nya kepada kita (lihat Mat 28:19-20),
saudari-saudara-Nya dan anak-anak Bapa-Nya. Sebenarnya Yesus dapat melakukan
semuanya itu sendiri saja, namun Ia menginginkan kita untuk bekerja sama
dengan-Nya dalam membawa kepenuhan bagi dunia. Kita menantikan kedatangan
kembali Yesus Kristus dalam pengharapan penuh sukacita. Akan tetapi pada saat
ini pekerjaan kita demi tercapainya sebuah dunia yang lebih baik memberi makna
pada kata-kata yang kita ucapkan kepada Kristus sang Raja: “Sebab Engkaulah
raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya!” (Embolisme setelah doa Bapa
Kami dalam Misa Kudus).
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan