(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXII – Senin, 12 November 2012)
Peringatan: Santo Yosafat, Uskup dan Martir
Yesus berkata
kepada murid-murid-Nya, “Tidak mungkin tidak akan ada hal yang membuat orang
berbuat dosa, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Lebih baik baginya
jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam
laut, daripada menyebabkan salah satu dari orang-orang yang kecil ini berbuat
dosa. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau
ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau
tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal,
engkau harus mengampuni dia.”
Lalu kata
rasul-rasul itu kepada Tuhan, “Tambahkanlah iman kami!” Jawab Tuhan, “Sekiranya
kamu mempunyai iman sekecil biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon
ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat
kepadamu.” (Luk 17:1-6)
Bacaan Pertama: Tit
1:1-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-6
Ketika seorang
eksekutif perusahaan – katakanlah namanya Franky – mendengar bahwa rekan
kerjanya yang bernama Brutus baru saja terserang penyakit kanker serius, ia
merasakan bahwa barangkali Tuhan menginginkan dirinya mengunjungi Brutus di
rumah sakit dan menghiburnya. Akan tetapi kemudian muncul dalam ingatannya
bahwa Pak Brutus ini beberapa tahun yang lampau pernah berbicara buruk tentang
dirinya (di belakang punggungnya) sehingga Franky kehilangan kesempatan untuk
sebuah promosi untuk menduduki jabatan sangat penting dalam perusahaan.
Sebenarnya Franky telah melupakan peristiwa atau insiden itu, namun berita tentang
jatuh sakitnya Pak Brutus ini mendatangkan kembali penolakan yang selama ini
telah ditekannya. Pada saat itu Franky menyadari bahwa sekali lagi dia harus
mematuhi perintah Allah untuk mengampuni Pak Brutus – tujuh puluh kali setiap
hari – kalau memang diperlukan.
Memang tidak mudah
bagi kita untuk mengampuni orang-orang lain, teristimewa mereka yang menyakiti
hati kita secara mendalam, telah memperlakukan kita dengan tidak adil, telah
mendzolimi kita. Akan tetapi, kita harus selalu mengingat tiga alasan besar
mengapa kita harus mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita itu.
Pertama-tama, Yesus sendiri memerintahkan kita untuk mengampuni. Dalam bacaan
Injil hari ini, Yesus dengan jelas menyatakan bahwa kita harus mengampuni orang
yang bersalah kepada kita, bahkan mengampuni mereka lagi dan lagi (bdk. Mat
18:22). Akan tetapi seperti halnya Franky, kita pun dapat menilai bahwa
“dosa/kesalahan” orang lain itu kepada kita begitu besarnya – dan luka-luka
yang diakibatkan oleh orang lain itu begitu sakitnya – untuk dapat kita ampuni.
Pada tingkatan ini, ingatlah bahwa Yesus tidak akan meminta kita melakukan
sesuatu yang kita tidak dapat lakukan. Sederhana saja: Kita harus belajar
bagaimana mengampuni.
Kedua, adalah baik
bagi kita untuk mengampuni. Dengan mengampuni orang lain, kita membuat diri
kita terbebaskan dari kepahitan yang merusak, yang menggerogoti hati kita,
bahkan yang dapat menjadi sedemikian kuat sehingga membawa dampak buruk atas
kesehatan kita. Dengan mengampuni, kita membiarkan pergi segala beban penolakan
yang sedemikian. Jangan pula kita melupakan salah satu Sabda Bahagia Yesus:
“Berbahagialah orang yang berbelaskasihan, karena mereka akan beroleh belas
kasihan” (Mat 5:7).
Ketiga, belas
kasihan dan pengampunan kita dapat juga mengubah hati orang-orang lain. Apabila
kita memperlakukan seseorang dengan respek dan penuh martabat – walaupun orang
itu telah menyakiti hati kita – maka kita dapat membantu melunakkan hatinya.
Siapa tahu? Mungkin saja pengampunan kita akan menggerakkan orang itu menjadi
berbelas kasihan juta, menyebabkan terjadinya reaksi-berantai yang melibatkan
lebih banyak orang lain lagi!
Jadi, apa kiranya
pendapat Saudari dan Saudara? Mungkinkah bagi kita (anda dan saya) untuk
mengambil satu langkah lebih dekat lagi dengan panggilan Yesus untuk menjadi
berbelaskasihan seperti diri-Nya? Dapatkah kita memohon kepada Roh Kudus untuk
memberikan kepada kita bela rasa sedikit lebih lagi? Tidak perlulah untuk
segalanya diperoleh sekaligus, tetapi dengan berjalannya waktu, sedikit demi
sedikit namun mantap.
DOA: Tuhan Yesus,
hati-Mu penuh berlimpah dengan belas kasihan yang tanpa batas. Tolonglah aku
agar dapat menjadi seperti diri-Mu, yaitu dalam hal mempraktekkan belas kasihan
dan pengampunan kepada semua orang yang bersalah kepadaku. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan